Nasional

IPPNU Harap Pemerintahan Baru Meningkatkan Jumlah Beasiswa Santri-Pelajar di Daerah Terpencil

Ahad, 13 Oktober 2024 | 11:10 WIB

IPPNU Harap Pemerintahan Baru Meningkatkan Jumlah Beasiswa  Santri-Pelajar di Daerah Terpencil

Ketua Umum PP IPPNU Whasfi Velasufah. (Foto: instagram/@velsuf)

Jakarta, NU Online Banten

Ketua Umum Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Whasfi Velasufah berharap pemerintahan baru di bawah nakhoda Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk lebih memperhatikan sektor pendidikan. Dalam pernyataannya, Vela—sapaan Whasfi Velasufah—menyampaikan, di Indonesia terdapat sekitar 53 juta murid yang tersebar di seluruh daerah. Ini menunjukkan betapa pentingnya akses pendidikan yang merata.


“Harapan kami adalah agar pelantikan Prabowo dan Gibran dapat mengakomodir kepentingan pendidikan. Akses pendidikan yang lebih baik sangat diperlukan, terutama bagi kader-kader di daerah yang kesulitan melanjutkan studi S1 dan S2. Kami berharap akses beasiswa juga diperluas,” ujar Whasfi di Jakarta, Jumat (11/10/2024).


Dia juga menambahkan, IPPNU juga mendorong peningkatan jumlah beasiswa untuk santri dan pelajar di daerah terpencil. “Pendidikan tidak boleh hanya terfokus di kota-kota besar. Akses pendidikan di pelosok-pelosok harus diperbanyak agar semua anak bangsa memiliki kesempatan yang sama,” tegasnya.


Lebih lanjut disampaikan, sosialisasi dan pemahaman yang baik terhadap kebijakan pendidikan suatu yang penting. Kebijakan yang ada harus dibuat lebih mudah dipahami, terutama bagi anak-anak di daerah terpencil.


"Kami berharap pemerintah dapat menyusun kebijakan yang sederhana namun efektif, sehingga tidak ada yang tertinggal dalam mendapatkan pendidikan yang layak,” ungkapnya, dilansir NU Online.


Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun lalu, angka putus sekolah di Indonesia menunjukkan bahwa 0,13 persen siswa SD, 1,06 persen siswa SMP, dan 1,38 persen siswa SMA, terpaksa menghentikan pendidikannya. Di sisi lain, jumlah murid di Indonesia pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 mencapai 53,14 juta orang.


Dari data BPS itu juga terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak putus sekolah antara lain masalah keuangan. Banyak keluarga tidak mampu membayar biaya sekolah serta pilihan anak-anak untuk bekerja demi membantu perekonomian keluarga.


Selain itu, anak laki-laki cenderung lebih mudah terjun ke dunia kerja dibandingkan dengan perempuan. BPS juga merilis dampak dari putus sekolah sangat signifikan. Di antaranya adalah bertambahnya jumlah pengangguran serta meningkatnya kemungkinan kenakalan anak dan tindak kejahatan dalam kehidupan sosial masyarakat. (Haekal Attar)

ADVERTISEMENT BY ANYMIND