Nasional

Rindu Kakbah, Bersepeda dari Serang, Kini sampai Makkah

Rabu, 2 Agustus 2023 | 17:05 WIB

Rindu Kakbah, Bersepeda dari Serang, Kini sampai Makkah

Muhammad Ulfi HA, Nahdliyin dari Kabupaten Serang, bersepeda ke Makkah. (Foto: Ist)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Perjalanan panjang dan impian Muhammad Ulfi HA untuk menginjakkan kaki di Makkah, Arab Saudi, akhirnya terwujud. Setelah berbulan-bulan mengayuh sepeda dari Kabupateng Serang, Banten, bapak satu anak itu menjejakkan kaki di Haramain. ’’Ini sudah sampai di Makkah. Sebelumnya di Madinah. Alhamdulillah,’’ ujar pria kelahiran Kabupaten Serang, Banten, 2 Januari 1986, itu dihubungi NU Online Banten (NUOB), Rabu (2/8/2023).

Warga Cipait Timur, RT 030/RW 006, Ciomas, Padarincang, Kabupaten Serang, Banten, itu berangkat pada Januari 2023. ’’Sebuah kebanggaan yang tak terhingga, kami dari Serang, Banten, bisa sampai sini. Setelah melewati sejumlah negara seperti Singapura, Malysia, Thailand, dan Turki,’’ ujar pria tujuh bersaudara itu.

Anak pasangan almarhum H Alawi bin Syekh Muhammad Yasin Jaha dan Hj Eti binti KH Syalsal itu melanjutkan, tujuan berangkat ke Makkah naik sepeda untuk ibadah kepada Allah. Nantinya, berharap bisa mengajukan visa haji kepada Kerajaan Arab Saudi secara gratis.

’’Cita-citanya ingin mendapatkan visa haji. Kami yang bersepeda, akan berkumpul pada Januari 2024. Semoga Kerajaan Saudi memberikan visa gratis untuk haji kami. Semoga terkabul,’’ ungkap pria yang saat ini sudah umrah 3 kali itu dan ingin saban hari selama di Makkah bisa umrah.

Warga Nahdlatul Ulama yang mendapat dukungan moril dari Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Serang KH Muhammad Robi UZT itu, bercerita, awalnya tidak mendapat restu dari orang tua. ’’Hingga 6 bulan lamanya, akhirnya orang tua luluh. Setelah mendapat izin, saya berangkat,’’ imbuh Ulfi yang kesehariannya aktif sebagai guru mengaji di rumah, madrasah, dan majelis taklim itu.

Sebelum berangkat, pria yang sudah berpisah dengan istrinya itu, mengaku tidak ada persiapan khusus yang dilakukan sebelum berangkat. Di antaranya memberitahu sejumlah instansi seperti ke pemerintah setempat mengurus surat ke kepolisian. Menyiapkan paspor dan visa yang harus ada sebelum masuk ke negara tujuan.

’’Persiapan tidak terlalu banyak. Hanya di antaranya beberapa perlengkapan pribadi seperti pakaian dan spare part sepeda. Surat dari Polda Banten. Di situ disebutkan di antaranya saya tidak terlibat jaringan terorisme, tidak terlibat jaringan obat-obatan terlarang, tidak terlibat aksi kriminalisme,’’ ucapnya.

Awalnya, dia  ingin naik sepeda terus sampai Masjidilharam.  Tetapi harus ada naik kapal karena melewati laut; seperti dari Jambi menuju Batam. Lalu berlanjut ke Singapura, menggunakan kapal.  Dan harus terbang karena menghindari daerah konflik,’’ ungkap Ulfi yang dari Serang berangkat sendirian dan bertemu dengan kawan dari Indonesia yang juga menuju Makkah di Thailand itu.

Selain itu, dari Madinah ke Makkah tidak goes karena cuaca ekstrem 49 derajat, dikhawatirkan ban sepeda meleleh. ’’Dan rute yang dilewati adalah gurun pasir, dikhawatirkan kehabisan minum dan dehidrasi, sehingga tidak direkomendasikan  goes. Komunitas sepeda menyarankan naik mobil. Selama perjalanan, petunjuk jalannya  memakai Google Maps,’’ imbuhnya.

Terkait bekal, Ulfi menyampaikan, besarannya sekitar cukup untuk menunaikan umrah saat ini. Modalnya jalan tanpa ada sponsor. Yang mendukung materi  dari teman-teman, saudara, kerabat, jamaah masjid, dan dari kantong sendiri.

’’Saya rasa apabila dihitung dengan ongkos umrah, sekitar sama, dengan perjalanan goes ke Makkah ini. Begitu mengharukan karena menggoes dari rumah, semakin dekat dengan Kakbah, Baitullah, seiring berjalannya waktu, tak pernah merasakan lelah. Sehingga yang ada di hati Makkah dan Madinah itu dekat, meski kenyataannya jauh. Kami tidak merasakan capai dan lelah,’’ jelasnya.

Ulfi juga menyampaikan, pulangnya nanti tidak naik sepeda lagi. Ini karena orang tua tidak mengizinkan. ’’Hanya perginya saja yang naik sepeda,’’ imbuhnya.

Selama dalam perjalanan, sejumlah kendala harus dihadapi. Di antaranya zona hutan, harus berhati-hati, khawatir banyak binatang buas. Juga ketika melewati wilayah yang rawan kriminalitas. ’’Harus hati-hati. Mengatasi itu, tawakal kepada Allah,’’ tegasnya.

Bukan hanya Ulfi yang berangkat ke Makkah naik sepeda. Dia bercerita, sejumlah orang Indonesia juga telah menempuh perjalanan itu. ’’Beberapa pesepeda dari Indonesia ke Makkah. Dari Magelang ada Mas Fauzan, Malang Mas Yunus Abdurrahman, dan Mas Rasyid dari Bekasi,’’ terangnya.

Hanya, dia kadang berkecil hati. Sebab, sejumlah pesepeda yang berhasil menembus Makkah, mendapat dukungan moril dari pemerintah daerahnya. ’’Mereka ditelepon kepala daerahnya, misalnya. Saya tak mengharap dukungan materiil,’’ pinta pria yang kesehariannya mengajar di Madrasah Nurul Iman, di rumah, dan di Masjid Nurul Jannah, itu.

Selama perjalanan, Ulfi yang mempunyai dua kakak perempuan, dua adik perempuan, dan dua adik laki-laki itu, tak pernah sakit. ’’Alhamdulillah belum pernah sakit berat. Cuma sedikit meriang 3 kali di Malaysia, masuk angin. Setelah dikerok, sembuh lagi,’’ kenang Ulfi yang belum tahu kapan pastinya balik ke Indonesia, karena setelah visa umrahnya habis, dia berencana mengajukan visa ziarah 1 tahun.

Pria yang setelah lulus SLTP menimba ilmu ke Pondok Pesantren Muhajirin Cidangiang dan lainnya itu menambahkan, awalnya dia memprediksi baru sampai Makkah pada Januari 2024. ’’Nyatanya, lebih cepat sampai Makkah. Allah permudah, saat ini sudah sampai Makkah,’’ ucap Ulfi yang akan membawa sepedanya kembali ke Indonesia.

Saat ini dia tinggal di tempat saudaranya dari keturunan Jaha juga. ’’Di apartemen Manaf. Gratis dari 'ammi Yusuf keturunan Jaha,’’ sebut pria yang mengantongi visa umrah yang berlaku 90 hari itu. (M Izzul Mutho)