Jabar

Bencana Sukabumi, 19 Pesantren Terdampak, Gazebo hingga Lemari Santri Hanyut

Senin, 16 Desember 2024 | 15:11 WIB

Bencana Sukabumi, 19 Pesantren Terdampak, Gazebo hingga Lemari Santri Hanyut

Bangunan dan lemari santri tampak hanyut terbawa arus Sungai Cimandiri dampak bencana di Sukabumi. (Foto: NU Online Jabar/Amus Mustaqim)

Sukabumi, NU Online Banten

Bencana alam yang melanda 39 kecamatan dan 184 desa di Sukabumi, Jawa Barat, bedampak juga terhadap lembaga pendidikan, termasuk pesantren. Data yang diperoleh NU Online Jabar pada Sabtu (14/12/2024) pukul 14.30 WIB, jumlah pesantren yang terdampak banjir, longsor, hingga pergeseran tanah, ada 19. 


Di Pabuaran, Pondok Pesantren Riyadul Muttaqin di Kampung Cigembong, Pabuaran, dengan 40 santri yang terdampak. Bangunan asrama putra-putri dan masjid pesantren terdampak banjir bandang. 


Lalu Pondok Pesantren Al-Hikmah di Kampung Panaruban, Pabuaran, dengan 85 santri yang terdampak. Asrama putra-putri, masjid, dan majelis terdampak banjir bandang. 


Pondok Pesantren Riyadul Fikri di Kampung Bantarkalong, Pabuaran, dengan 57 santri yang terdampak. Asrama putra-putri, madrasah, dan masjid terdampak banjir bandang. 


Juga Pondok Pesantren Riyadusshibyan di Kampung Lebak Muncang, Pabuaran, dengan 15 santri yang terdampak. Sebagian bangunan pesantren roboh dan tidak bisa digunakan, serta kitab-kitab kajian dan Al-Qur'an terendam banjir sehingga tidak bisa digunakan lagi. 



Kemudian Pondok Pesantren Arojaiyyah Nagrak, Desa Ciwalat, dengan 90 santri terdampak. Asrama santri juga terdampak pergerakan tanah. 


Pondok Pesantren Attaufiqiyah di Desa Ciwalat dengan 32 santri terdampak. Majelis dan asrama juga terdampak longsor. 



Pondok Pesantren Nurul Ikhsan di Sukajaya, dengan 10 santri yang terdampak. Bangunan asrama juga terdampak pergerakan tanah. 


Pondok Pesantren Assalafiyah di Kampung Lemburtongoh, Lembur Sawah, dengan 45 santri yang terdampak dan sebagian bangunan roboh serta terjadi retakan lantai. 


Pondok Pesantren Al-Fahmi di Kampung Darmawangi, Sirnasari, dengan 15 santri yang terdampak. Bangunan madrasah retak parah karena terdampak pergeseran tanah. 



Pondok Pesantren Darul Mubtadi beralamat di Kampung Cibadak, Cibadak, dengan 118 santri yang terdampak. Asrama santri putra terdampak banjir bandang.


Pondok Pesantren Al-Hanafi di Kampung Cibadak, Cibadak, dengan 15 santri yang terdampak. Asrama putra dan masjid terdampak banjir bandang. 



Pondok Pesantren Daarusyibyan yang di Kampung Cileungsir, Cibadak, dengan 60 santri yang terdampak. Asrama putra-putri terendam banjir dan longsor.

 

Taman Pendidikan Qur'an Al-Muawwanah di Cibadak dengan 45 santri yang terdampak. Bangunan pesantren juga terdampak banjir bandang yang mengakibatkan Al-Qur'an, kitab, dan lemari hanyut.



Di Jampangkulon, Pondok Pesantren Darun Nida di Kampung Panglayungan, Kelurahan Jampangkulon dengan 55 santri putra-putri terdampak. Sementara bangunan yang terdampak adalah masjid dan rumah guru ngaji. 

 


Di Cidolog, Pesantren Putri At-Taqwa di Kampung Cimanggu, Tegallega dengan bangunan terdampak banjir. 



DI Cimanggu, Pondok Pesantren Nurul Amanah di Kampung Datarkupa, Karangmekar, dengan 11 santri yang terdampak. Bangunan rumah pimpinan pesantren, aula, dan asrama santri terendam banjir hingga kitab-kitab terbawa arus. 


