• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Rabu, 8 Mei 2024

Khutbah

Khutbah Jumat: Kesalehan Sosial

Khutbah Jumat: Kesalehan Sosial
ilustrasi (NU Online)
ilustrasi (NU Online)

Khutbah I

 

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السّلَامِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الْكَريمِ  أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُو الْجَلَالِ وَالْإكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ  اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ  أَمّا بَعْدُ  اُوْصِيْنِى وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

 

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Pertama sekali marilah kita bersyukur ke hadirat Allah yang telah memberikan berjuta-juta kenikmatan kepada kita sekalian. Sehingga kita masih bisa melaksanakan Shalat Jumat di masjid yang mulia ini.

 

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad yang telah membimbing kita menuju addinul Islam. Semoga kita selalu mencintainya dan bershalawat kepadanya sehingga kita diakui sebagai umatnya yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti, amin.

 

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Selaku khotib kami mengajak kepada hadirin sekalian dan diri kami pribadi, marilah selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan terus berusaha menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sehingga selalu dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Amin.

 

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Dalam kehidupan beragama, ada narasi saleh individu maupun saleh secara sosial. Kesalehan individu adalah kesalehan secara perseorangan yang merupakan kebaikan kebaikan yang dilakukan seseorang terhadap Allah. Dalam arti dia lebih banyak berbuat baik kepada Allah dalam banyak hal.

 

Sedangkan kesalehan sosial menurut Kiai Mustafa Bisri misalnya,  adalah perilaku orang-orang yang sangat peduli dengan nilai-nilai islami, yang bersifat sosial. Suka memikirkan dan santun kepada orang lain, suka menolong, dan seterusnya; meskipun orang-orang ini tidak setekun kelompok kesalehan ritual dalam melakukan ibadah seperti sembayang dan sebagainya, tetapi orang-orang itu lebih mementingkan hablun minan nas.

 

Adapun menurut KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), kesalehan  sosial adalah suatu bentuk kesalehan yang tidak cuma ditandai oleh rukuk dan sujud, melainkan juga oleh cucuran keringat dalam praktik hidup keseharian kita.

 

Jadi pada intinya bahwa untuk menjadi saleh kita harus bisa banyak berbuat yang baik dan memberi manfaat kepada orang lain. Sebagai mana sabda Rasul:

 

خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ

’’Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain.” (HR Ahmad)

 

Lalu apa saja kesalehan sosial dalam kehidupan umat Islam. Di antaranya adalah dapat ditunjukkan:

 

Pertama, kesalehan dalam berpikir

Dalam kehidupan bermasyarakat ada berbagai macam yang bisa kita lihat dan dengar, boleh jadi ada yang menyenangkan boleh juga ada yang menyakitkan atau minimal menyinggung perasaan yang terkadang menyulut kita untuk berpikir yang bisa jadi dilanjutkan dengan tindakan. Namun begitu sebagai orang yang berharap untuk saleh, maka kita berusaha untuk memulai dengan berpikir yang baik, berpikir yang positif terhadap apa pun yang kita lihat, kita dengar ataupun kita rasakan. Dengan berpikir yang baik dan atau positif bisa melahirkan kesadaran bagi kita maupun masyarakat, mendorong manusia untuk berusaha dan beramal yang  baik, mendorong manusia untuk mendekatkan diri pada Allah.

 

Allah berfirman:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

 

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada sebagian kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS Al-Hujuraat: 12)

 

Kedua, kesalehan dalam berucap

Ada pepatah mengatakan bahwa lidah tidak bertulang. Hal ini bisa dimaknai bahwa lidah bisa mengucapkan apa saja yang dia kehendaki dengan bebas sebebasnya tanpa ada gangguan dari mana pun. Namun dalam Islam, dilarang mengucapkan kalimat atau kata-kata yang bisa menyinggung orang lain, menyakiti orang lain, merendahkan orang lain, membuat orang lain marah dan sebagainya. Jadi sebagai umat Islam, harus mampu menjaga lidah dari ucapan-ucapan yang tidak baik sehingga menyejukkan setiap orang yang mendengar. Allah berfirman:

 

لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

 

"Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar." (QS An-Nisaa'[4]: 114).

 

Rasulullah bersabda:

سلامة الإنسان في حفظ اللسان

"Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (HR Al-Bukhari)

عليك بطول الصمت فإنه مطردة الشيطان وعون لك علي أمردينك

 

"Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu." (HR Ahmad)

 

Ketiga, kesalehan dalam bertindak

Setelah kita berpikir, berucap terkadang bisa dilanjutkan dengan tindakan. Tindakan atau perbuatan seyogiyanya tindakan yang tidak melanggar hukum. Tindakan manusia secara keseluruhan akan terdetek oleh Allah melalui catatan para malaikatnya (Rokib dan Atid). Tak satupun kegiatan kita yang terlewatkan oleh dua malaikat tersebut.

 

Kesalehan kita dalam bertindak adalah bagaimana kita selalu berusaha bertindak yang baik yang bisa membawa atau memberikan kesenangan, kenyamanan, solusi, dan tumbuhnya semangat orang lain untuk berbuat baik. Apa pun jenis perbuatannya harus bisa menjadikan adanya manfaat untuk orang lain, bukan sebaliknya. Rasululloh bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan (orang lain) merasa aman dari kejelekannya.” (HR At-Tirmidziy No 2263)

 

Keempat, kesalehan dalam bersikap

Dalam bermasyarakat dan berbangsa, perlu diperhatikan bahwa  jangan sampai sikap kita, menjadikan munculnya sikap saling membenci, mencurigai, menyinggung atau sebangsanya. Tetapi sebaliknya, sikap yang bisa menumbuhkan kebersamaan kenyamanan dan tumbuhnya sikap persaudaraan.

