Nasional

Kitab Karya Wakil Rais ’Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir Ini Diluncurkan

Rabu, 6 November 2024 | 11:07 WIB

Kitab Karya Wakil Rais ’Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir Ini Diluncurkan

Peluncuran Kitab Taysirul Wushul ila 'Ilmil Ushul karya KH Afifuddin Muhajir (dua dari kiri) di Gedung PBNU Jakarta, Senin (4/11/2024). (Foto: NU Online/Aldi)

Jakarta, NU Online Banten

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meluncurkan Kitab Taysirul Wushul ila 'Ilmil Ushul karya KH Afifuddin Muhajir di Lantai 5 Gedung PBNU Jakarta, Senin (4/11/2024). Acara peluncuran dihadiri oleh jajaran pengurus PBNU dan tokoh-tokoh penting organisasi Islam terbesar di Indonesia ini. Kitab yang diterbitkan oleh Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN) PBNU ini secara resmi diserahkan oleh Ketua PBNU KH Miftah Faqih kepada penulisnya, KH Afifuddin Muhajir yang juga wakil rais ’aam PBNU.


Rais ’Aam PBNU KH Miftahul Akhyar dalam sambutannya mengatakan, pentingnya ilmu ushul fiqih dalam menjawab tantangan zaman. "Ilmu ushul fiqih, ilmu yurisprudensi, adalah ilmu yang sangat kita butuhkan. Ushul fiqih ini membuka lebar kita untuk terus merambah sebagaimana Islam itu shalihun likulli zaman wa likulli makan, selalu eksis sampai kapan pun," ujarnya.


Menurutnya, perlu kajian ushul fiqih di lingkungan PBNU, khususnya di kalangan syuriyah. "Mestinya di PBNU itu ada kajian, khusus terutama di syuriyah, biasanya ushul fiqih dan fiqihnya, lalu amalnya (tindakannya) ya ijtihad itu, istinbath," ujar Kiai Miftach.



Prof Muhammad Nuh, salah satu tokoh yang hadir, mengapresiasi karya Kiai Afifuddin sebagai upaya membangun tradisi ilmiah di kalangan umat Islam.   "Membangun tradisi ilmiah di kalangan kita itu sangat berat betul. Kita disuruh cerita bisa berjam-jam, tapi disuruh menulis satu halaman, tidak selesai-selesai. Membangun tradisi akademik ini sangat penting," terangnya dilansir NU Online.


Hadir dalam kesempatan itu, di antaranya, Katib ’Aam KH Akhmad Said Asrori, KH Nurul Yaqin Ishaq, KH Miftah Faqih, Habib Ibrahim bin Luthfi Al Attas, KH Tajul Mafakhir, KH Nadhif Abdul Mujib, KH Ma'ruf Khozin, Ketua LTN PBNU H Ishaq Zubaedi Raqib, dan sejumlah kiai lain.


Sekretaris LTN PBNU Hamzah Sahal menyampaikan rencana tindak lanjut dari peluncuran kitab ini. "Gus Yahya memerintahkan buku ini dibedah di berbagai pesantren menjelang Ramadhan nanti," ujarnya.


Sedangkan KH Afifuddin Muhajir menjelaskan prinsip dasar dari karyanya. "Prinsip kitab ini taysir bukan ta'sir. Mempermudah orang, bukan mempersulit. Taysir ini untuk mubtadi'in, memudahkan orang yang baru belajar ilmu ushul fiqih untuk memahami kitab ushul fiqih," katanya.


Penulis kitab dalam paparannya mengungkapkan sejumlah inovasi yang belum tercatat dari kitab ushul fiqih sebelumnya. Inovasi itu adalah hasil dari upaya Kiai Afif memahami sesuatu yang tersirat dari karya-karya para ulama. “Tidak ada haqiqotan, akan tetapi ada shurotan,” ujar Kiai Afif.



Kiai Afif mendefinisikan fiqih dengan hasil kerja (tsamrotul ‘amal), ushul fiqih adalah cara kerja (manhajul ‘amal), sementara ijtihad dimaknai dengan pekerjaan (al-‘amal).  “Di sini (hal. 7) saya beri contoh hubungan fiqih, ushul fiqih dan ijtihad,” ungkap wakil rais ’aam PBNU itu.


Di dalam kitabnya tersebut menjelaskan keterkaitan antara hukum taklifiyah dengan hukum wadl’i, dan dengan kondisi manusia. Kiai asal Situbondo ini mencontohkan kaitan antara nishob dan haul sebagai sabab dan syarat bagi kewajiban menunaikan zakat. “Selanjutnya barangkali yang baru adalah bahwa hukum taklifiyah tidak bisa dipisahkan dari hukum wadl’i,” terangnya.


Ditambahkan, keunikan dari kitab ini terletak pada penjelasan bahwa memahami nash mujtahid perlu mengaitkan satu dalil dengan dalil lainnya. Pemahaman sukar dicapai manakala hanya mendayakan sababun nuzul dan sababul wurud nash keagamaan. (Ahmad Mundzir, A Risky Arwani Maulidi)