 

Di Sagaranten, Pondok Pesantren Sinarjaya Putri di Kamaaang, Desa Curugluhur dengan 5 santri yang terdampak. Bangunan asrama santri putri rusak. 



Di Simpenan, Pondok Pesantren Putra Putri Al-Anwar di Kampung Mekarsari, Cihaur, dengan 200 santri yang terdampak. Sebagian bangunan asrama putri roboh akibat longsor. 



Di Pelabuhanratu, Pondok Pesantren Al-Istabroq di Kampung Cisoka, Desa Jayanti, dengan jumlah santri yang terdampak sebanyak 70 orang. Bangunan gazebo hancur diterjang arus, serta peralatan masak, kitab dan lemari santri hanyut terbawa arus.



Sekadar diketahui, bencana banjir bandang yang melanda Sukabumi pada 4 Desember 2024, masih menyisakan duka. Di Pondok Pesantren Istabroq di Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, misalnya. Pesantren asuhan KH Badru Tamam diterjang banjir di hari ketiga bencana. Padahal, selama dua hari setelah diguyur hujan para santri telah berupaya melakukan pengawasan. Kiai Badru Tamam mengatakan, meluapnya Sungai Cimandiri merendam pesantren hingga menyapu bangunan dan barang barang milik santri. Seperti gazebo, alat alat masak, kitab, lemari pakaian.


"Kita sudah berusaha antisipasi dan melakukan persiapan dengan melakukan penjagaan itu hari Senin, karena melihat curah hujan yang terus terusan dua hari dua malam," ungkapnya.


Bahkan, kata Kiai Badru Tamam, banjir yang juga membuat bangunan pondok amblas ini, sudah dilakukan pengawasan dan penjagaan sejak Selasa, 3 Desember 2024, baik oleh para santri maupun masyarakat sekitar, karena memang lokasi pesantren ada di sekitaran bantaran Sungai Cimandiri.


"Jadi banjir itu bisa dikatakan banjir tahunan, tapi nggak sampai meluas seperti kemarin, seumur hidup saya jadi orang sini baru pertama kali ada banjir seperti begitu, makanya kami itu benar benar panik saat itu melihat banjir seperti itu apalagi kejadian waktu siang," jelasnya.



Selasa dini hari itu masyarakat dan santri masih jaga. Pukul 01.30 WIB air memang sudah naik, tapi tidak sampai ke teras rumah. Pukul 02.00 langsung surut. Saat itu juga, lanjut dia, santri dan masyarakat langsung membersihkan material lumpur yang sempat naik ke teras pondok dengan dibantu kepala desa Jayanti. Namun saat semuanya sudah selesai dan siap beristirahat, tiba tiba, pada Rabu, 4 Desember 2024, sekitar pukul 08.00 WIB pagi, Sungai Cimandiri kembali meluap dan merendam area pondok.  



 "Alhamdulillah ada hikmahnya, banjir terjadi besar siang hari, kalau malam mungkin banyak yang korban. Pas kejadian anak anak santri hanya bisa melihat pakaian pakaian, lemari, kitab dan peralatan lainnya hanyut, sempat ada anak santri berusaha ngambil lemari yang hanyut, saya langsung tegur, yang penting nyawa dulu, alhamdulillah tidak ada korban jiwa," imbuhnya, dilansir NU Online Jabar.



Kiai Badru juga menyebut, ketinggian air yang meluap di luar prediksi bahkan melebihi ketinggian luapan sebelumnya, bangunan rumah yang berada di bagian bawah terendam hingga tiga meter.

 


"Semua hilang, kitab sehari hari yang baca sehari hari, waktu itu karena memang ada yang kita izinkan pulang sejak Senin, Selasa karena orang tuanya sudah pada jemput, santri yang ada paling saat kejadian banjir ada sekitar 70 orang, dari 200 orang lebih santri yang ada," paparnya.


Pascabanjir bandang, Kiai Badru menyampaikan, masih banyak kebutuhan yang sangat dibutuhkan pesantrennya. Mulai dari kitab, alas tidur, lemari, dan lainnya. (M Rizqy Fauzi, Amus Mustqim)