• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 19 Mei 2024

Tokoh

Syekh Nawawi Al-Bantani Sangat Nusantara dan Memiliki Kepekaan Sosial

Syekh Nawawi Al-Bantani Sangat Nusantara dan Memiliki Kepekaan Sosial
Gus Kautsar (kanan) mengisi ceramah pada haul ke-131 Syekh Nawawi Al-Bantani di Pondok Pesantren Annawawi, Tanara, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (3/5/2024) malam. (Foto: SS Sekretariat Wapres 2024)
Gus Kautsar (kanan) mengisi ceramah pada haul ke-131 Syekh Nawawi Al-Bantani di Pondok Pesantren Annawawi, Tanara, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (3/5/2024) malam. (Foto: SS Sekretariat Wapres 2024)

Banten, NU Online Banten

KH M Abdurrahman Al Kautsar, pengasuh Pondok Pesantren Ploso, Kediri, Jawa Timur, mengatakan, meski lama di Makkah, Arab Saudi, bahkan hingga wafat, Syekh Nawawi yang lahir di Tanara, Banten, tidak kehilangan warna ke-Indonesian-nya. ’’Syekh Nawawi juga sangat Nusantara sekali,’’ ujarnya saat menyampaikan ceramah agama pada malam puncak haul ke-131 Syekh Nawawi Al-Bantani di Pondok Pesantren Annawawi, Tanara, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (3/5/2024) yang disiarkan Channel Youtube akun resmi Wakil Presiden Republik Indonesia.



Gus Kautsar—sapaan KH M Abdurrahman Al Kautsar—mencontohkan narasi dalam salah satu kitab yang ditulis Syekh Nawawi dalam bahasa Arab.’’Syekh Nawawi memberikan contoh jembatan-jembatan yang dibangun. Itu Nusantara sekali. Ulama sana jarang ngurusi jembatan, Syekh Nawawi kepikiran. Dari dulu, bercita-cita bagaimana banyak masjid dibangun dan pesantren tumbuh di negeri ini,’’ ujar pria yang selalu tampil rapi tersebut.



Seperti diketahui, dari sejumlah sumber disebutkan, Syekh Nawawi lahir di Tanara, Kabupaten Serang, Banten pada 1230 H/1813 M. Putra dari Syekh Umar dan Zubaedah itu merupakan keturunan Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Menimba ilmu sejak belia ke Makkah. Sempat pulang lagi ke Tanara beberapa waktu, kemudian kembali ke Makkah dan mengajar di Tanah Haram.  Meninggal dan dimakamkan di Makkah pada 1314 H/1897 M. Karyanya sangat banyak, ada yang menyebut 90 dan ada yang menyebut lebih dari 100 kitab. Seorang Kristen pengarang Kamus Al Munjid Lewis Ma'luf, mengenal Syekh Nawawi. Dia menyebutkan dalam kamusnya, Muhammad Nawawi adalah orang Jawa, seorang ahli fiqih bermazhab Syafi’i, ahli tasawuf, unggul di bidang tafsir, dilahirkan di Jawa, kemudian pindah ke Makkah, dan mempunyai banyak karangan-karangan atau karya.



Di antara murid Syekh Nawawi adalah Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura. Menurut Gus Kautsar, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU)-- adalah salah satu murid Syekh Nawawi. ’’Kami santri, khususnya di Pesantren Ploso, merasa selalu dibersamai Syekh Nawawi sejak belajar di ibtidaiyah. Membersamai dengan karya-karyanya. Bahkan hingga saat ini,’’ imbuhnya sembari sesekali memegang peci warna hitamnya.



Kiai yang malam itu mengenakan kemeja putih lengan panjang dipadu sarung bermotif batik cenderung gelap itu, menyebutkan beberapa karya Syekh Nawawi. Di antaranya Nuruddhalam, Kasyifatus Saja, As-Tsimar Al-Yani'ah, Tijan ad Darari, Mirqatu Suudit Tasdiq, Nihayatut Zain, Marah Labid, dan Maraqil Ubudiyah Syarah Bidayatul Hidayah. ’’Jadi kehidupan kami santri tidak lepas dari karya Syekh Nawawi, hingga sekarang. Makanya malam ini saya sekaligus sowan untuk berterima kasih kepada keluarga besar Syekh Nawawi atas jasanya yang tidak mungkin kami balas. Kami beharap diakui sebagai santrinya,’’ imbuh putra dari KH Nurul Huda Djazuli, pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Modjo, Kediri, Jawa Timur, tersebut.



Gus Kautsar juga melihat, dari karya-karyanya, Syekh Nawawi memiliki kepekaan sosial yang luar biasa tanpa melupakan bagaimana membangun hubungan dengan Allah swt.’’Tiga hadist yang ditampilkan di awal dalam Kitab Nashaihul Ibad tampak jelas keberpihakan Syekh Nawawi,’’ tegasnya di depan ribuan jamaah yang hadir malam itu.


Sebelumnya, Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin mengatakan, salah satu yang dilakukan Syekh Nawawi di samping banyak yang lain adalah transmitter. ’’Seorang yang membawa pengertian, pemahaman, penyambung dari ulama-ulama terdahulu ke ulama-ulama berikutnya, karena itu Syekh Nawawi banyak mengarang syarah-syarah,’’ ujarnya saat memberikan arahan di tempat yang sama
.

 


Sebagai transmitter, lanjutnya, penyambung dari ulama-ulama terdahulu ke ulama-ulama berikutnya, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman atau memahami secara salah apa yang diucapkan oleh para ulama terdahulu melalui syarah-syarah yang ditulisnya.



Seperti diberitakan, haul ke-131 Guru Bangsa Sayyid Ulama Al-Hijaz tersebut dihadiri antara lain Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar, Irjen Pol H Merdisyam mewakili kapolri, para ulama dan kiai di Banten dan sekitar, serta sejumlah pejabat dan undangan lainnya.



Acara malam itu dimulai dengan menyanyikan Indonesia Raya dan Yaa Lal Waton, pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh H Muammar ZA, dan pembacaan shalawat. Dilanjutkan tahlil, sambutan tuan rumah dan Pj Gubernur Banten, arahan Wapres KH Ma’ruf Amin, ceramah agama oleh Pengasuh Pondok Pesantren Ploso, Kediri, Jawa Timur, KH M Abdurrahman Al Kautsar, serta ditutup dengan doa. (M Izzul Mutho)


Tokoh Terbaru