• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 28 April 2024

Nasional

Haul ke-130 Syekh Nawawi Al-Bantani

Covid-19, Rezeki, dan Tawakal Menurut Syekh Nawawi

Covid-19, Rezeki, dan Tawakal Menurut Syekh Nawawi
Puncak peringatan haul ke-130 Syekh Nawawi Al-Bantani di Pondok Pesantren Annawawi Tanara, Banten, Jumat (19/5/2023) malam dihadiri ribuan orang. (Foto: SS Youtube Setwapres)
Puncak peringatan haul ke-130 Syekh Nawawi Al-Bantani di Pondok Pesantren Annawawi Tanara, Banten, Jumat (19/5/2023) malam dihadiri ribuan orang. (Foto: SS Youtube Setwapres)

Kabupaten Serang, NU Online Banten

Peringatan Haul ke-130 Syekh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi sudah berlalu. Puncak peringatan digelar di lingkungan Pondok Pesantren Annawawi Tanara, Banten, Jumat (19/5/2023) malam. Ribuan orang dari berbagai daerah hadir di tanah kelahiran ulama yang dijuluki Al Sayyid Al Ulama Al Hijaz Syekh itu.

Pada malam itu Wakil Presiden (Wapres) KH Amin Ma’ruf yang juga sebagai tuan rumah menyampaikan sedikit pandangan Syekh Nawawi yang meninggal di Makkah, Arab Saudi dan dimakamkan di Ma’la, itu.

Kiai Amin mengatakan, dalam kamus Al-Munjid Fî Al-Lughah Wa Al-A'lãm karya Louis Ma'luf, seorang Kristen asal Mesir, disebutkan, Muhammad Nawawi adalah seorang ulama Mazhab Syafii, ahli tasawuf, unggul juga di bidang tafsir, dilahirkan di Jawa dan kemudian pindah di Makkah. ’’Syekh Nawawi menguasai banyak bidang, seorang generalis; semua ilmu dan kitabnya tersebar di mana-mana,’’ ujar wapres yang malam mengenakan baju cenderung gelap, peci hitam dipadu dengan sorban warna putih.

Wapres bersyukur peringatan haul kali ini bisa digelar lebih terbuka. Berbeda sebelumnya yang memang ada wabah Covid-19. ’’Alhamdulillah tahun ini agak terbuka. Meski belum seperti dulu, tapi mulai terbuka,’’ imbuhnya.

Meredanya Covid-19, lanjut Kiai Ma’ruf, tak lepas karena kepatuhan dan ketaatan masyarakat yang menerapkan protokol kesehatan maupun mengikuti vaksinasi. ’’Sehingga Covid-19 melambat dan kemudian hilang,’’ imbuhnya.

Ini, lanjutnya, sesuai dengan pandangan Syekh Nawawi ketika menafsirkan ayat khudhu hidrakum. ’’Berhati-hati atau bersiap-siap menghadapi berbagai kemungkinan. Asalnya ayat ini terkait perang. Oleh Syekh Nawawi ditafsiri wajibnya kita bersiap-siap, berhati-hati, bahaya yang diduga akan datang,’’ ungkapnya mengutip pandangan Syekh Nawawi dengan lebih dulu menyampaikan narasi Arabnya dengan fasih dan hafal, lalu diterjemahkan.

Masih mengutip pandangan Syekh Nawawi, Kiai Ma’ruf melanjutkan, semua bahaya yang akan datang harus diantisipasi. Dari cara berpikir ini, maka berobat dan menjaga diri dari wabah penyakit itu suatu yang wajib. ’’Termasuk wabah Covid-19 melalui protokol kesehatan, melalui vaksinasi, itu berarti wajib kata Syekh Nawawi Al Bantani. Ini pelajaran yang diberikan. Jadi melaksanakan itu adalah wajib,’’ jelas kiai berkacamata itu.

