Banten, NU Online Banten
Hari ini (24/1/2024) tepat 10 tahun atau satu dasawarsa Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1999-2014 KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh wafat. Saat itu, Jumat dinihari (24/1/2014) pukul 01.10 WIB, Kiai Sahal meninggal di kediamannya, Kompleks Pesantren Maslakul Huda Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah.
Dikutip dari NU Online, Kiai Sahal menjadi pimpinan tertinggi NU selama tiga periode (1999-2004, 2004-2010, 2010-2014). Pada periode pertama dan kedua sebagai rais ’aam, Kiai Sahal berpasangan dengan Ketua Umum PBNU KH Ahmad Hasyim Muzadi. Periode ketiga berpasangan dengan KH Said Aqil Siroj.
Sebelum meninggal, Kiai Sahal sempat menjalani rawat inap di RSI Pati. Bahkan, sempat dirujuk ke RSUP Dr Kariadi Semarang. Seperti ada firasat, Kiai Sahal minta pulang ke Kajen agar dirawat di rumah. Selang dua hari, wafat dalam usia 77 tahun. Kiai Sahal dimakamkan berdekatan dengan leluhurnya, KH Ahmad Mutamakkin, waliyullah.
Selain sebagai rais ’aam, Kiai Sahal juga menjabat ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). Mbah Sahal—sapaan akrabnya-- merupakan kiai pertama yang menduduki pimpinan tertinggi di NU dan MUI. Sementara di kampung halamannya di Kajen, Pati, Kiai Sahal merupakan pengasuh Pesantren Maslakul Huda dan direktur Perguruan Islam Mathali’ul Falah.
Sejak awal Januari 2014, Pati dan beberapa kabupaten di Jawa Tengah dilanda hujan dengan intensitas tinggi sehingga memicu banjir. Beberapa tokoh masyarakat menyebut banjir saat itu merupakan siklus empat tahun sekali. Besarnya banjir di beberapa titik membuat akses jalan utama di Pati hingga Juana nyaris putus. Pagi hari pada 24 Januari 2014, saat gerimis sisa-sisa hujan semalam masih turun, banyak warga dari luar kota yang ingin bertakziyah ke Kiai Sahal di Kajen terpaksa harus mengurungkan niatnya. Mereka terjebak banjir sehingga baru bisa sampai di desa itu pada sore hari. Bahkan, ada beberapa yang terpaksa putar balik.
KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus yang saat itu menjadi wakil rais ’aam PBNU otomatis menggantikan posisi Kiai Sahal sebagai rais ’aam. Saat memperingati tujuh hari wafatnya Kiai Sahal di Kajen, Gus Mus menyebut Mbah Sahal sebagai rais aam terakhir. Sebab, setelah Kiai Sahal tidak ada lagi kiai sealim Kiai Sahal. Kealimannya menurut Gus Mus belum ada tandingannya.
“Almaghfurlah KH MA Sahal memiliki keilmuan yang sejajar dengan Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, Kiai Wahab Chasbullah, dan Kiai Bisri Syansuri. Kedalaman ilmu dan keberpihakannya kepada masyarakat menjadi teladan bagi semua. Sulit rasanya mencari pengganti tokoh sekaliber Kiai Sahal untuk duduk di kursi rais ’aam,” ungkap Gus Mus.
Kiai Sahal, lanjutnya, satu-satunya faqih yang tidak hanya menguasai ilmu fiqih dan ushul fiqih. Tapi juga sangat menguasai ilmu kemasyarakatan. ’’Dengan penguasaan ini, Kiai Sahal mampu membawa kitab klasik disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini,” imbuh Gus Mus.
Kiai Sahal terkenal dengan konsep fiqih sosial-nya. Kiai Sahal juga banyak melahirkan karya berbahasa Arab maupun Indonesia. Antara lain Thariqatul Hushul ‘ala Ghayatil Wushul, Ats-Tsamaratul Hajayniyah, Fawa’idun Najibah, al-Bayanul Mulamma ‘an alfadhil Luma’, Intifakhul Wadajain, dan Anwarul Bashair.
Baca Juga
Januari, Dua Rais 'Aam PBNU Ini Wafat
Selain itu, banyak koleksi artikel lain yang banyak ditemukan di perpustakaan Kiai Sahal. Termasuk karya yang dimuat di media massa atau dipublikasikan di berbagai seminar dan acara publik lain.
Sekadar informasi, 24 Januari 2014 saat itu bertepatan dengan 22 Rabi'ul Awal 1435 H. Penanggalan Hijriah inilah yang dipakai keluarga untuk memperingati haul Kiai Sahal Mahfudh. Untuk Mbah Sahal, Al Fatihah. (Ali Musthofa Asrori)
Terpopuler
1
PCNU Kabupaten Tangerang Bertekad Gelar PD-PKPNU Setiap Bulan
2
Awal Jumadal Akhirah 1446 H Jatuh Selasa Wage, 3 Desember 2024
3
Mendoakan Non-Muslim yang Sudah Meninggal Dunia, Bolehkah?
4
PC IPNU Cilegon Ikut Kawal Kesejahteraan Sosial dan Pendidikan
5
Ini Nakhoda PP ISNU 2024-2029
6
Bekali Puluhan Remaja agar Lebih Matang dan Berdaya Saing
Terkini
Lihat Semua