• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 29 April 2024

Keislaman

Istri Melahirkan, Lalu Suami Pergi, Istri Melahirkan Lagi, Itu Anak Siapa?

Istri Melahirkan, Lalu Suami Pergi, Istri Melahirkan Lagi, Itu Anak Siapa?
Ilustrasi. (NUO)
Ilustrasi. (NUO)

KALI ini menyajikan pertanyaan, bagaimana seorang istri yang melahirkan anak kemudian suaminya bepergian sampai empat tahun atau kurang. Kemudian istri tersebut melahirkan lagi anak yang kedua dan ia menyatakan (iqrar) bahwa ia tidak bersetubuh dengan seseorang lelaki, baik suaminya sendiri maupun orang lain. Apakah anak yang kedua menjadi anaknya suami yang bepergian tersebut?

 


Muktamar Nahdlatul Ulama ke-5 di Pekalongan, Jawa Tengah, yang dilaksanakan 13 Rabius Tsani 1349/7 September 1930, seperti dikutip dari Juz Awal Ahkamul Fuqaha fi Muqarrarat Mu’tamirat Nahdlatil Ulama, Kumpulan Masalah Diniyah dalam Muktamar Nahdlatul Ulama PBNU, Penerbit CV Toha Putra Semarang, menjawab sebagai berikut:

Jika anak yang kedua itu lahir sebelum lewat enam bulan dari kelahiran pertama, maka anak itu menjadi anak kembar, dan menjadi anak dari suami yang bepergian tersebut. Jika anak kedua itu lahir sesudah lewat enam bulan dan ada kemungkinan bersetubuh dengan suaminya sesudah kelahiran pertama dan si suami tidak memungkirinya dengan angkat sumpah (li’an), maka anak itu menjadi anak dari suami tersebut.

Jika tidak ada kemungkinan bersetubuh dengan suaminya sesudah kelahiran pertama dan/atau si suami memungkirinya dengan angkat sumpah (li’an), maka kandungan kedua itu hukumnya kandungan zina, dalam arti tidak ada iddah dan boleh dikumpuli, dan juga hukumnya kandungan syubhat, dalam arti tidak ada had (pidana), tidak ada qadzaf (dakwaan zina), dan menghindari persangkaan buruk.

Rujukan: Kitab al-Bajuri ‘ala Fathil Qarib Juz II dan Kitab Bughyah Bab Had


ان ولد الولد الثانى لدون ستة اشهر من الوضع الاول فهو توام الاول ويلحق بالزوج الغائب. فان ولد اكثر من ذلك وامكنت خلوة الزوج معها بعد الولادة ولم ينفه باللعان فيلحق بالزوج . والا ففى الحمل حكم الزنا فى عدم العدة وجواز وطئها وحكم الشبهة فى درء الحد والقذف واجتناب سوء الظن . قال فى الجزء الثانى من الباجورى على فتح القريب مانصه: وضابط التوأمين بان يتخلل بينهما ستة اشهر بان ولدا معا اوتخلل بينهما دون ستة اشهر .فان تخلل بينهما ستة اشهر فاكثر فهما حاملان لاتوامان وعبارة البغية فى باب الحدود :فعلم ان كل امرأة حملت واتت بولدان امكن لحوقه بزوجها لحقه ولم ينتف عنه الا باللعان وان لم يمكن كان طالت غيبة الزوج بمحل لايمكن اجتماعهماعادة كان حكم الحمل بالزنا بالنسبة لعدم وجوب العدة وجواز نكاحها ووطئها.وكالشبهة بالنسبة لدرء الحد والقذف واجتناب سوء الظن اه.

Wallahu a’lam bis shawab


Keislaman Terbaru