Obituari

Aktivis NU H Tosari Widjaja Wafat, Dimakamkan setelah Zuhur Ini

Kamis, 19 September 2024 | 13:50 WIB

Aktivis NU H Tosari Widjaja Wafat, Dimakamkan setelah Zuhur Ini

Almarhum H Tosari Widjaja. (Foto: Ist/Dok Keluarga)

Jakarta, NU Online Banten

Innalillahi wa innailaihi rajiun. Kabar duka. H Tosari Widjaja wafat di kediamannya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (19/9/2024) pukul 05.15 WIB. "Telah berpulang ke Rahmatullah pada hari ini Kamis, 19 September 2024, pukul 05.15 WIB, suami, ayah, dan kakek kami: Bapak H. Tosari Widjaja bin Suparjo pada usia 84 tahun," demikian informasi dari pihak keluarga.


Pihak keluarga juga memohon doa untuk almarhum. "Mohon doanya semoga almarhum husnul khatimah, diampuni segala khilafnya, dilapangkan kuburnya, diterima amal ibadahnya, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan keikhlasan," lanjut siaran duka dari keluarga, seperti dilansir NU Online.


Almarhum merupakan aktivis Nahdkatul Ulama (NU) sejak muda. Ia pernah menjabat sebagai ketua umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) pada 1970-an. Khidmatnya di NU dilanjutkannya di Gerakan Pemuda Ansor sebagai sekretaris jenderal.



Kiprahnya berlanjut dengan mendedikasikan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Di dunia politik juga pernah tercatat sebagai sekretaris jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Lalu sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Maroko pada 2010 hingga 2014. Almarhum dishalatkan di rumah duka, Jalan Assofa IV No. 28, RT 009, RW 01, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Jenazah akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Diberangkatkan dari rumah duka selepas Zuhur.



Sementara itu, sejumlah kenangan bersama almarhum. Di antaranya Alvian Iqbal Zahasfan. Ketika itu, dia baru saja tiba di Maroko, tepatnya Oktober 2010. Di ujung barat Benua Afrika itu, ia mengambil studi program magister atas beasiswa dari Pemerintah Maroko melalui Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).


Adalah H Tosari Widjaja, sosok yang menyambutnya kali pertama. Bukan saja karena ia merupakan Duta Besar Indonesia untuk Maroko sejak enam bulan silam sebelum ia tiba, tetapi juga karena ia adalah Nahdliyin dan aktivis NU sejak muda. "Saya datang bersama 12 teman-teman PBNU dan disambut. Diajak ke restoran. Di samping orang NU, dan sebagai dubes, selayaknya memberikan pelayanan kepada kita sebagai mahasiswa beasiswa ke Maroko dari PBNU," katanya kepada NU Online, Kamis (19/9/2024).


Kabar wafatnya pada Kamis (19/9/2024) pagi menjadi duka mendalam. Sebab, Alvian merasakan betul semangat Tosari dalam membantu mendirikan dan mengembangkan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko. "Selama kita berinteraksi saat jadi dubes itu umur 60 tahun ke atas, semangatnya itu seperti umur 17," lanjut pria yang kini menjadi dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.



Alvian menilai semangat mudanya yang tetap membara meski sudah cukup berusia saat menjabat sebagai duta besar itu dilatari sosoknya yang sudah menjadi aktivis dan poilitikus sejak muda. "Semangat kerja dan aktivitasnya itu terbawa sampai jadi dubes. Jadi, teman-teman melihat beliau luar biasa totalitas," kata pria yang menjadi rais syuriyah pertama PCINU Maroko itu.


Tosari mendukung penuh kegiatan PCINU dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI). "Banyak membantu PCINU Maroko, hal-hal yang terkait izin dan kerja sama dipermudah. Kita tidak pernah menemukan kesulitan terkait hal tersebut," ujarnya.


Di masa Tosari juga, PCINU Maroko mulai bisa bekerja sama dengan PCINU Belanda dan wilayah Eropa dalam pengiriman imam dan dai. "Kita berutang budi banyak. Kita mendapatkan dukungan penuh bisa kerja sama dengan PCINU Belanda dengan pengiriman imam," pungkasnya. (Muhammad Syakir NF)