Keislaman

Dalam Talqin, Mengapa Semua Mayat Dianggap Keturunan Nabi Ibrahim?

Ahad, 15 Oktober 2023 | 15:54 WIB

PEMBACA NU Online Banten (NUOB) yang dimuliakan Allah. Semoga selalu diberi Kesehatan dan petunjuk oleh Allah. Kali ini kami menyajikan suatu pertanyaan berikut. Mengapa semua mayat itu dianggap keturunan Nabi Ibrahim dalam talqin? Dinyatakan, Nabi Ibrahim itu ayahku. Bukan Nabi Adam atau Nabi Nuh. Padahal, bukan semua mayat keturunan Nabi Ibrahim.

 


Terkait pertanyaan tersebut, Muktamar Nahdlatul Ulama ke-6 di Cirebon, Jawa Barat, yang dilaksanakan 12 Rabius Tsani 1350/27 Agustus 1931, seperti dikutip dari Juz Awal Ahkamul Fuqaha fi Muqarrarat Mu’tamirat Nahdlatil Ulama, Kumpulan Masalah Diniyah dalam Muktamar Nahdlatul Ulama PBNU, Penerbit CV Toha Putra Semarang, menjawab sebagai berikut:

 


Hal tersebut karena mengikuti Firman Allah, yang artinya ’’Harap kamu mengikuti agama ayahmu Ibrahim’’. Rujukan: Ini sebagaimana diterangkan oleh Imam Zadah ‘ala Baidlawi dalam tafsir Firman Allah.

 


وذلك تبعا لقوله تعالى ملة ابيكم ابراهيم كما ذكره زاده على البيضاوي في تفسير قوله تعالى وما جعل عليكم فى الدين من حرج ملة ابيكم ابراهيم الاية.


 


Sekadar diketahui, terkait Nabi Ibrahim ini, dikutip dari NU Online, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (Lakpesdam PBNU)—saat ini Ketua PBNU-- KH Ulil Abshar Abdalla atau Gus Ulil menerangkan hikmah keteladanan Nabi Ibrahim. 

 


“Nabi Ibrahim adalah sosok yang menghubungkan kita dengan dua umat agama lain yaitu Yahudi dan Kristen. Antara Yahudi, Kristen, dan Islam ada kekerabatan yang amat lekat melalui sosok Nabi Ibrahim,” terang Gus Ulil saat menyampaikan khutbah Idul Adha di Masjid Bayt Al-Qur’an, Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (29/6/2023).

 


Menurutnya, salah satu benang merah yang menyambungkan antara ketiga agama tersebut ialah tauhid atau ajaran tentang keesaan Allah. Nabi Ibrahim, sambung dia, adalah sosok penting dalam sejarah kenabian yang mengajarkan dua hal yakni tauhid, dan Islam.  “Tauhid adalah mengimani keesaan Allah dan Islam adalah tunduk kepada Allah yang satu. Warisan terbesar Nabi Ibrahim adalah dua hal itu. Tauhid dan Islam,” papar Gus Ulil. 



Selain dua hal tersebut, Gus Ulil menyebut bahwa Nabi Ibrahim juga mewariskan hal lain yaitu keteguhan dan komitmen yang kuat untuk memegangi dua ajaran yang ia sampaikan. Keteguhan Nabi Ibrahim ini, lanjut dia, dikisahkan melalui dua cerita. Cerita pertama yang melambangkan tauhid, ialah keteguhan Nabi Ibrahim memegangi ajaran tauhid. Dalam kisah ini, tokoh utamanya adalah Nabi Ibrahim dan raja yang bernama Namrud.  “Namrud merupakan simbol pembangkangan, perlawanan terhadap Allah. Raja Namrud berkuasa di sebuah kawasan selatan Mesopotamia yang sekarang disebut Irak,” jabarnya.

 


Simbol pembangkangan itu ialah menara yang dibangun oleh Namrud bernama menara Babel. “Nabi Ibrahim tidak mau ikut-ikutan pembangkangan kepada Allah yang dilakukan Raja Namrud dan pengikutnya,” ujar dia. Sikap Ibrahim yang menolak pembangkangan kepada Allah atas apa yang dilakukan Namrud dan pengikutnya membuat marah raja tersebut. Ibrahim dianggap sebagai ancaman, baik “akidah” maupun politik. 



’’Maka itu, Nabi Ibrahim harus diberangus, dibungkam agar tidak meruntuhkan kekuasaan Raja Namrud,” ucapnya. Nabi Ibrahim kemudian harus “membayar” sikapnya tersebut dengan cara dijatuhi hukuman bakar hidup-hidup. Meski begitu, keteguhan Nabi Ibrahim dalam menjaga tauhid membuatnya terselamatkan dari hukuman Namrud. Allah kemudian menolong Ibrahim dengan mendinginkan api tersebut, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya ayat 69.