Pengasuh Pesantren Tebuireng Ini Jelaskan Alasan Mbah Hasyim Menulis Kitab Tipis tentang Pernikahan
Senin, 23 September 2024 | 13:43 WIB
Sleman, NU Online Banten
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz mengatakan, Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari merupakan sosok yang memiliki kasih sayang dan kepedulian tinggi terhadap umat. Sebuah sifat khas nabi dan ulama, yaitu memandang umat dengan kasih sayang.
Menurut kiai yang akrab disapa Gus Kikin itu, pemikiran dan histori perjalanan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) itu diwujudkan dan dibuktikan melalui tulisan-tulisan dan harakah atau pergerakan. Salah satunya menulis bekal pernikahan dengan bahasa mudah dipahami berjudul Dhau’ al-Misbah fi Bayani Ahkami al-Nikah. Melalui pemikiran dan pergerakan Hadratussyekh, bisa diketahui pemikirannya mampu menjawab atau bisa diaktulisasikan sesuai zaman.
Hal tersebut disampaikan Gus Kikin pada Muktamar Pemikiran KH M Hasyim Asy’ari tentang Pesantren dan Pemberdayaan Masyarakat di Auditorium Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Gedung KH A Wahid Hasyim, Kampus Terpadu Universitas IsIam Indonesia (UII), Sleman, Jogjakarta, Jumat (20/9/2024). "Setiap tulisan KH Hasyim merupakan sebuah harakah atau pergerakan yang merespons dari fenomena sosial yang saat itu terjadi," jelas Gus Kikin.
Ia menambahkan, dirinya sempat bertanya-tanya dalam hati, kenapa Mbah Hasyim—panggilan kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari-- menulis kitab yang kecil dan menggunakan bahasa sederhana seperti Dhau’ al-Misbah fi Bayani Ahkami al-Nikah. Padahal, kata Gus Kikin, sosoknya memiliki kemampuan menguasai gramatika bahasa Arab dan hafal begitu banyak hadits. Tentu tidak sulit menulis kitab tebal dengan keterangan lengkap. "Setelah saya teliti rupanya, biar masyarakat mudah memahaminya," imbuhnya.
Dikatakan, kitab-kitab karya Mbah Hasyim, dengan ijtihad Gus Ishom, cucu Mbah Hasyim, dikumpulkan dalam sebuah kitab bernama Irsyadul Sari. Kitab tersebut bisa diperoleh secara mudah di Tebuireng. "Kita bisa lihat dari turats (buku) peninggalan beliau, ada di Tebuireng. Bahkan sekarang ada di sini kumpulan tulisan beliau, kitab Irsyadus Sari," kata Gus Kikin.
Menurut Gus Kikin, Dhau’ al-Misbah, sebagai bekal pernikahan bagi masyarakat umum. Pernikahan adalah sesuatu yang lazim dilakukan dan diperhatikan orang banyak. Dhau’ al-Misbah fi Bayani Ahkami al-Nikah memiliki arti Cahaya Lentera di dalam Menjelaskan Hukum-Hukum Pernikahan. Sebagai modal awal agar masyarakat tidak keliru memahami pernikahan.
"Sebuah kitab tentang perkawinan yang merespons banyak permasalahan masyarakat yang tidak paham mengenai perkawinan secara aturan IsIam. Dijelaskan dengan bahasa sederhana, biar bisa dipahami," ujarnya.
Di kitab tersebut, Mbah Hasyim dengan ringkas menjelaskan perihal rukun-rukun nikah, sesuai yang ada di hukum literatur fiqih klasik lainnya. Yaitu shighot (bentuk kata dalam akad), pasangan perempuan, pasangan laki-laki, wali, dan dua orang saksi. "Kiai Hasyim menjelaskan ringkas, untuk hukum-hukum perkawinan lebih lengkap itu ada di buku-buku tebal, dan masyarakat tidak sempat memahaminya,” tutup ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur itu. (Syarif Abdurrahman)
Terpopuler
1
Iran-Israel Saling Serang, Korban Berjatuhan
2
Bukan Hanya Saleh, Pengurus Hendaknya Muslih
3
Majelis Taklim Fatimah Zahra Bukan Sekadar Ruang Pengajian Rutin
4
Proses Pemulangan Masih Berlangsung, Jamaah Haji Diimbau Berikut Ini
5
Iran-Israel Perang, Presiden Prabowo Serukan Perdamaian
6
Sebanyak 2.500 Peserta Paralegal Muslimat NU Diharapkan Bantu Selesaikan Masalah Hukum di Masyarakat
Terkini
Lihat Semua