Pemimpin, leader, rais atau terma lain pada prinsipnya merupakan seorang yang menguasai, mengontrol atas sebuah kelompok, wilayah/negara, atau situasi. Syarat seorang leader adalah adanya follower/pengikut, bukan follower seperti pada berbagai platform media sosial yang ada. Sebagai follower, kita telah memilih ‘orang-orang sakti’, agar dapat menyuarakan, mewakili, dan menguasakan atas berbagai problematika. Lantas, setelah mereka berkuasa sudahkah ‘titipan’ kita dipenuhi? Apakah kehidupan kita menjadi lebih baik daripada sebelum mereka terpilih? Ataukah mereka tidak lagi menjadi sakti? Penulis tidak menginginkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, melainkan hanya sebagai ‘morning call’ semata.
Setiap dari kita, tentu mendambakan seorang pemimpin yang tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas, dikenang dengan legacy yang bernilai tambah, guna meneruskan catatan sejarah peradaban. Dunia sudah berubah drastis dinamis, sehingga pemimpin sepatutnya mengikuti irama gendang perubahan, jika tidak ingin ditinggal para followernya. Pemimpin dengan style luwes, akomodatif partisipatoris akan lebih disukai dibandingkan dengan pemimpin diktator non-partisipatoris. Dan, tak kalah pentingnya, adalah pemimpin yang bisa dijadikan panutan bagi para followernya, karena sesungguhnya pemimpin dipilih untuk kemudian ditaati atas kebijakan pro-kemanfaatan kemanusiaanya bukan malah dia didemosi atau malah dikudeta sebagai akibat abuse of power yang dia lakukan.
Tidak ada pemimpin yang sempurna, namun terdapat karakter-karakter yang sebaiknya dimiliki: a). Visi yang jelas dan bagaimana cara implementasinya sehingga mereka yang dipimpin mengetahui arah kepemimpinannya; b). Integritas; mereka yang memimpin memiliki suatu konsep yang merujuk pada konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip; c). Pemimpin harus juga memiliki dedikasi; meluangkan waktu dan energi demi menyelesaikan suatu pekerjaan menuju visi dengan memberi teladan nyata; d). Rendah hati juga harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Pemimpin dengan sifat ini, akan menyadari bahwa statusnya tidak akan membuatnya lantas seperti dewa; e). Keterbukaan bagi pemimpin artinya, dia akan mendengarkan ide-ide baru, bahkan jika ide tersebut, tidak sesuai dengan cara berpikir biasa. Pemimpin yang baik mampu menangguhkan penilaian, sembari mendengarkan ide-ide, serta menerima cara-cara baru dalam melakukan hal-hal yang dipikirkan oleh orang lain. Keterbukaan membangun saling menghormati dan kepercayaan antara pemimpin dan pengikut, yang pada gilirannya akan melahirkan ide guna mencapai visi; f). Kreativitas; kemampuan untuk berpikir secara berbeda, ‘out of the box’, berpikir keluar dari pakem atau pun patron yang ada. Pemimpin berkemampuan untuk melihat hal-hal yang tidak dilihat oleh orang lain. Dengan demikian, pemimpin dapat membawa ke arah kebaruan; g). Keadilan; berurusan dengan orang lain secara konsisten dan adil. Seorang pemimpin harus memeriksa semua fakta dan mendengar semua orang sebelum memberikan penilaian. Dia harus menghindari melompat ke sebuah kesimpulan berdasarkan bukti yang tidak lengkap. Ketika orang merasa mereka diperlakukan secara adil, pengikut akan menghadiahi pemimpin dengan loyalitas dan dedikasi.
Karakter di atas hanya sebagian kecil dari sifat seorang pemimpin walau pada dasarnya pemimpin lahir dari lingkungan di mana dia tumbuh berkembang. Jadi pemimpin akan membawa karakter khasnya sendiri. Dalam perspektif kepemimpinan Islam, seorang pemimpin haruslah memiliki empat sifat yang diteladankan oleh seorang Rasul paripurna, Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni shiddiq (benar), amanah (dapat dipercaya), tabliqh (menyampaikan) dan fathonah (cerdas). Bukan malah sebaliknya. Jika ini terjadi, maka dapat dipastikan dunia akan cepat menuju kehancurannya.
Naudzu billahi min dzalik
Wallahu a’lamu bisshawab.
K. Hadi Susiono Panduk, Kolumnis Muslim; Rais Syuriyah MWCNU Bayah; Pengurus Pergunu Kabupaten Lebak; Pengurus MUI Kabupaten Lebak; Alumnus Pondok Pesantren Al-Khoirot dan Sabilillah Kudus, MA Nahdlatul Muslimin Kudus, serta Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang
Terpopuler
1
Tahun Baru 1447 Hijriah Jatuh Jumat Kliwon, 27 Juni 2025
2
Khutbah Jumat: Tahun Baru, Momentum Introspeksi dan Perbaikan
3
Ada-Ada Saja Pendidikan Kita (Indonesia)
4
Kabar Duka, Pengasuh Pesantren Krapyak Nyai Hj Durroh Nafisah Wafat
5
PC Fatayat NU Lebak 2025-2030 Dilantik, Janji All Out Berkhidmat
6
Berikut Doa Akhir dan Awal Tahun
Terkini
Lihat Semua