• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Sabtu, 4 Mei 2024

Keislaman

Bolehkah Orang Awam yang Tidak Mengetahui Syarat Rukun Wudlu dan Shalat, Memasuki Tarekat Muktabarah?

Bolehkah Orang Awam yang Tidak Mengetahui Syarat Rukun Wudlu dan Shalat, Memasuki Tarekat Muktabarah?
Ilustrasi. (Freepik)
Ilustrasi. (Freepik)

 

TAREKAT secara bahasa berarti jalan, sehingga para ulama sering mengartikan tarekat dengan jalan spritual yang ditempuh oleh seorang sufi. Tarekat dalam arti ini sering disebut juga sebagai suluk dan pelakunya disebut dengan salik.

 

 

Sebagai jalan spiritual, tarekat ditempuh oleh seorang sufi di sepanjang masa. Sufi yang menempuhnya mungkin mempunyai pengalaman spiritual yang berbeda sekalipun tujuannya sama, yaitu mendekat kepada Allah swt.

 


Selain pengalaman spiritual yang berbeda-beda dari seorang sufi dalam tarekatnya, intensitas dan kecepatan perjalanannya juga berbeda-beda.

Tarekat juga terkadang diartikan sebagai sebuah kelompok persaudaraan atau ordo spritual yang didirikan oleh sufi besar seperti Syekh Abdul Qadir al-Jilani, al Syadzili dan Naqsyabandi.



Sehingga nama tarekat sering dihubungkan pada para pendirinya seperti Tarekat Qadiriah, Syadziliyah, dan Naqsyabandiah. Pengertian yang kedua inilah yang sebenarnya lebih dikenal di kalangan masyarakat luas. Demikian dikutip dari tulisan Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Cisauk, Kabupaten Tangerang, Tohirin di NU Online Banten.



Sementara itu, pembaca NU Online Banten yang dimuliakan Allah, ada pertanyaan berikut ini. Bolehkah orang awam yang tidak mengetahui syarat rukunnya wudlu, shalat, dan sebagainya, memasuki tarekat muktabarah? Karena biasanya mereka tidak mau mempelajari pengetahuan agama, sesudah masuk tarekat.

 


Muktamar Nahdlatul Ulama ke-6 di Cirebon, Jawa Barat, yang dilaksanakan 12 Rabius Tsani 1350/27 Agustus 1931 seperti dikutip dari Juz Awal Ahkamul Fuqaha fi Muqarrarat Mu’tamirat Nahdlatil Ulama, Kumpulan Masalah Diniyah dalam Muktamar Nahdlatul Ulama PBNU, Penerbit CV Toha Putra Semarang, menjawab sebagai berikut:



Boleh, jika mempunyai keyakinan atau pengiraan bahwa sesudah masuk tarekat akan dapat mempelajari pengetahuan agama. Akan tetapi bila tidak, seperti tersebut dalam pertanyaan,  maka hukumnya tidak boleh. Bahkan lebih dulu wajib mempelajari dasar-dasar pokok agama (ushuluddin), ketauhidan, kemudian baru perinciannya (hukum ibadahnya).

Rujukan: Syarah al-Adzkiya

 


ان يتيقن او ظن انه يتعلم العلوم الدينية بعد الدخول فى الطريقة فحكمه جائز والا كما ذكر فى السؤال فلا يجوز بل يجب اولا ان يتعلم اصول الدين ثم فروعه قال فى شرالاذكياء فى شرح قول المتن. وكذا الطريقة والحقيقة يا اخى-من غير فعل شريعة لن تحصلا . فاالمؤمن وان علت درجته وارتفعت منزلته وصار من جمل لاتسقط عنه العبادات المفروضة فى القران والسنة ومن زعم ان من صار وليا ووصل الى الحقية سقطت عنه الشريعة فهو ضالّ مضل ملحد اه


 


Wallahu a’lam bisshawab
 


Keislaman Terbaru