Hukum Menghadiri-Mendengarkan Penceramah Provokatif dan Suka Menebar Ujaran Kebencian
Jumat, 8 September 2023 | 22:43 WIB
DALAM bahtsul masail I Pengurus Nahdlatul Ulama (PWNU) Banten di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Cidahu, Tanagara, Cadasari, Pandeglang, Banten, Sabtu, 27 Jumadil Awal 1440 H / 9 Februari 2019 M, di antara yang dibahas adalah menghadiri penceramah yang provokatif dan suka menyebarkan ujaran kebencian.
Perlu diketahui, sering kali kita menemukan video-video yang disebarkan di WhatsApp (WA) atau di akun-akun media sosial, atau bahkan menyaksikan secara langsung penceramah-penceramah yang isi ceramahnya tidak mencerminkan akhlakul karimah.
Dalam ceramahnya justru mengajarkan kebencian, baik kepada perorangan atau institusi tertentu. Berkata-kata kotor dengan begitu bangganya, memaki sana-sini dengan nada yang berapi-api. Tidak mencerminkan konsep dakwah dan amar makruf nahi munkar yang diajarkan di dalam Islam.
Pertanyaannya, bagaimana hukum menghadiri dan mendengarkan ceramah seseorang yang memiliki kriteria tersebut di atas?
Jawaban dari bahtsul masail yang dimoderatori oleh M. Hubab Nafi’ Nu’man Rohmatullah dengan notulen Sonabekh Rahmat dan H A Sahal Mahfudz serta perumus dari jajaran katib syuriyah PWNU Banten dan penashih dari jajaran rais syuriyah PWNU Banten adalah tidak boleh.
Referensi Kitab Al-Madzahib Al-Arba’ah, (Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut Libanon, cetakan kedua 2003 M), 5/396.
ونهانا ألمولى عز وجل عن تصديق النمام وسماع قوله ,فقال تعالى:وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلاَّفٍ مَهِيْنٍ هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَميم مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيْم عُتُلٍّ بَعْدَ ذلك زَنِيْمٍ.
Wallahu ‘alam bis shawab
Terpopuler
1
Paradoks Jabatan Fungsional Dosen di Indonesia
2
Mengungkap Hukum Inses dalam Islam
3
Setelah Ojol Demo, Komisi V DPR Agendakan Rapat Bersama
4
Penguasa, Termasuk Pengurus NU Tidak Boleh Semena-mena
5
Sebanyak 22 Ribu Jamaah Indonesia Terserang Pneumonia
6
Ucapan Positif, Obat Ampuh Melawan Insecure
Terkini
Lihat Semua