Cegat Masa Depan, dari Beasiswa, Pengaderan, hingga Transformasi Digital dan Teknologi
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan, untuk agenda memenangi masa depan, PBNU berpikir perlunya mencegat masa depan itu tanpa menunggu-nunggu lagi.
’’Maka banyak hal, kami persiapkan dan sudah mulai kami lakukan untuk keperluan itu. Di antaranya peningkatan penyediaan beasiswa bagi anak-anak kami untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik,’’ ujarnya saat sambutan pada pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama (NU) 2023 di Pondok Pesantren Al Hamid Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (18/9/2023).
PBNU, lanjut Gus Yahya—sapaan akrabnya-- juga telah mulai melaksanakan program pengaderan dalam sistem pengkaderan nasional NU, perbaikan berbagai macam lembaga pendidikan yang ada di lingkungan NU, dari dasar hingga perguruan tinggi.
’’Dan lebih jauh lagi untuk jadi ikon memenangi masa depan ini adalah agenda transformasi digital dan teknologi untuk NU. Kami menargetkan pada 2024 nanti semua urusan NU surat menyurat, transaksi, dilakukan dengan menggunakan teknologi-teknologi digital. Mudah-mudahan pada 2024 nanti saya tidak melihat kertas, karena semua dilaksanakan dengan digital, insyaallah,’’ harap kiai yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantrean Krapyak, Jagjakarta, itu.
Pada kesempatan itu, lanjut Gus Yahya, PBNU juga menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo, gedung Universitas Nahdlatul Ulama Jogjakarta telah selesai.’’Bapak Presiden Joko Widodo sejak tahun lalu, dimulainya masa khidmat kepengurusan ini, mengarahkan didirikannya gedung baru bagi Univesritas NU Jogjakarta. Gedung sudah jadi, siap ditempati,’’ tegas pria kelahiran 1966 tersebut.
Bahkan, imbuhnya, Presiden secara pribadi mengajak presiden Uni Emirat Arab untuk ikut membantu, sehingga ada komitmen membangunkan satu gedung lagi sebagai tambahan satu gedung yang suda selesai. ’’Kami dituntun dan diarahkan untuk menjalin kerja sama starategis dengan Mohammed Bin Zayed University for Humanities untuk mengembangkan apa yang kami sebut sebagai sekolah untuk studi masa depan. MoU (nota kesepahaman) sudah tahun lalu. Insyaallah segera komitmen-komitmen tersebut segera dilaksanakan,’’ imbuhnya dalam kegiatan yang juga disiarkan oleh akun resmi NU Online via YouTube.
Seperti diketahui, Gus Yahya mengatakan, Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama (NU) adalah dua unsur permusyawaratan yang berbeda tetapi disatukan. ’’Untuk munas ini kita menghadirkan para ulama di lingkungan Nahdlatul Ulama untuk membicarakan berbagai macam masalah agama, khususnya yang terkait dengan kehidupan bangsa dan negara serta hajat masyarakat banyak,’’ ujar penulis buku berjudul Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama itu saat konferensi pers terkait Munas dan Konbes NU di Gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (2/9/2023) siang.
Sedangkan konbes merupakan forum dari para pengurus Nahdlatul Ulama di tingkat provinsi yaitu Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) di seluruh Indonesia untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan organisasi Nahdlatul Ulama itu sendiri.’’Nah kami mencanangkan digelarnya munas dan konbes ini insyaallah pada 18 sampai 20 September 2023,’’ terang Gus Yahya.
Hadir dalam pembukaan di antaranya Presiden Joko Widodo, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju, beberapa duta besar, dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani. Juga Panglima TNI Laksamana TNI H Yudo Margono, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, para Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama se Indonesia, para ulama dan kiai, serta tamu undangan. (M Izzul Mutho)
