• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 29 Maret 2024

Ubudiyyah

Apa itu Yakin? (2)

Apa itu Yakin? (2)
Doa ilustrasi NU Online
Doa ilustrasi NU Online

Pengetahuan tentang Allah adalah cahaya yang menyinari dunia lahir dan batin, cahaya yang memancar dari segala penjuru eksistensi. Di bawah sinaran cahaya ini, seorang murid melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, bebas dari keterbatasan keragaman, ia menyaksikan Kesatuan Ilahi dan tenggelam dalam kegembiraan spritual yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. 

 

Tiga Tahapan Yaqin 
Di awal perjalanan menuju keyakinan, seorang penempuh jalan spiritual mungkin akan mengalami kesulitan, tetapi ia akan tenggelam dalam kesenangan dan kedamaian spritual pada akhir perjalanannya. Hatinya akan dipenuhi cahaya keyakinan yang menghilangkan keraguan dari pikiran dan menyebabkan berembusnya angin kebahagiaan, kepuasan, dan kegembiraan dalam batinnya. 

 

Jalan menuju yakin ini sering dipaparkan dan digambarkan oleh para sufi melalui tiga tahapan berikut: 

 

Ilmul Yaqin, ‘Ainul Yaqin dan Haqqul Yaqin 
Ilmul Yaqin, ‘Ainul Yaqin, dan Haqqul Yaqin ini merupakan istilah tentang ilmu-ilmu yang amat jelas. Yaqin merupakan suatu pengetahuan yang orangnya tidak akan dimasuki oleh keraguan secara mutlak. 

 

Ilmu yaqin adalah keyakinan yang didasari oleh ilmu pengetahuan tentang sebab dan akibat atau melalui hukum kausalita tentang keberadaan Allah SWT, seperti keyakinan dari para ahli ilmu kalam. Contohnya segala sesuatu yang ada di alam semesta ini merupakan akibat dari sebab yang telah ada sebelumnya.

 

Dan seterusnya, sebab yang telah ada sebelumnya yang juga merupakan akibat dari sebab yang lalunya lagi, hingga sampai pada satu sebab yang tidak diakibatkan oleh sesuatu sebab, yang disebabkan penyebab pertama atau causa prima. Dan itulah Tuhan. 

 

Ainul yaqin adalah keyakinan yang dimiliki oleh orang yang telah melalui tahap pertama, yakni ilmu al-yaqin. Sehingga setiap kali orang tersebut melihat hal kejadian, tanpa melewati proses sebab akibat lagi dia langsung meyakini akan wujud Allah. 

 

Sebagaimana ucapan Sayyidina Abu Bakar As Siddiq RA.: “Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah pada sesuatu tersebut.” Kemudian Ucapan Sayyidina Umar bin Khathab RA.: “Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah sebelumnya.” Lalu Ucapan Sayyidina Usman bin Affan RA.: “Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah sesudahnya.” Ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA.: “Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah beserta sesuatu tersebut”. 

 

Haqqul yaqin adalah keyakinan yang dimiliki oleh orang yang telah menyadari bahwa alam semesta ini pada hakikatnya adalah bayangan dari Penciptanya, sehingga dia dapat merasakan wujud yang sejati itu hanyalah Allah, sedangkan lainnya hanyalah bukti dari wujud yang sejati tersebut, yaitu Allah SWT. 

 

Dalam al Risalatul Al Qusyairiyyah disebutkan: Yaqin dalam pengertian istilah mereka (ahli tasawuf) adalah sesuatu yang adanya disertai dengan syarat bukti (argumentasi/dalil). Ainul Yaqin adalah sesuatu yang adanya dengan hukum bayan (penjelasan), Haqqul Yakin adalah sesuatu yang adanya dengan sifat terang.” 

 

“Ilmu yaqin untuk pemilik akal, ainul yaqin untuk pemilik Ilmu dan haqqul yaqin untuk pemilik ma’rifat (al Risalatul al Qusyairiyyah hal 85).” 

 

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyampaikan terkait perbedaan antara ilmul yaqin, ‘ainul yaqin, dan haqqul yaqin: “Sungguh aku akan memberikan pemisahan tiga tingkatan tersebut dengan orang yang mengabarkan padamu bahwasanya dia mempunyai madu, dalam keadaan engkau tidak meragukan kejujurannya. Lalu dia memperlihatkan (madu itu) padamu sehingga semakin bertambah keyakinanmu, kemudian engkau mencicipinya.” 

 

Maksud dari ucapan tersebut adalah, yang pertama yakin terhadap kabar dari pihak terpercaya merupakan ilmul yaqin. Kemudian yang kedua melihat langsung madu itu merupakan ‘ainul yaqin. Dan yang ketiga ketika merasakan madu itu merupakan haqqul yaqin. 

 

Dalam perspektif tasawuf, tiga tahapan ini digambarkan sebagai berikut:  

 

Ilmul Yaqin 
Ilmul Yaqin adalah keyakinan yang berasal dari pengetahuan, yaitu keyakinan akan semua esensi iman, terutama eksistensi dan keesaan Allah yang lahir dari bukti-bukti dan penjelasan atau melalui observasi dan kajian wahyu Ilahiyah dan tanda-tanda Allah di alam semesta. 

 

Ainul Yaqin 
Ainul Yaqin merupakan keyakinan yang berasal dari pengamatan atau penyaksian langsung, yakni yang lahir dari penyingkapan (kasyf) dan pembuktian (bayan). 

 

Ainul yaqin adalah terbukanya mata hati atau (bashirah). Terbukanya mata hati ini merupakan suatu keajaiban dan misteri, serta hanya muncul karena Rahmat dari Yang Maha Pengasih. Ini menunjukkan derajat keyakinan yang tidak dapat dideskripsikan. Inilah anugerah Allah kepada hamba-hambaNya melalui rahmat-Nya yang tak terhingga. 

 

Ketika ainul yaqin mencapai kesempurnaan, sang hamba pun meraih derajat keindahan visi yang di dalamnya ia tidak melihat ada kekurangan pada titik ini, realitas sesuatu menjadi nyata bagi para penempuh jalan spiritual. Ia akan sampai ke maqam di mana dia berjalan dalam dunia murni Ilahiyah yang belum pernah terlihat atau terbayang atau didengar oleh telinga manusia. 

 

Haqqul Yaqin 
Haqqul Yaqin atau keyakinan hakiki yang berasal dari pengalaman langsung, yaitu yang lahir dari penyaksian. Seorang sufi yang memandang dengan mata haqqul yaqin akan melampaui semua barang buatan dan makhluk-makhluk dan melihat Tuhan tanpa bagaimana dan mengapa, serta tanpa tirai apapun. Keyakinan ini berasal dari pertolongan Allah dan kedekatan dengan-Nya tanpa selubung dan sebuah jalan yang istimewa. 

 

Dalam haqqul yaqin, ‘ainul yaqin tidaklah ada artinya sama sekali. Namun bagi kegelapan duniawi, ia dikatakan cahaya yang begitu terang dan memuaskan sehingga pada awalnya ia hampir tidak menyisakan ruang bagi munculnya konsepsi tentang cahaya yang lebih terang dari cahaya itu, yakni haqqul yaqin. 

 


Penulis: Singgih Aji Purnomo


Ubudiyyah Terbaru