Nasional

Hari Santri 2023, Semangat Jihad Intelektual di Era Transformasi Digital

Jumat, 6 Oktober 2023 | 23:04 WIB

Hari Santri 2023, Semangat Jihad Intelektual di Era Transformasi Digital

Menag Yaqut Cholil Qoumas. (Kemenag)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas meluncurkan logo peringatan Hari Santri 2023 di Auditorium HM Rasjidi, Gedung Kementerian Agama, Jakarta, Jumat (6/10/2023). ’’Pada peringatan tahun ini, kita usung semangat, jihad santri jayakan negeri,’’ katanya menyampaikan tema kali ini.

 


Dijelaskan, melalui tema tersebut, pihaknya mengajak para santri untuk terus berjuang membangun kejayaan negeri dengan semangat jihad intelektual di era transformasi digital.

 


Hari Santri diperingati setiap 22 Oktober sejak ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2015. Penetapan itu tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri.

Hari Santri merujuk pada peristiwa Resolusi Jihad yang dikeluarkan KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Resolusi ini berisi seruan kewajiban berjihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan melawan pasukan penjajah, hingga memuncak pada perlawanan 10 November 1945, yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.

 


Dalam rilisnya, Gus Yaqut—sapaan akrabnya--menjelaskan, tema jihad santri jayakan negeri dapat dimaknai secara historis dan kontekstual. Secara historis, tema ini ingin mengingatkan bahwa para santri memiliki andil besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.’’Resolusi Jihad itu berisi seruan kepada seluruh masyarakat agar berjuang menolak dan melawan penjajah,” tegasnya seperti dikutip dari laman resmi Kemenag.

 


Sedangkan secara kontekstual, jihad santri jayakan negeri menegaskan bahwa santri terus berkontribusi aktif dalam memajukan negeri. Dikatakannya, makna jihad secara kontekstual tidak selalu identik dengan berperang angkat senjata. ’’Jihad santri secara kontekstual adalah jihad intelektual, di mana para santri adalah para pejuang dalam melawan kebodohan dan ketertinggalan. Santri juga turut berjuang dan mengambil peran di era transformasi digital,” ujarnya.

 


Santri, lanjutnya, adalah teladan dalam menjalani jihad ini. Dengan buku sebagai senjata dan pena sebagai tongkat kebijaksanaan, mereka memperdalam ilmu dan menyebarkan cahaya. Mereka juga ikut mengisi ruang-ruang digital untuk penguatan literasi keagamaan yang moderat berdasarkan prinsip Islam rahmatan lil alamin,’’ terangnya. (M Izzul Mutho)