• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 3 Mei 2024

Ubudiyyah

Akhlaq Mulia Tidak Putus karena Kematian 

Akhlaq Mulia Tidak Putus karena Kematian 
KH Salim Azhar
KH Salim Azhar

Oleh: KH Salim Azhar (Sabartas)

 

Akhlaq mulia seseorang di dunia tidak akan putus meskipun ajal sudah menjemput. Dalam sebuah kisah, dahulu kala di Mesir, ada seorang penampung dana untuk kaum duafa. Pada suatu hari, ada istri lelaki miskin melahirkan putranya. Lelaki tersebut tidak punya biaya kelahiran sang putra. Maka, ia datang kepada penampung dana.

 

Ia diajaknya mendatangi para aghniya’ untuk mencari sumbangan, tetapi tidak satupun orang yang memberi bantuan. Mereka berdua lalu menziarahi makam seorang muslim.

 

Muslim tersebut terkenal pada masa hidupnya gemar bersedekah. Mereka berdua duduk di samping makamnya seraya berkata:

 

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ وَإنَّا إنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُوْنَ

 

“Semoga keselamatan tetap untuk kamu wahai penghuni rumah kaum yang beriman. Dan kami insyaAllah akan bertemu dengan kalian." Kemudian ia berdoa kepada Allah,

 

“Ya Allah, dulu semasa hidup hambamu yang aku ziarahi ini suka berderma. Hari ini aku telah berkeliling mencari dana. Kami membutuhkannya untuk seorang bayi yang baru lahir. Ya Allah, tiada seorangpun yang membantu kami. Aku memohon kepada-Mu Ya Allah, dengan kebaikan orang salih yang aku ziarahi ini. Hendaklah kiranya Tuhan memberikan rezeki kepada kami.”

 

Al kisah, orang miskin itu kembali ke rumahnya dan optimistis bahwa Allah pasti menolongnya memberi rezeki. Allah menampakkan kekuasaan-Nya, (percaya tak percaya), pada malam harinya sang penampung dana bermimpi bertemu dengan muslim yang telah diziarahi tersebut.

 

Mereka berbincang dalam mimpi, muslim dermawan yang diziarahi tersebut berkata, “Kami mendengar semua yang engkau ucapkan, tetapi kami tidak diizinkan untuk menjawab. Tolong, datanglah ke rumahku dan katakan kepada anak-anakku agar mereka menggali tanah di bawah tungku perapian. Disana ada kotak yang berisi uang 500 dinar, Kiranya mereka akan menyerahkan uang itu kepadamu. Serahkan uang tersebut kepada lelaki miskin yang mendatangimu untuk memohon dana untuk kelahiran anaknya."

 

Syahdan, keesokan harinya ia mengunjungi rumah almarhum dan menceritakan mimpinya kepada anak-anaknya. Setelah mendengar ceritanya, mereka berkata, “Tunggu sebentar.”

 

Mereka segera menggali tanah di bawah tungku perapian. Dan betul, mereka menemukan uang tepat seperti yang dituturkan dalam mimpi. Mereka menyerahkan uang tersebut kepada sang penampung dana. Sang penampung dana berkata,

 

“Ini uang warisan milik kalian. Kami tidak berhak dan mimpi tidak dapat dijadikan sumber hukum." Mereka menjawab, "Ayah kami dahulu miskin, tetapi ketika hidupnya suka bersedekah. Apakah kami yang hidup ini tidak mau berderma?” tuturnya.

 

Mereka pun memaksa penampung dana itu untuk menerima uang tersebut, dan penampung dana itupun lalu menerimanya. Uang tersebut diberikan kepada si miskin yang anaknya baru lahir. Dan ia ceritakan asal usul uang tersebut. Lelaki miskin itu hanya mengambil 1 dinar kemudian dia berkata,

 

"Satu dinar ini cukup bagi kami untuk memenuhi kebutuhan kami. Sisanya sedekahkanlah kepada duafa yang sangat membutuhkan.

 

Subhaanallah, lelaki miskin diberi uang 500 dinar, hanya ia ambil 1 dinar menurut kebutuhannya pada saat itu dan memikirkan para fakir-miskin lainnya.

 

Subhaanallah, jika iman telah melekat pada hati seseorang, berselimut akhlak yang mulia dengan rasa sosial yang amat tinggi, alangkah damai dan sejahteranya kehidupan ini. Abu Sa'id, seorang perawi, berkata, "Aku tidak tahu di antara mereka siapakah yang paling dermawan." (*)

 

Penulis adalah Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Sendang Roudlatut Thullab, Sendangduwur, Paciran Lamongan/Ketua Rais Syuriah PCNU Lamongan.   


Ubudiyyah Terbaru