• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 19 April 2024

Ubudiyyah

Malam Nisfu Sya’ban, Baca Apa Saja ya Menurut Ajaran Islam?

Malam Nisfu Sya’ban, Baca Apa Saja ya Menurut Ajaran Islam?
Flyer Kegiatan Nisfu Sya'ban. (Foto: Istimewa)
Flyer Kegiatan Nisfu Sya'ban. (Foto: Istimewa)

Tak terasa, Selasa (7/3/2023) sudah masuk 14 Sya’ban. Dan, nanti malam (malam Rabu), mengacu kalender Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masuk 15 Sya’ban 1444 H atau yang dikenal dengan nisfu Sya’ban. Ini selaras dengan awal Sya’ban. Mengutip pengumuman Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang diterima NU Online Banten, awal Sya’ban 1444 H bertepatan Rabu Wage, 22 Februari 2023. ’’Mulai malam Rabu, atas dasar istikmal,’’ demikian bunyi pengumuman yang ditandatangani Ketua Lembaga Falakiyah KH Sirril Wafa dan Sekretaris H Asmui Mansur tertanggal 30 Rajab 1444 H/20 Februari 2023 M.


Rais Syuriyah Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Buaran, Serpong, KH M Nurul Irfan menjelaskan, malam nishfu Sya’ban adalah malam 15 Sya’ban. Malam tersebut posisinya di bawah malam lailatul qodar saat Ramadhan. ‘’Melakukan shalat sunnah mutlak, tasbih, taubat, membaca Al-Quran, dzikir, memperbanyak shalawat, pada malam itu, ya tidak apa-apa. Tradisi membawa air, juga tidak masalah, ‘’ tegas dosen yang mengajar di UIN Syarif Hidayatullah itu.


Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (Ladisnu) yang memakai rujukan dari Kitab Durrotun Nasihin, Riyadlus Sholihin, dan Bulugul Marom, itu melanjutkan, dalam suatu riwayat dijelaskan, amal mingguan hamba dilaporkan pada Kamis. Makanya sunnah puasa. ’’Kalau tahunan, dilaporkan pada nishfu Sya’ban. Dan yang pasti, kalau sudah masuk 15 Sya’ban, harus lebih bersiap, karena Ramadhan semakin dekat,’’ tegas anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu. 


Sedangkan Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Tangerang Selatan KH Ahmad Misbah mengatakan, para ulama sudah mengajarkan kepada kaum mulimin untuk banyak melakukan kebaikan-kebaikan pada Sya’ban atau malam nisfu Sya’ban. Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pun meningkatkan ibadahnya di Sya’ban.



فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ


“Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1969 dan Muslim No. 1156)


Malam nisfu Sya’ban sebentar lagi akan kita lalui. Apa yang perlu dilakukan?


Pertama, Membaca Surat Yasin


Al-Qur’an memiliki arti bacaan, sehingga membaca Al-Qur’an menjadi penting dan bernilai tinggi dalam pandangan Allah terlebih memiliki fadhilah yang baik dan banyak. Dan Allah pun memerintahkan umat Islam untuk banyak membaca Al-Qur’an. Sebagaimana diwahyukan dalam Surat Al-Isra:


ٱقْرَأْ كِتَٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ ٱلْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبً


Artinya: "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu". (QS. Al-Isra,/17: 14)


Dalam Kitab Kanzun Najah was Surur hal 161-172 disebutkan setelah Magrib pada malam 15 Sya’ban dianjurkan membaca Surat Yasin sebanyak 3 kali dengan niat, bacaan Yasin pertama supaya diberi umur panjang serta mendapat taufik untuk ketaatan kepada Allah. Bacaan Yasin kedua, niat terhindar dari bala dan musibah serta keluasan rizki yang halal. Dan Yasin ketiga, niat hatinya merasa cukup dan akhir hayat diberikan husnul khatimah. Setiap selesai membaca Yasin diteruskan membaca doa  nisfu Sya’ban.


Teks doa nisfu Sya’ban versi berjamaah berikut di antaranya yang disadur dengan mengganti dhamir mufrad menjadi dhamir jamak dari Kitab Maslakul Akhyar karya Sayyid Utsman bin Yahya (Jakarta, Alaidrus: tanpa tahun) halaman 77-80.


 اللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنَا عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ أَشْقِيَاءَ أَوْ مَحْرُوْمِيْنَ أَوْ مُقَتَّرِيْنَ عَلَيْنَا فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتَنَا وَحِرْمَانَنَا وَاقْتِتَارَ رِزْقِنَا، وَاكْتُبْنَا عِنْدَكَ سُعَدَاءَ مَرْزُوْقِيْنَ مُوَفَّقِيْنَ لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ: “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ” وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــالَمِيْنَ 


Allāhumma yā dzal manni wa lā yumannu ‘alaika yā dzal jalāli wal ikrām, yā dzat thauli wal in‘ām, lā ilāha illā anta zhahral lājīna wa jāral mustajīrīna, wa ma’manal khā’ifīn. Allāhumma in kunta katabtanā ‘indaka fī ummil kitābi asyqiyā’a au mahrūmīna au muqattarīna ‘alaynā fir rizqi, famhullāhumma fī ummil kitābi syaqāwatanā, wa hirmānanā waqtitāra rizqinā, waktubnā ‘indaka su‘adā’a marzūqīna muwaffaqīna lil khairāt. Fa innaka qulta wa qaulukal haqq fī kitābikal munzali ‘ala lisāni nabiyyikal mursali “Yamhullāhu mā yasyā’u wa yutsbitu wa ‘indahū ummul kitāb.” Wa shallallāhu ‘alā sayyidinā Muhammadin wa ‘alā ālihī wa shahbihī wa sallama, walhamdulillāḥi rabbil ‘ālamīn. 


Artinya: “Wahai Tuhanku yang maha pemberi, Engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemilik kekayaan dan pemberi nikmat. Tiada Tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata-sementara perkataan-Mu adalah benar-di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Allah bershalawat dan bersalam atas Sayyidina Muhammad, keluarga, dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”


Kedua, Membaca Doa


Berdoa sangat penting bagi kita umat Islam, sebagai tempat berkomunikasi, mengadu dan menenangkan hati dan pikiran kita ketika merasakan adanya masalah. Allah pun memerintahkan umat Islam untuk banyak berdoa:


وَقَالَ رَبُّكُمُ ادۡعُوۡنِىۡۤ اَسۡتَجِبۡ لَـكُمۡؕ اِنَّ الَّذِيۡنَ يَسۡتَكۡبِرُوۡنَ عَنۡ عِبَادَتِىۡ سَيَدۡخُلُوۡنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيۡنَ 


"Dan Tuhanmu berfirman, ''Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina." (QS Ghafir: 60) 


Doa itu bisa mengubah taqdir, maka perbanyak doa, apalagi di malam nisfu Sya’ban. Rasulullah bersabda:


ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء


Artinya: "(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya'ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan)," (HR Al-Baihaqi).


Ketiga, Perbanyak Istighfar


Tidak ada manusia yang tidak memiliki dosa. Lantas apa yang harus dilakukan ketika sadar memiliki dosa, maka tidak lain dan tidak bukan adalah beristigfar atau meminta ampun kepada Allah atas dosa yang telah diperbuat.  


Rasulullah pun bersabda:


إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَان نَادَى مُنَادٍ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ، هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ (رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ في شُعَبِ الْإِيْمَانِ( 


Maknanya: “Apabila tiba malam nisfu Sya’ban, maka malaikat berseru menyampaikan dari Allah: adakah orang yang memohon ampun maka Aku ampuni, adakah orang yang meminta sesuatu maka Aku berikan permintaannya.” (HR al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman)


Keempat, Shalat Sunnah Tasbih


Shalat tasbih adalah salah satu shalat sunnah yang jarang dilakukan oleh umat Islam yang masih banyak kesibukan dengan berbagai urusan. Oleh karena itu, di malam nisfu Sya’ban menjadi penting untuk dilakukan mengingat baiknya kualitas shalat tasbih bahkan Nabi tidak pernah meninggalkan Shalat Tasbih.


Wallahu ‘alam bis shawab


Pewarta: M Izzul Mutho


Ubudiyyah Terbaru