• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 17 Mei 2024

Opini

Pesan Habib Luthfi untuk Para Santri

Pesan Habib Luthfi untuk Para Santri
Ilustrasi wayang (Foto: NU Online/Mahbib)
Ilustrasi wayang (Foto: NU Online/Mahbib)

Setiap Ramadhan, di kediaman Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan, diadakan kajian. Tiap malam. Setelah usai Shalat Tarawih hingga tengah malam. Bahkan sampai dini hari. Diikuti oleh ratusan santri. Di buku registrasi, terdaftar lebih dari 350 santri. Mereka datang ke Kanzus Sholawat Pekalongan hanya saat Ramadhan. Di bulan-bulan lainnya, mereka adalah santri dari berbagai pesantren. Mulai ujung Banten, semisal pesantren Abuya Dimyati, hingga ujung Madura, semisal pesantren Syaikhona Kholil. Belum lagi santri luar Jawa.

Tepat di malam 28 Ramadhan 1444 H, Selasa Malam Rabu 18 April 2023, diadakan penutupan. Di awal acara, Habib Luthfi langsung memberikan mauidhah. Pesan untuk para santri. Meskipun acara penutupan hingga dini hari, mauidhah diawalkan. Malam itu, Habib Luthfi juga ada agenda meninjau arus mudik. Meskipun hanya sekitar 30 menit, ratusan santri dan para muhibin yang memadati kediaman Habib Luthfi tampak antusias dan puas. Setidaknya ada 4 pesan penting yang disampaikan.

Pertama, santri harus mampu menggali inspirasi dakwah dari Wali Sanga. Tidak hanya terjebak pada narasi sejarah kesaktian para Wali Sanga saja. Lebih dari itu, harus digali straregi dakwah dari sisi ekonomi, politik, budaya, dan diplomasi. Tanpa menumpahkan darah, dakwah dapat diterima. Di balik ini pasti terdapat strategi. Semisal strategi budaya. Bagaimana cerdasnya Wali Sanga menggunakan wayang kulit. Tidak sekadar memainkannya, tapi juga melakukan proses akulturasi. Memasukkan unsur-unsur Islam di dalamnya. Tanpa harus mengeryitkan dahi, masyarakat awam dapat memahami Islam. Strategi budaya ala Wali Sanga ini harus dipahami dengan baik oleh para santri. Sehingga santri dapat cerdas dan cerdik menjalinkan agama dan budaya.

Kedua, jihad ekonomi. Para Wali Sanga selain sebagai agamawan, juga sebagai saudagar. Pedagang sekaligus pakar ekonomi global. Mereka datang ke Nusantara dengan membawa barang dagangan. Karenanya, mudah ketemu dengan berbagai lapisan masyarakat. Bahkan sumbangan pemikiran dan perdagangannya dapat mendatangkan pemasukan bagi Kerajaan Majapahit dan Padjadjaran. Dengan peran ini, Wali Sanga diterima oleh kerajaan. Hal ini tidak lepas dari keberadaannya yang membawa manfaat, bukan konflik atau pun peperangan.

Ketiga, pentingnya sanad keilmuan. Santri harus tahu rantai keilmuan yang ia miliki. Ini menjadi sebab keberkahan. Santri harus tahu dan merawat hubungan baik dengan para guru. Jangan sampai, santri lupa dan tidak tahu jalur keilmuannya. Sebab keberkahan ilmu seseorang adalah sejauh mana ia hormat kepada para guru-gurunya.

Keempat, santri harus taat ulil amri (pemerintah). Contoh kecil, semisal dalam masalah penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal. Meskipun hilal dapat diketahui dengan hisab, tapi penentunya adalah keputusan pemerintah. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menaati pemerintah. Karena pemerintah itu sudah sah kita bentuk. Untuk mengurusi kemaslahatan bersama. Tugas rakyat adalah menaati kebijakannya. Dari keempat nasihat ini, semoga kita dapat menjalankannya.

Waalllahu a'lam bisshawab

Muhammad Hanifuddin, Ketua LBM PCNU Tangsel dan Dosen Darus-Sunnah Jakarta


Opini Terbaru