• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 29 April 2024

Opini

Pondok Pesantren sebagai Kawah Candradimuka

Pondok Pesantren sebagai Kawah Candradimuka
Ilustrasi para santri menggelar upaca bendera. (NUO)
Ilustrasi para santri menggelar upaca bendera. (NUO)

DALAM salah satu penggalan cerita dari epos Mahabharata yang menemani masa kecil saya, ada satu potret di mana ketika Gatotkaca lahir. Ia terlahir sebagai raksasa yang memiliki sifat jahat dalam dirinya. Untuk menghilangkan sifat keraksasaannya, Batara Guru membawa putra Bimasena dan Arimbi itu ke suatu kawah bernama Kawah Candradimuka, di kawah yang sangat panas itulah Gatotkaca dicelupkan dan digodok, setelah keluar dari proses penggodokan, Gatotkaca berubah menjadi kesatria gagah perkasa.


Syahdan, umum kemudian memahami term ’’Kawah Candradimuka” sebagai metafor untuk menerangkan suatu tempat pendidikan yang mengubah orang yang tadinya tidak memiliki pengetahuan menjadi berpengetahuan, tidak memiliki ilmu menjadi berilmu, serta tidak berakhlak menjadi berakhlak.


Dalam lanskap catatan panjang sejarah Indonesia, pondok pesantren (ponpes) yang memiliki peran sebagai lembaga pendidikan tradisional di Indonesia, telah menjalankan peran sentral dalam membentuk karakter dan pemahaman seseorang di masyarakat. Hal ini lah yang kemudian membuat ponpes dianggap sebagai kawah candradimuka, tempat untuk menggodok seseorang yang pada mulanya memiliki sifat raksasa yang jahat menjadi kesatria gagah perkasa.


Sejauh ini, dari awal mula pondok pesantren didirikan dan hadir di tengah Masyarakat, pondok pesantren sudah banyak memberikan kontribusi untuk kebaikan bersama dalam tatanan masyarakat dan negara. Tokoh-tokoh besar yang menjadi motor penggerak peradaban, banyak terlahir dari rahim pondok pesantren. Serta bukan hanya itu, pondok pesantren juga turut merawat berbagai macam disiplin ilmu, untuk menjaga ilmu pengetahuan tetap tumbuh dan berkembang.


Hal sentral yang kemudian membuat pondok pesantren mampu berkontribusi banyak seperti yang disebut di atas. Ini tak lain dari salah satu elemen penting dalam pondok pesantren, yaitu kiai, yang menjadi figur utama dalam membentuk akhlak dan memupuk pengetahuan santri di pesantren. Dalam mendidik santri-santrinya, para kiai di pondok pesantren selalu tampil dengan keperibadian yang tegas.


Tegas, ini satu hal yang berbeda dengan keras, sehingga dari ketegasan ini, tampillah satu figur berwibawa yang kemudian disegani oleh anak didiknya. Ketegasan di dalam model pendidikan pondok pesantren ini diibaratkan kawah panas candradimuka yang menggodok seseorang, kendati panas, pada akhirnya akan menciptakan seorang figur yang akan menjunjung darma kebaikan.


Lebih jauh daripada itu, kiai sebagai role mode sebuah figur. Dalam menerapkan model pendidikannya cenderung menggunakan model contoh laku. Ini berkaitan dengan satu adagium yang sering didengar tentang penjiplakan laku seorang guru, “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”.


Di pondok pesantren, seorang kiai bukan hanya memaparkan berbagai macam kebaikan, ilmu, juga pengetahuan di dalam kitab-kitab kepada santrinya. Akan tetapi, seorang kiai itu sendiri sudah melakukan apa yang ia sampaikan kepada para santrinya. Model pendidikan seperti ini, dirasa sangat efektif dalam dunia pendidikan, mengingat juga bahwa guru itu adalah “yang digugu, juga ditiru”.


Rizki Mohammad Kalimi, santri di Pondok Pesantren Al-Musyahadah RCI


Opini Terbaru