Apa itu tidak mengurangi tawakal? Syekh Nawawi, lanjut Kiai Ma’ruf masih mengutip, tawakal itu bukan syarat kemudian meninggalkan semua sebab, pemikiran, amal atau perbuatan.  ’’Itu bukan menjadi syarat tawakal. Antara sebab dan tawakal itu tidak saling menafikan. Tawakal iya, sabab iya, karena kata Syekh Nawawi, tawakal tempatnya di hati, sedangkan sebab tempatnya di anggota,’’ terangnya.

Jadi kalau seseorang bekerja, Syekh Nawawi mengaitkan kisah Sayyidina Umar ketika hendak ke Syam bertepatan ada wabah. Sayyida Umar tidak jadi masuk dan memutuskan kembali lagi. Ketika ada yang bertanya, apa hal demikian lari dari qodar Allah? ’’Sayyidina Umar menjawab, ya kita lari dari qadar Allah ke qadar Allah yang lain. Itu pandangan Syekh Nawawi,’’ kata Kiai Ma’ruf.

Tak hanya itu. Pandangan Syekh Nawawi soal rezeki juga disampaikan. Mencari rezeki dengan sebab itu adalah syariah, karena Allah memerintahkan memakmurkan negeri, bumi, dan dunia. ’’Jadi keterkaitan rezeki dan sebab itu syariah, karena Allah memerintahkan bumi ini sebagai pengabdian, ibadah, dan kebiasaan. Makanya rezeki ada sebabnya, harus mencari rezeki. Rezeki dan sebab itu keterkaitan,’’ tegasnya.

Sekadar diketahui, Syekh Nawawi Al Bantani Al Jawi lahir di Tanara, Banten, pada 1230 H/1813 dan wafat di Makkah dan dimakamkan di Ma’la, Makkah pada 1314 H/1897 M.

Tidak sedikit karyanya. Di antara kitabnya adalah Fathul Majid, Hilyatush Shibyan, Tanqihul Qaul, Sullamul Munajat, Maroqil Ubudiyyah, Nashoihul Ibad, Qomiuth Thughyan, Tafsir al- Munir, Fathul Shamad al-Alim, dan Al-Tausyikh. Juga Kasyifatus Saja,Al- Futuhat al-Madaniyyah, Nihayatul Zayn, dan Targhibul Mustaqin.

Kitab-kitabnya dibaca dan dipelajari di berbagai pesantren dan sejumlah negara seperti Tafsir Marah Labid atau Tafsir Munir.’’Satu-satunya tafsir yang ditulis bahasa Arab oleh orang Indonesia. Jadi hanya satu orang Indonesia yang menulis tafsir dalam Bahasa Arab. Dan dijadikan bahan tesis dan desertasi baik di Libia, Mesir, dan Sudan,’’ imbuh wapres.

Kitab tasawufnya di antaranya adalah Misbahud Dhulam ala Nahjil Atam fi Tabwibil Hikam. ’’Jadi Syekh Nawawi tidak mengatakan fi Syarhi Hikam, karena pernah diminta mensyarahi Hikam, tidak mau. Sebab, sudah banyak Syarah Hikam ditulis. Hikam itu aslinya tidak ada bab-babnya. Tapi setelah dibab-babkan oleh seorang ulama India Syekh Al Muttaqi dinamakan An Nahjul Atam fi Tabwibil Hikam, baru Syekh Nawawi mau menyarahi. Kemudian dinamakan Misbahud Dhulam ala Nahjil Atam fi Tabwibil Hikam,’’ ungkap Kiai Ma’ruf.

Syekh Nawawi mengajar di Masjidil Haram. Banyak muridnya. Dari Indonesia maupun luar. Di antara muridnya adalah Syekh Kholil Bangkalan; Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, pendiri NU; pesantren Tebuireng; KH Ahmad Dahlan, pendiri MD; dan pendiri Tarbiyah Syekh Sulaiman Arrasuli Bukittinggi, Sumatera Barat.

Hadir dalam peringatan haul yang menghadirkan Habib Syech dari Solo di antaranya Menko Polhukam Mahfud MD, Menpora Dito Ariotejdo, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, dan Pj Gubernur Banten Al Muktabar. Tampak juga sejumlah ulama dan pimpinan pondok pesantren, serta ribuan jamaah yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.

Pewarta: M Izzul Mutho


Nasional Terbaru