• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Sabtu, 20 April 2024

Ubudiyyah

Tetaplah Berpuasa Meskipun Telah Berbuka

Tetaplah Berpuasa Meskipun Telah Berbuka
Ilustrasi (Foto: NU Online)
Ilustrasi (Foto: NU Online)

Puasa merupakan pondasi sekaligus pintu gerbangnya ibadah lain. Puasa juga sebagai kunci amalan yang mendekatkan diri kepada Allah Swt, serta benteng sekaligus perisai hamba-hamba kinasih Allah agar terhindar dari musuhnya, yaitu setan. Di mana setan punya jalan masuk melalui syahwat. Syahwat menjadi kuat sebab makan dan minum. Oleh karena itu, Rasulullah Saw memberikan wejangan

 

 

اِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّامِ فَضَيِّقُوْا مَجَارِيْهِ بِالْجُوْعِ

 

 

“Sesungguhnya setan merasuk ke dalam diri bani adam melalui jalan aliran darah, hambatlah ia dengan lapar”.

 

 

Jadi, sebelum manusia dikuasai oleh setan yang menyebabkan rohaninya menjadi rusak, terlebih dahulu manusia tersebut tidak mampu mengendalikan nafsu (syahwat) nya. Sebab nafsu (syahwat) itu adalah bagian dari diri manusia yang tidak bisa terpisahkan dan dihilangkan, maka harus dikendalikan atau dikekang. Imam Ghazali dalam Kimiya’us Sa’adah menjelaskan bahwa kebahagiaan yang sempurna didasarkan pada tiga faktor kekuatan: kekuatan angkara murka (ghadhab), kekuatan nafsu (syahwat), dan kekuatan ilmu. Harus ada pengendalian, agar ketiga faktor kekuatan tadi berjalan seimbang.

 

 

Nafsu (syahwat) bila terlalu kuat akan menyebabkan kefasikan dan penyelewengan. Sementara jika dia lemah, maka akan menyebabkan kelesuan dan kelumpuhan. Namun, apabila dia tawassuth (sedang) makan akan lahir sifat-sifat terhormat (‘iffah), menerima pemberian yang sedikit (qana’ah), dan lain sebagainya.      

 

 

Puasa juga merupakan seperempatnya iman, sebab puasa separuh dari sabar. Sementara sabar adalah separuhnya iman, sebagaimana hadits Rasulullah Saw.

 

 

اَلصَّبْرُ نِصْفُ الْاِيْمَانِ  

 

 

Dalam berpuasa, ujian paling utamanya adalah kesabaran. Di antaranya harus sabar menahan haus dan lapar serta perkara lainya yang dapat membabatalkan puasa menurut hukum fiqh dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Selain itu, juga harus bersabar untuk tidak melampiaskan rasa lapar dan haus pada siang hari dengan memperbanyak makan dan minum saat berbuka. Jika seseorang masih saja memperbanyak makan dan minum saat berbuka, maka tidak akan ada manfaatnya puasa yang telah dijalankan tadi.  Ini berarti,  ia belum mampu  mengendalikan syahwatnya. Padahal, tujuan utama puasa adalah mengekang syahwat. Imam Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan

 

 

وَمَا مِنْ وِعَاءٍ اَبْغَضُ إِلَى اللهِ مِنْ بَطْنٍ مُلِئَ مِنْ حَلَالٍ

 

 

“Tidak ada tampungan yang dibenci oleh Allah Swt. melebihi perut seseorang yang dipenuhi dengan makanan dan minumam, meskipun itu halal”.

 

 

Kalau makanan yang halal saja dibenci Allah Swt. bagaimana dengan makanan yang haram?. Di sisi lain, dengan banyak makan juga akan mengeraskan hati. Jika hati sudah keras maka akan sulit menerima nasihat kebaikan serta menyebabkan malas serta berat untuk menjalankan ibadah. Sebagaimana hadist Rasulullah saw yang tertulis di kitab Minhajul Abidin.

 

 

رُوِىَ عَنِ النَّبِيِّ ص.م. أَنَّهُ قَالَ لَاتُمَيِّتُوْا القَلْبَ بِكَثْرَةِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ فَإِنَّ الْقَلْبَ يَمُوْتَ كَالزَّرْعِ اِذَا كَثُرَ عَلَيْهِ الْمَاءُ

 

 

“Sesungguhnya Nabi saw. bersabda janganlah kamu sekalian mematikan hati dengan memperbanyak makan dan minum. Sesungguhnya hati akan mati sebagaimana tanaman apabila terlalu banyak tersiram air”

 

 

Di bulan ramadhan, saat berbuka puasa, aneka makanan dan minuman memang melimpah ruah, di mana di bulan-bulan selain ramdahan yang biasanya tidak ada menjadi ada. Bisa jadi, itulah salah satu keberkahan bulan ramadhan. Tidak masalah, makanan yang banyak jenisnya itu tadi dimakan, asalkan tidak berlebihan. Imam Ghazali menegaskan

 

 

فَإِنَّ الطَّعَامَ الْحَلاَلِ اِنَّمَا يَضُرُّ بِكَثْرَتِهِ لَابِنَوْعِهِ    

 

 

“Makanan halal itu bisa membahayakan jika dikonsumsi secara berlebihan, bukan karena banyak macam dari makanan itu.”

 

 

Bahkan, konsumsi yang berlebihan dari makanan halal itu bisa menimbulkan penyakit. Dengan menyedikitkannya akan menjadikan sehat. Itulah salah satu hikmah puasa. Maka menjadi bukti sabda Nabi saw. itu benar adanya.

 

 

 صُوْمُوْا تَصِحُّوْا

 

 

“Berpuasalah kamu, maka akan sehat”.

 

 

Dalam tinjauan ilmu kedokteran, puasa memiliki manfaat bagi kesehatan yang di antaranya yaitu, detoksifikasi tubuh, membantu regenerasi sel, memperkuat sistem kekebalan tubuh, mengontrol gula darah, mengurangi peradangan, meningkatkan kesehatan jantung, meningkatkan fungsi otak, membantu menurunkan berat badan, meningkatkan hormon pertumbuhan, dan membantu mencegah kanker. Manfaat ini akan didapat jika orang tersebut konsisten terhadap makna puasa tadi. Oleh sebab itu, tetaplah berpuasa (mengekang syahwat) meskipun telah berbuka.  

 

 

Ihwanul Muadib, Penulis adalah alumni pondok pesantren al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor dan Alumni Sps UIN Ciputat. .

     


Editor:

Ubudiyyah Terbaru