• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 17 Mei 2024

Opini

Pesan Syekh Masduqi Al-Lasemi, Santri Perlu Kuasai Bahasa Asing

Pesan Syekh Masduqi Al-Lasemi, Santri Perlu Kuasai Bahasa Asing
Penulis ziarah ke makam Syekh Masduqi. (Foto: Dok. Pribadi)
Penulis ziarah ke makam Syekh Masduqi. (Foto: Dok. Pribadi)

KH Mahrus Aly Lirboyo, KH Abdullah Faqih Langitan, KH Zaed Abdul Hamid Ringinagung, dan KH Makhtum Hannan Cirebon adalah sekian tokoh yang pernah nyantri kepada Syekh Masduqi Lasem, Rembang. Sedangkan murid yang masih hidup saat ini di antaranya adalah KH Miftahul Akhyar Surabaya dan KH Taufiqurrahman Pekalongan. KH Miftahul Akhyar, tidak sekadar santri Syaikh Masduqi, namun juga menantu. Kini, memegang amanah sebagai Rais 'Aam Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Dari sederet nama ini, kita jadi mafhum keberkahan ilmu dan didikan Syekh Masduqi.


Dari tokoh besar, lahirlah tokoh besar. Demikian kaidah umumnya. Syekh Masduqi Lasem sebelum kembali ke Rembang, telah menghabiskan waktu bertahun-tahun nyantri di berbagai pesantren di Jawa hingga belajar ke Tanah Suci. Di antara gurunya adalah Syekh Umar Hamdan al-Maghrabi (1875-1949) dan Syekh Muhammad Ali al-Maliki al-Hasani (1870-1949). Kedalaman ilmu mengantarkan menjadi pengajar di Masjidil Haram. Karenanya menyandang gelar Syekh. Sebagaimana Syekh Mahfudz al-Tarmasi (1868-1920) dan Syekh Yasin al-Fadani (1915-1990). Lantas apa kaitannya dengan pentingnya belajar bahasa asing bagi santri?


Setidaknya ada dua kenangan mendalam KH Jali Romlani (2020), salah satu murid Syekh Masduqi Lasem yang senantiasa disampaikan kepada santri. KH Jali Romlani adalah Pengasuh Pesantren Mahir Arriyadl Ringinagung Pare, Kediri. Di mana dulu kami nyantri, dari kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah hingga lulus Madrasah Aliyah. Pertama, agar santri bisa berdakwah dan berperan di masyarakat, maka selama masih di pondok harus belajar berbagai ilmu. Menimba beragam pengetahuan dan kemandirian. Pesan Syekh Masduqi, santri harus menempa diri semaksimal mungkin selama di pondok. Karena nantinya tidak tahu apakah akan tinggal di kota atau pun di kampung. Di antaranya harus belajar memimpin tahlil dan yasinan. Karena ini sangat dibutuhkan di masyarakat. Baik kota atau pun desa.


Kedua, santri harus belajar bahasa asing, bahkan bahasa Sweden. Jika suatu saat harus hidup dan berdakwah di masyarakat kota, maka ia akan siap. Tidak minder bergaul dan bertemu dengan masyarakat lintas daerah dan negara. Pesan yang kedua ini, tentu pesan jauh ke depan yang melampui zamannya. Dalam tantangan masa kini, penguasaan bahasa asing bagi santri adalah kebutuhan. Selain bahasa Arab, bahasa Inggris adalah niscaya. Benar yang dipesankan Syekh Masduqi, dengan penguasaan bahasa asing, santri akan bisa lebih percaya diri. Bertemu banyak kalangan. Mendakwahkan nilai-nilai luhur Islam. Ujungnya, Islam rahmatan lil 'alamin dapat terejawantahkan. Islam dapat menyapa berbagai lapis masyarakat global.


Semoga kita dapat memetik hikmah dan inspirasi dari para guru-guru mulia.


Muhammad Hanifuddin, Ketua LBM PCNU Tangsel dan Dosen Darus-Sunnah Jakarta


Opini Terbaru