Nasional

Gus Mus: Memilih Pemimpin Itu Harus dengan Akal dan Nurani

Selasa, 13 Februari 2024 | 23:57 WIB

Gus Mus: Memilih Pemimpin Itu Harus dengan Akal dan Nurani

Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri di Leteh, Rembang, Senin (12/2/2024). (Foto: NU Online/Saiful Amar)

Banten, NU Online Banten

Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 secara serentak di Indonesia pada Rabu, 14 Februari 2024.
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri mengajak masyarakat Indonesia untuk memilih calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) dan calon legislatif (caleg) dengan akal dan hati nurani. "Memilih pemimpin itu harus dengan akal dan nurani," tutur Gus Mus—sapaan akrab KH Ahmad Mustofa Bisri--di Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Senin (12/2/2024).


Menurutnya, semua calon yang ada mesti dipertimbangkan, karena masing-masing sudah punya rekam jejak yang bisa dipelajari. "Kalau tidak bisa memilih yang terbaik, pilih yang tidak begitu buruk dari yang buruk-buruk. Kemudian tanya kepada hati nurani, mana pilihan saya?" ucap Gus Mus sebagaimana dilansir NU Online.



Menurut Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, itu, kalau pemilih memilih dengan melihat rekam jejak dan sesuai hati nurani, maka tidak peduli nanti yang menang siapa. Tetapi, Gus Mus melanjutkan, kalau pemilih memilihnya dengan emosi, maka nanti sesudah pemilihan, pemilih masih emosi.


Kiai sepuh NU yang juga rajin menulis "Jumat Call" di akun media sosialnya ini juga berpesan agar dalam memilih tidak hanya ikut-ikutan, karena yang diikuti itu jangan-jangan dia juga pengikut.  "Dan ingat, kalau pilihan seperti pilihan presiden, itu lima tahun sekali. Kalau kamu salah milih,  toh nanti masih ada lima tahun lagi, bisa mikir lagi. Jangan dianggap seperti pemilihan setelah yaumil qiyamah, anggap enteng saja," katanya seraya terkekeh.  



Dengan memilih dengan cara seperti itu, lanjutnya, maka menang kalah pun dia tidak akan menimbulkan persoalan yang macam-macam. "Tapi kalau pemilihnya ada rasa gela (kecewa) segala macam, ingatlah bahwa nanti masih ada, lima tahun lagi masih ada pemilihan lagi. Kalau sekarang ndak menang, coba nanti lima tahun lagi, pilih lagi, barangkali menang. Atau nyalon lagi," pungkasnya. (Ahmad Naufa)