 

Apalagi terhadap keluarga, terutama orang tua.  Allah berfirman:

 

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS Al Isra Ayat 23)

 

Kelima, kesalehan dalam menulis

Sesuatu yang penting dalam bermuamalah dengan masyarakat sebaiknya dilakukan penulisan atau pencatatan agar bisa menjadi ingatan ataupun catatan penting dan lain sebagainya. Jelasnya adalah sesuatu yang bersifat penting, bermakna, dibutuhkan di waktu yang akan datang baik sebuah ilmu, informasi atau perjanjian dan sebangsanya sebaiknya ditulis dengan baik dan benar berdasarkan fakta dan data dengan menjauhkan dari dusta maupun hoak. Mengapa? Karena kalau dan ketidakbenaran baik disengaja maupun tidak, di belakang hari akan membawa kemadharatan atau ketidakbaikan, bahkan bisa jadi pertikaian. Allah berfirman:

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَٱكْتُبُوهُ ۚ وَلْيَكْتُب بَّيْنَكُمْ كَاتِبٌۢ بِٱلْعَدْلِ ۚ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ أَن يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ ٱللَّهُ ۚ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ ٱلَّذِى عَلَيْهِ ٱلْحَقُّ وَلْيَتَّقِ ٱللَّهَ رَبَّهُۥ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْـًٔا ۚ

 

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya. Hendaklah ia menulis. Hendaklah orang yang berutang itu mengimla’kan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Janganlah ia mengurangi sedikitpun dari hutangnya.” (Surat Al-Baqarah Ayat 282)

 

Demikian khutbah yang singkat ini, semoga kita dapat menunjukkan kesalehan  sosial.

 

بَـارَكَ اللهُ لِـيْ وَلَكُمْ بِالقُـرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِــيْ وَإِيَّــاكُــمْ بِمَــا فِيْهِ مِـنَ الآيَاتِ وَالـذِّكْرِ الحَكِيْمِ، وَأَقَـوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْا اللَّـهَ لِـيْ وَلَــكُمْ مِـنْ كُلِّ ذَنْـبٍ، فَيَا فَوْزَ المُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَــا نَجَاةَ التَــائِبِيْنَ

 

 

 

 

 

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْد فَيَآ اِخْوَانِىْ رَحِمَكُمُ اللَّهُ.

 اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِ يْمِ : مَنْ يَتَّقِ اللَّهَ  يَجْعَلْ  لَهُ مَخْرَجَا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ  لاَ يَحْتَسِبْ. وَاَنَّ اللَّهِ اَمَرَكُمْ بَدَأَ بِنِفْسِهِ وَ ثَنَّى بِمَلاَ ئِكَةِ  بِقُدْسِهِ  وَثَلَّثَ بَكُمْ اَ  يُّهَا الْمُؤْ مِنُوْنَ . فَقَالَ عَزَّ مِنْ قَا ئِلٍ كَرِ يْمٍ. اِنَّ اللَّهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ  يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ   يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ  ‍‍‍ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ  وَسَلِّمُوْ تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مِنْهُمْ وَمَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ . اَمِيْنْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ  لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ, وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, اَ لْاَ حْيَاءِ  مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ اَعِزِّ اْلاِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. وَاَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. وَ لاَ تَجْعَلْنَاتَحْتَ اَقْدَامِ الْمُنَافِقِيْنَ الظَّالِمِيْنَ. أَللَّهُمَّ انْصُبْ فِيْ بِلاَدِنَا  هَاذَااِمَامًا عَادِلاً وَبِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ   .اَللَّهُمَّ اَ لِّفْ بَيْنَ  قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ , وَفَرِّقْ جَمْعِيَةَ الْكُفْرِ الْمُشْرِكِيْنَ بِعِنَايَتِكَ  وَرَحْمَتِكَ  يَآ اَرْحَمَ الرَّ احِمِيْنَ  . اَللَّهُمَّ ا دْ فَعْ  عَنَّا الْغَلآ ءَ وَالْوَ بَآ ءَ وَالْفَخْشَآ ءَ وَالْمُنْكَرَ  وَالْبَغْىَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ  وَالشَّدَآ ئِدَ  وَالْمِحَنَ  مَا ظَهَرَ  مِنْهَا وَمَا بَطَنَ  مِنْ بَلَدِنَا هَاذَ خَآ صَّةُ . وَمِنْ بُلْدَانِ   مُسْلِمِيْنَ عَآ  مَّةُ. اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ  قَدِ يْرٌ   . رَ بَّنَااغْفِرْ لَنَا وَ ِلاِ خْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْ نَا    بِاْلاِ يْمَانِ  وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْ بِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ   اَ مَنُوْ ا  رَبَّنَآ  اِنَّكَ  رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ.

عِبَادَ اللَّهِ, اِنَّ اللَّهَ يَأْ مُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ  وَاِ يْتَآ ءِ ذِي  الْقُرْبَى وَ يَنْهَى  عَنِ الْفَخْشَآ ءِ وَالْمُنْكَرِ  وَالْبَغِى يَعَظُكُمْ لَعَلَّكُمْ  تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْرُ اللَّهِ اَكْبَرُ. اَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ. ثُمَّ اَقِمِ الصَّلاَةَ.

KH Ahmad Misbah, Ketua Lembaga Dakwah Nahdaltul Ulama Tangerang Selatan


Khutbah Terbaru