• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Selasa, 7 Mei 2024

Nasional

Munas dan Konbes NU 2023

Rekomendasikan Rumah Potong Hewan di Makkah, Kecerdasan Buatan Tak Boleh Jadi Pedoman

Rekomendasikan Rumah Potong Hewan di Makkah, Kecerdasan Buatan Tak Boleh Jadi Pedoman
KH Hasan Nuri Hidayatullah (kanan). (SSY NUO)
KH Hasan Nuri Hidayatullah (kanan). (SSY NUO)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Ketua Komisi Bahtsul Masail Waqi’iyah KH Hasan Nuri Hidayatullah menyampaikan, ada dua hal yang dibahas di Komisi Bahtsul Masail Waqi’iyah pada Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2023. Dam tamattu dalam ibadah haji dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

 


Di depan wartawan di Gedung Serbaguna Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Selasa (19/9/2023), Kiai Hasan menjelaskan, dam tamattu ada dua hal yang disimpulkan. ’’Kekuatan pendapat menurut mazhab para ulama. Penyembelihan dilakukan di Tanah Haram, Makkah. Mengenai pembagiannya dalam rangka kemaslahatan bisa dibagi di tanah halal, asal jamaah haji, dalam hal ini Indonesia. Dengan demikian, kemaslahatan dam itu kembalinya ke jamaah haji sendiri dan lingkungan sekitarnya,’’ jelasnya.

 


Rekomendasi masalah ini, lanjutnya, adalah pemerintah Indonesia bisa membuat rumah potong hewan (RPH) di Tanah Haram.’’Tujuannya menjamin keabsahan dam dari jamaah itu sendiri, karena selama ini banyak aduan masalah dam, sehingga tidak bisa mendapatkan jaminan tentang keabsahan penyembelihan dam itu. Mudah-mudahn ini nanti bisa menjadi bagian yang bisa diberikan munas ini kepada bangsa dan negara pada umumnya dan umat Islam khususnya,’’ terangnya dalam kegiatan yang disiarkan oleh akun resmi NU Online via YouTube itu.

 


Sedangkan terkait kecerdasan buatan (AI), apa boleh bertanya kepada AI untuk dijadikan pedoman? ’’Diharamkan dilarang atau tidak boleh. AI mempunyai kecerdasan yang mungkin melampaui kecerdasannya manusia, akan tetapi belum bisa dijadikan objek untuk memohon fatwa, karena unsur kebenarannya belum bisa dijamin, masih ada halusinasi, ketergantungan informasi yang diterima oleh AI tersebut. Dan untuk sementara ini masih banyak diproduksi oleh perusahaan-perusahaan digital yang berbasis nonmuslim,’’ ungkapnya.

 


Sehingga, lanjutnya, memunculkan rekomendasi ke depan agar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) punya AI yang dibangun dan diisi kontennya oleh orang-orang yang mempunyai otoritas.’’Dalam hal fatwa dan lain-lain, sehingga Nahdliyin mudah mencari rujukan masalah-masalah agama. Dengan adanya AI yang dibangun NU, isinya steril kira-kira begitu. Tidak bercampur dengan paham di luar Ahlussunah wal Jama’ah,’’ tegasnya.

 


Sebelumnya Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan, Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama (NU) 2023 telah menyelesaikan pembahasan komisi-komisi yang ada.  ’’Ada 3 komisi untuk konbes. Keorganisasian,  program, dan rekomendasi. Sedangkan 'munas juga ada 3 komisi. Bahsul masail (BM)  waqi’iyah, maudluiyah, dan qanuniyah,’’ ujarnya.



Dijelaskan, semua berhasil diselesaikan. Bahkan sudah mendekati finalisasi perumusan hasil. ’’Sesudah ini segera diselenggarakan sidang pleno pengesahan. Tapi kami tidak mengantisipasi perubahan-perubahan yang signifikan di dalam pleno pengesahan itu. Insyaallah nanti tinggal dibacakan dan tinggal mendapatkan persetujuan pleno sebagai syarat untuk menjadikannya sebagai keputusan munas dan konbes,’’ jelasnya, Selasa (19/9/2023)

 


Sekadar diketahui, pembukaan Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2023 berlangsung Senin (18/9/2023) oleh Presiden Joko Widodo di Pondok Pesantren Al Hamid Cilangkap, Jakarta Timur. Sekitar 1500 peserta hadir. Sedianya, kegiatan berlangsung hingga 20 September 2023. Hanya, kegiatan telah selesai dan ditutup pada Selasa (19/9/2023) petang di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta. Munas ini yang kali pertama di periodenya Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. Sedangkan konbes sudah kali kedua. Sebelumnya dilaksanakan tahun lalu.


Munas Alim Ulama dan Konbes Nahdlatul Ulama adalah dua unsur permusyawaratan yang berbeda tetapi disatukan. ’’Untuk munas ini kita menghadirkan para ulama di lingkungan Nahdlatul Ulama untuk membicarakan berbagai macam masalah agama, khususnya yang terkait dengan kehidupan bangsa dan negara serta hajat masyarakat banyak,’’ terang pria asal Rembang, Jawa Tengah, itu.

 


Sedangkan konbes merupakan forum dari para pengurus Nahdlatul Ulama di tingkat provinsi yaitu Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) di seluruh Indonesia untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan organisasi Nahdlatul Ulama itu sendiri. (M Izzul Mutho)


Nasional Terbaru