• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 19 April 2024

Ubudiyyah

Esensi Bulan Rajab (1)

Esensi Bulan Rajab (1)
Ilustrasi Bulan Rajab. (Foto: Freepik.com)
Ilustrasi Bulan Rajab. (Foto: Freepik.com)

Rajab merupakan satu dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah. Tidak sedikit keutamaan rajab yang perlu dimanfaatkan umat Islam dengan melakukan berbagai amalan ibadah seperti menjalankan puasa sunnah, memperbanyak istighfar, memanjatkan doa dan sedekah. Semua bulan sesungguhnya mengandung kebaikan, rajab ini salah satunya.


Bulan Kebaikan dan Bulan Damai 
Rajab biasa juga disebut Al-Ashabb yang berarti “yang mengucur atau menetes.” Dijuluki demikian karena derasnya tetesan kebaikan pada bulan ini.  
Rajab bisa juga dikenal dengan sebutan Al-Ashamm atau "yang tuli," karena tidak terdengar gemerincing senjata pasukan perang pada bulan ini. Oleh karenanya Rajab juga bulan yang damai.


Bulan Keberkahan  
Rajab merupakan bulan dimulainya persiapan jasmani dan rohani menuju ibadah di Ramadan, sehingga Rasulullah SAW berdoa: 


Allahumma baarik lanaa fii rajaba wa sya'baana wa ballighnaa ramadhoon
“Ya Allah berilah kami keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami pada bulan Ramadan.”


Saat tiba waktu Rajab, yang Rasulullah minta adalah keberkahan bulan ini, lalu keberkahan bulan Sya’ban, hingga dipertemukan dengan bulan suci Ramadan.


Saat bulan Rajab tiba, Rasulullah tidak memohon kekayaan, kesehatan, atau kenikmatan duniawi secara khusus. Nabi berdoa agar dilimpahi keberkahan pada Rajab dan Sya’ban seiring dengan menyongsong Ramadan. Secara tidak langsung, doa ini adalah permohonan panjang umur. Tentu saja bukan sekadar usia panjang, tetapi usia yang bermanfaat untuk mendekatkan diri kepada Allah.


Inti dari berkah adalah peningkatan taqarrub kita kepada Allah, sehingga kepribadian kita diliputi oleh sifat-sifat yang mencerminkan perintah Allah: jujur, adil, rendah hati, peduli sesama, penyayang, tidak serakah, tidak gemar menggunjing atau menghakimi orang lain, dan lain sebagainya. Kita juga semakin rajin memaknai setiap aktivitas kita atas dasar nilai ibadah.


Bekerja untuk menafkahi keluarga karena Allah, ikut kerja bakti di lingkungan kita karena Allah, bertegur sapa dengan tetangga karena Allah, menyingkirkan sebutir kerikil di jalan karena Allah dan seterusnya.


Apakah kita tak boleh berdoa memohon harta atau kesehatan di bulan Rajab ini? Tentu saja boleh. Hanya, yang lebih penting dari banyaknya kekayaan dan kesehatan adalah berkah, yakni suatu kondisi yang mampu menambah ketaatan kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Diterangkan dalam Shahih Bukhari, Rasulullah sendiri pernah mendoakan sahabatnya, Anas dengan pernyataan:


اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ


Allahumma aktsir malahu wa waladahu wa barik fima a’thoithu.


Artinya: Ya Allah perbanyaklah harta dan anaknya serta berkahilah karunia yang Engkau berikan kepadanya.   


Kata berkah di sini merupakan kunci dari segenap nikmat lahiriah. Dengan keberkahan seseorang tidak hanya kaya harta tapi juga kaya hati: merasa cukup, bersyukur, dan tidak tamak; tidak hanya mementingkan kuantitas anak, tapi juga kualitasnya yang shalih, cerdas, dan berakhlak.


Dari uraian ini jelas bahwa Rajab menjadi berkah tatkala ada perkembangan dalam diri kita terkait kedekatan dan ketaatan kita kepada Allah. Ketika keberkahan itu datang, secara otomatis kualitas kepribadian kita pun meningkat, baik dalam kondisi sulit maupun lapang, sehat maupun sakit, punya banyak utang maupun dilimpahi keuntungan. Keberkahan Rajab dan Sya'ban ini penting mengingat kita akan menghadapi Ramadan, bulan yang lebih mulia dan berlimpah keutamaan. Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa diberkahi, senantiasa diberi petunjuk, dan dipanjangkan umurnya hingga bisa menjumpai Ramadan.


