• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 16 Mei 2024

Opini

Glorifikasi Ramadhan

Glorifikasi Ramadhan
Hadi Susiono Panduk. (Foto: Dokumen Pribadi)
Hadi Susiono Panduk. (Foto: Dokumen Pribadi)

Siklus tahunan Ramadhan telah datang. Natijah Ramadhan dari tahun ke ‎tahun harus mengindikasikan tren kesalehan pribadi yang bersifat bullish ‎bukan bearish. Pancarannya bisa terlihat dalam rutinitas keseharian. ‎Ramadhan lahir sebagai bulan kawah candradimuka di mana seorang ‎pengiman ditempa bagaikan besi superpanas yang hendak dibuat perkakas, ‎bejana atau sebuah pusaka. Predikat maraton akhir Ramadhan adalah ‎melekatnya takwa. Sebuah sematan bergengsi bagi seorang pengiman sejati.‎


Hal ini sejurus dengan Firman Allah dalam QS Al-Baqarah, ayat: 183, “Wahai ‎orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana ‎diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Ketakwaan ‎seorang hamba semestinya selalu built in, di mana dan kapan saja. Takwa ‎sejatinya menjalankan perintah-perintah Allah SWT dan meninggalkan apa ‎yang dilarang oleh-Nya. Terkesan sederhana, namun jika di-break down, ia ‎adalah laku spiritual penuh heroik seorang mukmin. Allah memerintahkan ‎orang mukmin agar bertakwa dengan sejatinya dan bersama dengan orang-‎orang yang benar demi sebuah predikat paling mulia (QS Al-Hujurat: 13). ‎Firman Allah tersebut menggambarkan, bahwa orang mukmin lebih dekat ‎dengan ketakwaan kepada Allah. Mukmin artinya orang yang mengimani akan ‎eksistensi Allah. ‎


Glorifikasi datangnya bulan penuh rahmat dan ampunan oleh seorang mukmin ‎harus disikapi sebagai penghormatan dan penghidmatan dalam menjalankan ‎segala rangkaian ibadah sebagai laku suluk penghambaan kepada Allah SWT. ‎Antusiasme dalam menjalankan puasa Ramadhan dan ibadah-ibadah lainnya, ‎harus dikukuhkan dalam hati sanubari. Pawai syiar tarhib Ramadhan adalah ‎bentuk ritual suka cita dalam maenyambut datangnya bulan suci Ramadhan. ‎Pendek kata, glorifikasi Ramadhan dilakukan agar seseorang mencapai derajat ‎manusia yang bertakwa. Manusia yang bertakwa akan menjadi manusia yang ‎paling mulia.‎


Manusia paling mulia versi Allah SWT sangat jelas disebutkan dalam Al-‎Qur’an, adalah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-‎malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, serta memberikan harta yang dicintainya ‎kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam ‎perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, ‎yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati ‎janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, ‎dan masa peperangan (QS Al-Baqarah:177). Sujurus kandungan surat ‎tersebut, Surat Al-Anbiya 48-49, menceritakan orang-orang yang beriman ‎yakni mereka yang takut akan azab Tuhan-Nya, dan takut akan (datangnya) ‎hari kiamat. ‎


Penanda lain dari seorang yang bertakwa, adalah mereka yang membawa ‎kebenaran (Muhammad) dan orang-orang yang membenarkannya, seperti ‎dikutip Surat Az-Zumar ayat 33. Kandungan Surat Al-Lail 17-20, identik ‎dengan Surat Al-Baqarah di atas, yakni orang yang menginfakkan hartanya (di ‎jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya), dan tidak ada seorang pun ‎memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia ‎memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya.‎


Panduan menjadi muttaqin (hamba yang bertakwa) telah diberikan oleh Allah ‎Jalla Jalaluhu. Semoga kita menjadi manusia paling bertakwa kepada Allah ‎melalui glorifikasi titik nol Ramadhan. Insyaallah!‎

Wallahu ‘Alamu Bisshawab
    
Hadi Susiono Panduk, Kolumnis Muslim; Rais Syuriyah MWC NU Bayah dan ‎Pengurus Pergunu Kabupaten Lebak; Lulusan Pondok Pesantren Al-Khoirot, ‎Sabilillah Kudus dan Universitas Diponegoro Semarang


Opini Terbaru