• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 3 Mei 2024

Opini

Dua Keistemewaan Ziarah Menurut Habib Luthfi

Dua Keistemewaan Ziarah Menurut Habib Luthfi
Ziarah. (Foto: NU Online)
Ziarah. (Foto: NU Online)

Dalam satu kesempatan, ada seseorang bertanya kepada Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan, Jawa Tengah. Apa keistemewaan ziarah Wali Sanga atau para auliya lainnya? Ada dua jawaban yang disampaikan. Pertama, ziarah dapat menumbuhkan rasa malu. Kedua, ziarah dapat menjadi alat untuk mengenalkan para leluhur mulia kepada anak cucu. Mengenalkan siapa yang dimakamkan. Peran dan jasa-jasanya. Harapannya, anak cucu akan dapat terinspirasi. Mampu melanjutkannya. "Ora kepaten obor" demikian falsafah Jawa menandaskan.


Terkait fungsi yang pertama, Habib Luthfi menjabarkan lebih lanjut.  Saat kita berziarah, semisal ke makam Sunan Ampel, kita dapat menemui ratusan orang datang berdzikir. Makam Sunan Kalijaga, setiap malam ratusan orang datang ziarah menyebut asma Allah ta'ala. Makam Sunan Muria, ratusan orang datang untuk membaca Al-Qur'an serta bershalawat. Ini berbeda dengan kita yang masih hidup. Setiap bakda magrib, misalnya, betapa susah mengajak anak cucu untuk berkumpul, membaca Al-Qur'an, berdzikir, bershalawat, serta berdoa. Jika ini direnungkan, betapa harus malunya kita. Bukankah para Wali Sanga telah wafat ratusan tahun lalu. Tetapi, makamnya saja dapat menghadirkan ratusan dan ribuan orang untuk berdzikir, membaca Al-Qur'an dan bershalawat kepada Baginda Nabi Muhammad.


Sedangkan fungsi kedua, anak cucu kita akan mudah mendapatkan pelajaran hidup. Di antaranya adalah tergerak berbuat baik untuk sesama. Mengabdi kepada nusa dan bangsa. Contoh sederhananya, meskipun Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, serta lainnya telah wafat ratusan tahun lalu, tetapi makamnya hingga saat ini masih dapat menghidupi banyak orang. Ratusan bahkan ribuan pelaku ekonomi nyata merasakannya. Mulai dari proses produksi, distribusi, hingga konsumsi. 


Selain itu, Habib Luthfi juga menegaskan pentingnya menziarahi makam pahlawan. Mengenalkan anak cucu jasa dan perjuangan mereka. Semisal Kiai Sentot Prawirodirjo, Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman, dan lain sebagainya. Bendera Merah Putih yang menjadi simbol kemerdekaan, dulu diraih dengan mengorbankan darah dan nyawa. Karenanya, generasi muda harus melanjutkannya. Mengisi kemerdekaan. Mencintai bangsa dan negaranya.


Dalam banyak dalil dan literatur, ziarah sangat dianjurkan. Sungguh, ziarah kubur dapat melunakan hati, meneteskan air mata, serta mengingatkan kehidupan akhirat. Demikian sabda Kanjeng Nabi Muhammad. Riwayat Imam Hakim (321-405 H). Dalam riwayat Imam Muslim (204-261 H), Sayyidah Aisyah menceritakan bahwa di sepertiga malam, baginda Nabi keluar rumah, ziarah dan mendoakan ahli kubur di Baqi'. Imam al-Ghazali (450-505 H) dalam kitab Ihya, menandaskan bahwa ziarah adalah sunnah (mustahab). Terlebih ziarah makam para shalihin, dapat memetik berkah dan menimba inspirasi (li al-tabarruk wa al-i'tibar)


Semoga kita dapat memetik pelajaran nyata ini. Waallahu a'lam bisshawab.


Muhammad Hanifuddin, Ketua LBM PCNU Tangsel dan Dosen Darus-Sunnah Jakarta


Opini Terbaru