Malam Mustajab
Di antara keutamaan Rajab bahwa malam satu Rajab adalah salah satu malam yang mustajab bagi doa sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm:


بَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ: إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِي خَمْسِ لَيَالٍ: فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ، وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى، وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ، وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ، وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ


“Telah sampai berita pada kami bahwa dulu pernah dikatakan: Sesunguhnya doa dikabulkan pada lima malam: malam Jumat, malam hari raya Idul Adlha, malam hari raya Idul Fithri, malam pertama bulan Rajab dan malam nishfu Sya’ban.”


Bulan Diwajibkannya Shalat 5 Waktu dalam Isra’ Mi’raj
Di antara peristiwa monumental dalam sejarah Islam adalah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Isra’ Mi’raj adalah sebuah perjalanan Nabi Muhammad bersama Malaikat Jibril mulai Masjidil Haram Makkah menuju Masjidil Aqsa, Palestina. Kemudian dilanjutkan dari Masjidil Aqsa menuju Sidratil Muntaha untuk menghadap Allah. Peristiwa ini terjadi pada Jumat pertama Rajab dan merupakan malam renungan atau malam kesedihan di mana nabi merasa sedih karena ditinggalkan oleh paman dan istri tercintanya, Khadijah.


Peristiwa mulia ini juga menjadi tonggak sejarah kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat 5 waktu. Sehingga peringatan Isra' dan Mi'raj menjadi penting untuk kembali mengingatkan semangat dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat.


Shalat Rajab 
Dalam kitab Ihya Ulumiddin, Imam al-Ghazali berpendapat bahwa shalat sunnah mutlak pada Rajab adalah mustahabbah (sunah). Shalat sunnah mutlak ini biasa dilakukan oleh orang salih pada masanya. Imam Ghazali menjelaskan bahwa seseorang yang berpuasa Kamis dalam Rajab, kemudian melakukan shalat sunnah sebanyak dua belas rakaat di antara waktu shalat Isya dan sepertiga malam, maka permohonannya akan dikabulkan.


Adapun tata cara melakukan shalat 12 rakaat itu seperti shalat sunnah pada umumnya, yaitu dilakukan dengan shalat 2 rakaat dengan 1 kali salam. Bila shalat 12 rakaat berarti terdapat 6 kali salam. Setiap rakaat setelah membaca surat Al-Fatihah, disunnahkan membaca surat Al-Qadar sebanyak 3 kali dan AlIkhlas sebanyak 12 kali.


Setelah selesai shalat, kita dianjurkan membaca shalawat sebanyak 70 kali. Shalawat yang dibaca adalah: Allahumma shalli ‘ala Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘ala alihi. Setelah membaca shalawat, kita dianjurkan sujud dengan membaca: Subbuhun quddusun rabbul malaikati war ruh sebanyak 70 kali. Setelah selesai sujud, duduklah sejenak dengan membaca: Rabbighfir warham wa tajawaz ‘amma ta’lam innaka antal a’azzul akram sebanyak 70 kali. Setelah itu, kembali sujud dengan membaca: Subbuhun quddusun rabbul malaikati warruh sebanyak 70 kali.  


Setelah selesai, mohonlah kepada Allah SWT atas hajat yang diinginkan.


Memperbanyak Bersedekah Di Bulan Rajab 
Rajab mengandung nilai-nilai luhur yang dapat diperoleh mereka yang berniat bersungguh-sungguh meraihnya. Meraih rahmat tanpa ada bala, meraih kemurahan Allah dan meraih kebaikannya yang tak akan pernah kering. Sulthanul auliya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menerangkan dalam kitabnya Al-Ghunyah bahwa kata Rajab terdiri atas 3 huruf ra’jim-ba’. Masing-masing memiliki arti. Ra’ mengandung nilai rahmatullah, jim mengandung nilai juudullah, dan ba’ mengandung nilai birrullah.


Umat Islam yang bersedekah pada Rajab akan mendapat pahala berlipat ganda sebagai mana sabda Rasulullah SAW yang artinya: Barang siapa bersedekah di Rajab, maka Allah SWT akan menjauhkannya dari api neraka sejauh jarak tempuh burung gagak yang terbang bebas dari sarangnya hingga mati karena tua. Menurut sebagian pendapat, umur burung gagak mencapai 500 tahun.


Wallahu a’lam bi al-shawab

 


Singgih Aji PurnomoBidang Kajian dan Riset LAKPESDAM PCNU Jakarta Selatan dan Redaktur NU Online Banten
 


Ubudiyyah Terbaru