Nasional

Soal Libur Sekolah saat Ramadhan, Pergunu: Pemerintah Perlu Optimalkan Pembelajaran Informal

Jumat, 3 Januari 2025 | 06:14 WIB

Soal Libur Sekolah saat Ramadhan, Pergunu: Pemerintah Perlu Optimalkan Pembelajaran Informal

Ilustrasi para pelajar berangkat ke sekolah. (Foto: Freepik)

Jakarta, NU Online Banten

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Aris Adi Leksono mengatakan, wacana sekolah libur selama satu bulan penuh selama Ramadhan perlu dikaji terkait dampaknya secara mendalam. "Sebaiknya pemerintah tidak meliburkan yang dalam arti tidak ada kegiatan sama sekali selama satu bulan penuh,’’ kata Aris kepada NU Online, Kamis (2/1/2025).


Dia beranggapan mestinya narasi yang dikemukakan bukan libur, tetapi pemerintah perlu berupaya mengoptimalkan pembelajaran selama Ramadhan. Dijelaskan, pendidikan terbagi menjadi dua. Jalur formal dan informal. Pemerintah bisa mengaktifkan jalur informal.


Menurut Aris, upaya memberikan pembelajaran informal selama Ramadhan dapat memitigasi situasi agar anak tak terpengaruh gadget dan pergaulan bebas yang bisa mengakibatkan gangguan situasi kesehatan mental. "Selama Ramadhan, guru bisa memberikan tugas kepada orang tua untuk membimbing anak agar fokus ibadah spiritual, agar tidak masuk ke hal negatif dan bisa menguatkan mentalnya anak," paparnya.


Oleh karena itu, dia menyarankan agar Kementerian Agama (Kemenag) bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) duduk bersama untuk mendiskusikan program Ramadhan. Dengan demikian, anak tidak libur total karena memiliki kegiatan positif melalui pendidikan informal selama Ramadhan berlangsung. "Terkait itu, perlu Kemenag (dan) Kemendikdasmen duduk bareng dan mengurai program Ramadhan yang tepat untuk anak bersama orang tuanya," jelas komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) itu. 

 


Aris juga menyampaikan, penggunaan narasi libur selama Ramadhan tidak tepat, karena seakan peserta anak didik semaunya saja. Narasi yang tepat untuk digunakan adalah mengisi kegiatan pada Ramadhan. Ketika pembelajaran formal sekolah ditiadakan, maka pemerintah harus bisa menerapkan jalur informal pembelajaran dan membuat program yang disusun dari sekolah untuk anak di rumah bersama orang tua. Hal ini bertujuan untuk penguatan karakter spiritual ibadah.



"Solusi dari kami misalkan guru formal di rumah itu kan selain mendampingi anaknya juga bisa buat komunitas belajar di RT/RW yang diawasi langsung oleh orang tua. Dengan begitu guru sekolah formal bisa berkontribusi dengan masyarakat dan anak bisa ikut interaksi sosial ketika ada komunitas belajar di rumahnya selama Ramadhan," terangnya.

 


Sekadar diketahui, kebijakan libur sekolah satu bulan penuh selama Ramadhan telah ditetapkan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Lalu Presiden Megawati Soekarnoputri membuat kebijakan libur pada awal dan akhir Ramadhan, yang hingga kini masih berlaku. Wacana libur sekolah satu bulan penuh selama Ramadhan ini muncul usai Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan, pondok pesantren akan libur selama Ramadhan. Namun untuk sekolah-sekolah negeri maupun swasta di bawah Kemenag, libur masih bersifat wacana. Peserta didik diharapkan menunggu pengumuman. "Khususnya di pondok pesantren itu libur. Tetapi sekolah-sekolah yang lain juga masih sedang kita wacanakan. Nanti tunggulah penyampaian-penyampaian," jelasnya, Selasa (31/12/2024). (Joko Susanto)