Ramadhan

Menjadikan Al-Qur’an sebagai Sahabat

Jumat, 7 April 2023 | 08:56 WIB

Menjadikan Al-Qur’an sebagai Sahabat

Ilustrasi. (Foto: Freepik)

Ramadhan selain identik dengan syahrusy syiyam (bulan yang di dalamnya ada perintah puasa), juga disebut dengan syahrul Qur’an (bulan Al Qur’an). Karena di Ramadhan inilah Al-Qur’an diturunkan (QS Al Baqarah 2: 185), yaitu dari lauhil mahfudz ke baitil izzah (rumah penuh kemuliaan) di langit dunia jumlatan wahidatan, secara utuh 30 juz dan 114 surat. Maka, di setiap Ramadhan diadakan acara peringatan Nuzulul Qur’an.


Memperingati Nuzulul Qur’an akan menjadi lebih bermakna kalau tidak sebatas mempelajari sejarah turunnya Al-Qur’an, tadarus dan mengkhatam Al-Qur’an serta mengadakan seremoni peringatan Nuzulul Qur’an. Karena Al-Qur’an adalah ma’dzubatullah (hidangan rohani dari Allah), maka kata Rasulullah, cicipi hidangan rohani tersebut semampu kalian (HR Hakim). Karenanya peringatan Nuzul Qur’an akan lebih bermakna kalau  dijadikan momentum untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat. Menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat berarti mencoba mengenal, mengakrabi dan sekaligus menjadikan Al-Qur`an sebagai hudan, petunjuk dan pedoman bagi kehidupan.


Untuk bisa menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat, manusia haruslah melakukan iqra’. Iqra` terambil dari akar kata qara`a yang berarti “menghimpun”, sehingga tidak harus selalu diartikan “membaca teks tertulis dengan aksara tertentu”. Dari “menghimpun” lahir aneka ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak.
Melakukan iqra` terhadap Al-Qur’an berarti kita melakukan aktivitas membaca, menelaah, menganalisa, memahami, mendalami, menyelami, mengamalkan dan mengambil hikmah dalam kehidupan. Aktivitas ini merupakan perpaduan antara kinerja qalbu (hati) dan akal.


Membaca teks Al-Qur’an adalah aktivitas awal dan pondasi awal dalam melakukan iqra`. Aktivitas ini meliputi mengenal huruf Al-Qur’an dan cara mengucapkannya; cara membacanya, memanjangkan yang seharusnya dibaca panjang dan memendekkan yang seharusnya dibaca pendek (tajwid Al-Qur’an).


Aktivitas membaca teks yang sudah benar mengantarkan pembacanya untuk tahapan selanjutnya yaitu menelaah, memahami, menganalisa, dan mendalami Al-Qur’an. Aktivitas ini dimulai dengan mempelajari makna kata-kata Al-Qur’an, atau apa yang biasa disebut dengan belajar tarjamah Al-Qur’an. Setelah mengerti makna tiap-tiap kata dari ayat Al-Qur’an, maka langkah selanjutnya adalah mencoba menafsirkankan dengan bantuan atau rujukan kepada kitab-kitab tafsir yang ada sebagai upaya dari proses “menelaah, memahami, menganalisa, dan mendalami” Al-Qur’an.


Setelah proses pertama dan kedua selesai, maka proses ketiga adalah menadaburi atau merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dibaca dan pahami (QS Muhammad 47: 24). Ali bin Abi Thalib mengatakan,” laa qiraaata bidunni tadabbur, tidak disebut proses iqra` kalau tidak direnungkan.


Dan yang terakhir dari proses iqra` adalah mengamalkan Al-Qur’an dan menjadikannya akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini sering disebut sebagai upaya untuk “membumikan” Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak lagi hanya kumpulan teks atau Firman Tuhan yang terdiri atas 30 juz dan 114 surah, tetapi merupakan sumber inspirasi dan pedoman hidup manusia dalam mengarungi kehidupan mereka. Al-Qur’an tidak lagi hanya sebagai ajaran yang melangit tetapi sudah membumi lewat umat Islam yang akhlak dan perilakunya sesuai dengan ajaran Al-Qur’an. Ketika Aisyah ditanya  sahabat Hisyam bin Amir tentang akhlak Rasulullah, Aisyah menjawab: “Kaana khuluquhul Al-Qur’an, Bahwanya akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an.”( HR Muslim). Rasulullah adalah Al-Qur’an berjalan. Beliau adalah model paling ideal pengamal Al-Qur’an. Pada pribadi beliau ada uswatun hasanah, contoh atau teladan yang baik.(QS Al-Ahzab 33: 21).


Kalau empat proses iqra` di atas dilakukan, maka menurut saya itulah hakikat makna Nuzulul Qur’an di zaman sekarang. Al-Qur’an akan menjadi sahabat kita. Tiada hari tanpa Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak hanya menjadi sebuah bacaan, pemahaman, dan renungan, tapi menjadi perilaku dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.


Marilah di Ramadhan 1444 H tahun ini, kita jadikan Al-Qur’an sebagai sahabat kita. Dan semoga kelak di akhirat, Al-Qur’an datang kepada kita sebagai hujjah (pembela ) dan syafii`an (penolong). Amin ya mujibas sailin.


Mukhlisin, Pembina Tauhid Cinta Channel (You tube) dan Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Agama Islam Muslim Asia Afrika Jakarta

Editor: M. Izzul Mutho