Nasional

Ketum PBNU: Pesantren Masa Sekarang Harus Melakukan Transformasi

Rabu, 8 Januari 2025 | 22:02 WIB

Ketum PBNU: Pesantren Masa Sekarang Harus Melakukan Transformasi

Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (tengah) dalam kegiatan di UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta, Rabu (8/1/2025). (Foto: TVNU/Jun)

Jogjakarta, NU Online Banten

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, pesantren di masa sekarang harus melakukan transformasi. Sikap ini diperlukan lantaran saat ini adalah masa globalisasi, sehingga diperlukan jawaban jernih untuk menghadapi ragam tantangan terkait pendidikan pesantren dalam skala internasional.



“Semua hal yang menjadi keluhan kita hari ini tentang pesantren, ini persoalannya adalah bagaimana pesantren terintegrasi ke dalam sistem modern,” ujar Gus Yahya--sapaan KH Yahya Cholil Staquf-- saat menghadiri Seminar Nasional Pra-Kongres Pendidikan di UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta, Rabu (8/1/2025).


Gus Yahya melanjutkan, transformasi pesantren adalah peralihan dari model tradisional ke dalam sistem global yang lebih universal. Transformasi semacam ini meniscayakan penentuan akan hal-hal yang perlu dipertahankan dan dibutuhkan pesantren. “Kemudian kita kan harus berpikir mana yang harus dipegangi? Jangan sampai hilang, tapi bagaimana kita pada saat yang sama bisa berintegrasi ke dalam sistem untuk memperoleh insentif-insentifnya,” jelasnya.


Dia juga menyampaikan, integrasi pesantren merupakan sebuah tuntutan zaman. Oleh karena itu, Gus Yahya mengajak para kiai, bu nyai, dan akademisi untuk memikirkan langkah yang patut dilakukan untuk mengintegrasikan pesantren ke ranah global.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 


“Semua sekarang di masa globalisasi ini kita tidak punya pilihan lain selain mengintegrasikan diri ke dalam sistem global. Ini harus kita pikirkan, bagaimana pesantren kemudian posisinya ada di tengah-tengah konteks realitas ini,” imbuhnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND



Sedangkan Rektor UIN Sunan Kalijaga Noorhaidi Hasan mengatakan, instansi yang dipimpinnya merupakan bagian dari pesantren di Indonesia. Hal ini ditandai dengan riwayat kerja sama yang dijalin UIN Sunan Kalijaga dengan pesantren-pesantren sekitar. Mulai dari penamaan gedung-gedung hingga kiprah KH Ali Maksum Krapyak di kampus itu. “Artinya memang kerja sama antara UIN, kiai, dan pesantren tidak bisa dipisahkan sejak lama,” katanya.


Noorhaidi berharap, kerja sama antara PBNU dengan UIN Sunan Kalijaga tidak berhenti dalam seminar kepesantrenan saja, tetapi ia mengaku bersedia untuk berkolaborasi dalam memperbaiki sistem pendidikan. Hal ini lantaran pesantren menjadi pilar penting bagi pendidikan Islam. “Karena pesantren adalah pilar penting dari pendidikan Islam, yang tidak terpisahkan dari pendidikan di Indonesia,” jelasnya, dilansir NU Online.


Acara bertema Transformasi Pesantren: Merawat Spiritualitas untuk Kemajuan Pendidikan Pesantren ini menghadirkan A’wan PBNU Nyai Hj Ida Fatimah Zainal dan Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU KH Hodri Arief. Acara ini juga diikuti secara daring oleh 110 peserta dari unsur pimpinan pesantren, serta RMI PWNU dan PCNU se-Indonesia. (Achmad Risky Arwani Maulidi)

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND