• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 28 April 2024

Nasional

Tangsel Zona Merah, Ini Tren Modus Baru Aksi Teror

Tangsel Zona Merah, Ini Tren Modus Baru Aksi Teror
AKBP Moh Dofir di Pondok Pesantren Darul Madinah, Bambu Apus, Pamulang, Tangsel, Kamis (28/3/2024). (Foto: NUOB/Dian S)
AKBP Moh Dofir di Pondok Pesantren Darul Madinah, Bambu Apus, Pamulang, Tangsel, Kamis (28/3/2024). (Foto: NUOB/Dian S)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Kasubdit Kontra Narasi Direktorat Pencegahan Densus 88 Antiteror Polri AKBP Moh Dofir mengatakan, ada tren modus baru aksi teror. Yakni, menargetkan rekrutmen pemuda yang sedang dalam pencarian jati diri dan identitas.



’’Dan menempatkan perempuan dan anak sebagai pelaku aksi teror,’’ paparnya saat buka bersama yang digelar Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Tangerang Selatan bersama Polri & Densus 88, serta Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (Komfaktar) UIN  Syarif Hidayatullah Jakarta di Pondok Pesantren Darul Madinah pimpinan Ibu Nyai Hj Agustina Nurul, Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (28/3/2024).

 


Dia juga tidak menampik bahwa Tangerang Selatan (Tangsel) masuk dalam zona merah teroris. Menurutnya, penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa Tangsel masuk dalam zona merah disusupi paham radikal. Sosialisasi yang dilakukannya seperti saat ini dimaksudkan agar tenaga pendidik serta mahasiswa di Tangsel dapat mengantisipasi dan mencegah masuknya paham ekstremis tersebut. "Orang-orang radikal biasanya mudah terdeteksi dari hawanya. Banyak masjid-masjid yang mulai disusupi lantas hawanya jadi berubah," ucapnya.



Oleh karena itu, diharapkan dapat mengantisipasi dan mencegah terjadinya intoleransi dan ektremisme di dunia pendidikan, khususnya di Tangerang Selatan. ’’Perlu kerja sama dan sinergi semua pihak agar Indonesia terus aman dan damai, lebih-lebih di bulan Ramadhan seperti saat ini,’’ jelasnya.

 


Dia juga menjelaskan penyebab mahasiswa terpapar radikalisme. Di antaranya sedang mencari jati diri, membutuhkan perasaan kebersamaan yang tidak didapatkan dari keluarganya, dan ingin memperbaiki apa yang dianggap mencederai rasa keadilan.’’Juga sedang membangun citra diri dan memiliki akses yang luas berinteraksi dengan siapa pun di dunia maya, termasuk dengan kelompok radikal,’’ ucapnya.

 


Pada kesempatan itu, Dhofir menerangkan soal intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Intoleransi secara sederhana adalah sebagai rasa tidak tenggang rasa. Sedangkan radikalisme adalah suatu ideologi dan paham yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik secara drastis dan menggunakan cara kekerasan atau ekstrem.



Adapun ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme, lanjutnya, adalah keyakinan dan atau tindakan yang menggunakan cara-cara kekerasan atau ancaman kekerasan ekstrem dengan tujuan mendukung atau melakukan aksi terorisme.



’’Terorisme itu perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat masal. Juga menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan,’’ terangnya.

 


Menurutnya, sarana penyebaran radikalisme bisa melalui kajian keagamaan, lembaga pendidikan, pertemanan atau persahabatan, media elektronik atau cetak, media sosial, tempat ibadah, perkawinan atau kekerabatan, serta organisasi atau komunitas.



Sedangkan faktor penyebab radikalisme dan terorisme dapat dikategorikan mulai global, regional, nasional, hingga isu kultural. ’’Isu kultural seperti pemahaman keagamaan yang dangkal, penafsiran kitab suci yang sempit dan tekstual, dan indoktrinasi ajaran agama yang salah,’’ ungkapnya.



Mengenai ciri orang yang berpotensi bergabung atau direkrut dalam kelompok teror, lanjutnya, di antaranya meninggalkan sekolah, kuliah, pekerjaan, bahkan rumahnya. Selain itu, perubahan signifikan pada sikap mental yang mendua dan cenderung menjadi pribadi yang tertutup dan tertekan jiwanya.’’ Di samping itu, menganggap kelompok atau orang di luar dia dan kelompoknya adalah salah, disharmonisasi hubungan dengan keluarganya, dan menghalalkan cara-cara kekerasan,’’ terangnya.



Strategi deteksi dini pencegahan di lingkungan kampus dengan memperkuat pendidikan kewarganegaraan, melaksanakan kegiatan-kegiatan positif, dan memberikan pemahaman toleransi beragama. ‘’Juga penguatan pendidikan karakter terhadap mahasiswa serta peran kampus dalam pengawasan terhadap kegiatan organisasi,’’ imbuhnya.



Upaya pencegahan radikalisme di kampus juga dilakukan. Di antaranya melalui membuat surat pernyataan komitmen bersedia untuk setia menjaga empat konsensus dasar negara serta meningkatkan intensitas, kualitas, dan kuantitas giat mahasiswa dalam rangka peningkatan kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan empat konsensus dasar.



’’Tak kalah pentingnya, memberikan pembekalan terkait pencegahan intoleransi, radikalisme, dan terorisme kepada mahasiswa baru, mahasiswa yang akan melaksanakan kuliah kerja mahasiswa, dan mahasiswa yang akan lulus dari kampus. Juga menanamkan jiwa nasionalisme dan kecintaan terhadap NKRI kepada mahasiswa serta memperkaya literatur atau wawasan keagamaan yang moderat, terbuka, dan toleran,’’ tambahnya.

 


Di samping itu, waspada terhadap provokasi, hasutan, berita hoaks, serta pola rekrutmen teroris baik di lingkungan masyarakat maupun dunia maya dan memberikan dukungan positif terhadap organisasi kemahasiswaan yang menjadi kompetitor bagi organisasi intoleran dan radikal.’’Mengadakan kegiatan pengajian atau kegiatan keagamaan yang beraliran moderat,’’ katanya.



Dia juga menyampaikan indeks potensi radikalisme yang turun pada 2022 menjadi 10 persen dari 12,2 persen pada 2020.’’Semoga Indonesia dapat terhindar dari segala macam tindakan negatif seperti tersebut,’’ harapnya.



Sedangkan Ketua Pergunu Tangsel Ali Mudasir berharap, banyak hal yang disampaikan oleh AKBP Moh Dhofir  dapat bermanfaat.’’Dengan paparan tersebut, setidaknya menambah wawasan bagaimana menyikapi dan mengantisipasi adanya terorisme. Dan tidak terjerumus ikut kelompok terorisme,’’ katanya.



Seperti diberitakan, tahun lalu, Staf Ahli Bidang ‎Kemasyarakatan Pemerintah Kota Tangsel Heli Slamet menyampaikan, keberadaan Nahdlatul Ulama (NU) sangat penting ada di level bawah untuk ‎membendung intoleransi dan radikalisme.‘’Catatan BNPT (Badan Nasional ‎Penanggulangan Terorisme), Tangsel masih merah. Semoga ke depan bisa ‎kuning. Syukur hijau,’’ harapnya saat sambutan pada Semarak Ramadhan yang digelar PCNU Tangsel di Halaman ‎Garaha Aswaja NU, Tangsel, Ahad (9/4/2023), sembari memberi contoh beberapa kasus ‎teroris yang ditangkap di Tangsel, beberapa waktu silam.‎ (Dian Sophya)


Nasional Terbaru