Menag dan Ketum PBNU Bertemu, Bahas Kurikulum Cinta hingga Kerukunan
Rabu, 12 Maret 2025 | 00:52 WIB
Jakarta, NU Online Banten
Menteri Agama (Menag) KH Nasaruddin Umar mengatakan, ada empat program prioritas yang bakal dijalankan dan melibatkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). "Kami meminta PBNU itu untuk mengisi 4 program prioritas kami di Kemenag, secara nonkonseptual. Pertama, bagaimana kami menggagas kurikulum cinta. Bagaimana para guru agama itu mengajarkan cinta terhadap anak-anaknya, bukan mengajarkan perbedaan apalagi kebencian antara satu sama lain," ujarnya saat jumpa pers setelah bertemu Ketua Umum (Ketum) PBNU KH Yahya Cholil Staquf beserta sejumlah pengurus badan otonom (banom) dan lembaga NU di Lantai 3, Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Selasa (11/3/2025).
Program tersebut, lanjutnya, dianggapnya sangat berguna. Apalagi negara yang plural seperti Indonesia ini riskan kalau diajarkan adalah perbedaan apalagi kebencian.
Kedua, imbuhnya, menggagas bersama dengan PBNU tentang eko-teologi. Nantinya teologi yang dibangun akan lebih lemah lembut serta akomodatif bagi lingkungan alam semesta yang ada dan perlu perawatan. "Karena bagi kami, kita semua tentunya, makin ramah kita terhadap lingkungan, makin awet bumi ini. Tapi makin kita tidak ramah dengan lingkungan, makin cepat dunia ini berproses untuk kiamat. Maka itu kita mencoba untuk menciptakan suatu konsep etos kebangsaan yang ramah terhadap lingkungan," terangnya sembari mengatakan pertemuannya dengan PBNU itu merupakan tugas dari kementerian untuk mengakomodasi stakeholder di luar Kementerian Agama.
Ketiga, tambahnya, menggagas nasionalisme yang nantinya mengedepankan maupun mempromosikan nasionalisme dengan menggunakan bahasa agama-agama resmi di Indonesia, seperti Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.Â
"Kita bisa menjadi 100 persen orang Islam, tetapi menjadi 100 persen juga orang Indonesia ya. Demikian pula agama yang lain. Jadi jangan mempertentangkan agama dengan bangsa ya," katanya, dilansir NU Online.
Keempat, akan menindaklanjuti tentang program tentang kerukunan. Menurutnya, moderasi beragama itu artinya bagaimana menciptakan suatu masyarakat yang koeksisten sehingga dapat hadir bersama-sama tanpa mengganggu satu sama lain.Â
"Tapi kita ingin lebih dari itu. Selain hidup bersama tanpa gangguan satu sama lain, juga harus ada ikatan yang kuat yang mengikat solidaritas kebangsaan keumatan kita ini yang dengan meminjam istilahnya tokoh PBNU kita ya ada ukhuwah wathaniyah kemudian ada ukhuwah basyariyah yang lebih awal," jelasnya.
Kemudian dalam poin tersebut, dia menambahkan tentang ukhuwah tarikhiyyah atau persamaan sejarah. Menurutnya, 250 tahun dijajah oleh Belanda sehingga menciptakan satu kohesi sosial yang sangat kuat.
"Nah 4 poin ini yang kami diskusikan. Dan gudangnya pemikiran seperti ini adalah PBNU. kami sangat berbahagia ketemu dengan lengkap, ada pak ketua umum, pak sekjen, dan pak wakil ditambah dengan banom-banom. jadi PBNU itu memang betul betul lebih siap dalam membangun negara dalam mewujudkan cita cita bangsa," terangnya.
Sekadar diketahui, pertemuan tersebut juga dihadiri di antaranya Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf, Wakil Ketua PBNU Amin Said Husni, dan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Addin Jauharudin. (Haekal Attar)
Â
Terpopuler
1
Dakwah Harus Berbentuk Aksi Nyata, Bukan Hanya Berhenti di Atas Mimbar
2
Temui Menkum, Mudir 'Ali Sampaikan Keabsahan JATMAN 2024-2029
3
Sampaikan Belasungkawa, Presiden Prabowo Ingat Momen Paus Fransiskus ke Jakarta
4
Khutbah Jumat: Balasan Kebaikan Adalah Kebaikan Selanjutnya
5
Ketum PBNU Respons Kritik AS soal Aturan Sertifikasi Halal di Indonesia
6
Sampaikan Dukacita, Ketum PBNU Kunjungi Kedubes Vatikan
Terkini
Lihat Semua