Jadi Salah Satu Metode Terakurat Mengukur Arah Kiblat, Apa Itu Rashdul Qiblat?
Senin, 15 Juli 2024 | 22:12 WIB
Jakarta, NU Online Banten
Rashdul qiblat 2024 kembali terjadi. Setelah sebelumnya berlangsung pada 27-28 Mei 2024, rashdul qiblat yang kedua berlangsung pada 15-16 Juli 2024 tepat pukul 12.26.38 Waktu Saudi Arabia (WSA) atau bertepatan dengan pukul 16.26 WIB dan 17.26 Waktu Indonesia Tengah (WITA) di Indonesia.
Dilansir NU Online, Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) Muhammad Ma'rufin Sudibyo menjelaskan, rashdul qiblat adalah sebuah peristiwa astronomi ketika kedudukan matahari dipandang dari bumi akan tepat berada di atas Kakbah atau dalam terminologi ilmu falak adalah saat matahari tepat menempati di titik zenith Kakbah.
"Rashdul Qiblat merupakan posisi yang diraih matahari dalam siklus gerak semu tahunannya yang merupakan perwujudan kombinasi perputaran bumi mengelilingi matahari dan miringnya sumbu rotasi bumi," kata Ma'rufin kepada NU Online di Jakarta, Senin (15/7/2024).
Dalam siklus gerak semu tahunan tersebut, lanjutnya, kedudukan matahari seakan-akan berpindah-pindah secara teratur dari utara ke selatan dan sebaliknya.
Ma'rufin menjelaskan, dalam terminologi ilmu falak, siklus gerak semu tahunan matahari berlangsung di antara garis balik utara (lintang 23,5º LU) dan garis balik selatan (lintang 23,5º LS). Matahari akan berkedudukan tepat di atas garis balik utara pada 20 atau 21 Juni setiap tahun. Sebaliknya akan menempati titik zenith garis balik selatan tiap 21 atau 22 Desember.
"Setiap 20 atau 21 Maret dan 22 atau 23 September, matahari akan tepat berada di atas garis khatulistiwa. Setiap titik di antara garis balik utara dan garis balik selatan pada hakikatnya akan ditempati matahari dua kali dalam setiap tahun Miladiyah. Maka, Kota Suci Makkah al Mukarramah dengan Kakbah di pusat kotanya pun akan mendapatkan kesempatan yang sama karena berkedudukan pada garis lintang 21º 25' LU," paparnya.
Fenomena ini disebabkan oleh nilai deklinasi matahari yang nilainya sama atau selisihnya sangat kecil dengan lintang geografis Kakbah sehingga manakala terjadi kulminasi atas di Makkah, maka Matahari akan berkedudukan pada titik zenith Makkah.
"Dalam kondisi rashdul qiblat, maka setiap benda yang terpasang tegak lurus paras air di Kota Makkah akan kehilangan bayang-bayangnya. Sebaliknya bayang-bayang dari benda yang sama namun berada di luar Kota Makkah dan sedang tersinari Matahari akan tepat sama dengan arah kiblat setempat. Inilah sebabnya rashdul qiblat menjadi salah satu metode terakurat dalam mengukur arah kiblat,’’ tegasnya. (Nuriel Shiami Indiraphasa)
Terpopuler
1
PAC Muslimat NU Mekar Baru 2025-2030 dan 7 Ranting Dilantik, PC Agendakan Pengajian Akbar dan Lomba
2
Berikut Pesan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dalam Mengambil Ilmu Agama
3
Khutbah Jumat: Berhijrah dengan Meninggalkan yang Dilarang Allah
4
Membayangi Kematian
5
LP PCNU Tangsel Masih Menggodok Tindak Lanjut Potensi Sinergi Air Minum dalam Kemasan
6
Garuda Hadapi Saudi-Irak pada Putaran Keempat, Ini Kata Ketum PSSI
Terkini
Lihat Semua