• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 29 April 2024

Opini

Membangun Gerakan Alternatif Rakyat, Pelajar, dan Mahasiswa

Membangun Gerakan Alternatif Rakyat, Pelajar, dan Mahasiswa
Ilustrasi. (NUO)
Ilustrasi. (NUO)

’’Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali"

Tan Malaka, Madilog

 


TIDAK sedikit orang tua menaruh harapan besar bagi anaknya untuk bisa melanjutkan pendidikan. Berbicara tentang dunia pendidikan mengingatkan saya tentang perspektif Tan Malaka melihat sistem pendidikan; keyakinan yang kuat bahwa pendidikan bukan untuk melahirkan para cerdik cendikiawan saja atau pelayan kekuasaan, melainkan pendidikan yang memberi modal pada anak untuk melakukan perubahan sosial. Tentu agak sepele jika saat ini tujuan pendidikan hanya melahirkan ambisi anak menjadi wirausaha atau memenangkan pertarungan ujian.

 


Kita perlu melihat lingkungan sekitar. Banyak persoalan di lingkungan masyarakat yang kian hari bertambah. Misalnya 630 kasus pelecehan seksual di Banten dan 107 anak di Kabupaten Serang. Sungguh ironi melihat ancaman nyata bagi anak muda saat ini. Selain persoalan  itu kita juga dihadapkan sulitnya mencari pekerjaan.



Perlu kita tanya kembali, apa tujuanmu kuliah saat ini? Sekadar mendapat gelar lalu mendapat pekerjaan atau serupa dengan itu; kuliah terus menerus hingga dapat puncak gelar tertinggi. Tiap tujuan itu absah dan tak ada masalah. Boleh saja kita berambisi mencapai nilai setinggi-tingginya kuliah dengan puncak prestasi sebagai mahasiswa terpintar dan tercepat. Semua ini harapan yang berarti bagi kita saat ini, tapi sesungguhnya itu semua hanya jejak yang akan mudah terhapus. Sebab, keyakinan itu juga dimiliki oleh anak-anak seusia kita. Para mahasiswa yang baru menginjak kakinya di kampus selalu mempunyai keyakinan yang serupa; pintar dan bisa selesai tepat waktu. Mereka semua akan saling berburu, saling intip kemampuan dan berusaha untuk mendahului. Tiba-tiba terpikir sekolah/kuliah seperti arena balap pacuan kuda. Dan Kita adalah bagian yang diperlombakan.

 


Mulailah sekolah/kuliah dengan mengkeruk sebidang pengalaman dengan cara berorganisasi, mengabdi kepada pelajar desa dengan tujuan mencerdaskan, mengorganisasi warga hingga melakukan advokasi untuk membela soal-soal kemanusiaan. Perlu diingat banyak sekali pengalaman yang tampaknya menyedihkan bisa berujung pada keberhasilan. Ini bukanlah seri motivasi, tapi benar-benar itu dapat dilakukan dengan kedisiplinan, semangat, dan mau turut terlibat. Setidaknya itu yang membuat kita bisa memandang masa depan sebagai upaya mendorong banyak kemungkinan yang kerapkali berkontradiksi sampai salah satunya menjadi nyata.

 


Maka untuk menggaungkan semangat itu, gerakan pelajar/mahasiswa waktunya untuk terus-menerus belajar berpikir serius ketimbang sekadar memberikan komentar, nongkrong dengan obrolan yang menjauhkan rasionalitas, tidak produktif. Berpikirlah serius membuat gerakan pelajar/mahasiswa terlatih mengembangkan kebiasaan baru: bertindak atas dasar komitmen, bukan atas karena suka melakukannya. Juga komitmen itu pulalah yang membuat aktivis gerakan pelajar/mahasiswa terlatih untuk melakukan kegiatan apa saja dengan pemahaman bahwa kegiatan itu merupakan upaya untuk melangkah maju memecahkan persoalan dasar.

 


Semakin banyak kita terlibat dalam soal-soal di luar kepentingan diri kita, apalagi mampu untuk sibuk dalam soal-soal kemanusiaan, maka kita akan terlatih untuk berpikir dan merasa. 

 


Faturohman Al Azis, Ketua PC IPNU Kabupaten Serang


Opini Terbaru