• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 26 April 2024

Opini

Sanad dan Istiqomahnya Ulama dalam Menghidupkan Ilmu Agama

Sanad dan Istiqomahnya Ulama dalam Menghidupkan Ilmu Agama
sekelompok santri saat melakukan Muhadatsah. (Foto ; Khaskempek.com)
sekelompok santri saat melakukan Muhadatsah. (Foto ; Khaskempek.com)

 

Ini takdir, setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Kepada siapapun itu berlaku, hanya giliran waktu dan asbabnya. Tiap hari kita dikirimi kabar kematian dari ulama kita tanpa tahu apa penyebabnya. Entah faktor terpapar Corona ataukah karena yang lainnya. Jelasnya Gurunda, Alim Ulama kita dipanggil Sang Pemiliknya, Tuhan yang maha pencipta.

 

Kesan awal, kaget dan sedih. Sudah ratusan Alim Ulama wafat sepanjang tahun 2020. Sampai kini memasuki 2021 hampir belasan ulama telah meninggalkan kita, meninggalkan jejak pengabdian atas ilmu dan agama. Meski berharap-harap semoga Allah masih memberi kita kesempatan untuk menimba ilmu dan keberkahan dari ulama yang masih hidup, dan berharap agar mereka sehat, serta mendapatkan lindungannya Tuhan yang maha pengasih.

 

Kita, punya beban sejarah kemanusiaan yang tidak harus diberikan bagi mereka yang tidak siap meneruskan cahaya ilmu dan agama. Generasi kini, adalah mata rantai yang tak boleh terputus oleh karena kebodohan dan kebebasan paham ilmu dan ajaran agama.

 

Meneruskan Sanad

 

Prinsip menuntut ilmu, adalah juga prinsip meneruskan sanad ilmu yang kita dapati dari sang guru (Kiai pesantren). Sanad adalah keberlangsungan dari kebersambungan manfaat dan hikmah ilmu yang disampaikan dari guru untuk kemudian kita sampaikan ke yang lain dengan prinsip pencerahan. 

 

Pencerahan adalah kerja kemanusiaan dalam menyampaikan kebenaran dan pengetahuan sepanjang hidup.

 

وينبغى أن ينوى المتعلم بطلب العلم رضاء الله والدار الآخرة، وإزالة الجهل عن نفسه، وعن سائر الجهال، وإحياء الدين 
وإبقاء الإسلام، فإن بقاء الإسلام بالعلم، ولايصح الزهد والتقوى مع الجهل.

 

Artinya : Di waktu belajar hendaklah berniat mencari ridha Allah swt. Kebahagian akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama dan melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu harus diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwa pun tidak sah jika tanpa berdasar ilmu.

 

أما اختيار الأستاذ: فينبغى أن يختارالأعلم والأورع والأسن، كما اختار أبو حنيفة، رحم الله عليه، حماد بن سليمان، بعد 
التأمل والتفكير،

 

Artinya : Memilih guru, seharusnya yang terpilih lebih alim, lebih wara', lebih sepuh, seperti halnya Imam Abu Hanifah memilih Imam Hamad bin Sulaiman sebagai gurunya, setelah merenungkannya dan memikirkannya.

 

وينبغى لأهل العلم أن لايذل نفسه بالطمع فى غير المطمع ويحترز عما فيه مذلة العلم وأهله. ويكون متواضعا، والتواضع 
بين التكبر والذلة، والعفة كذلك، ويعرف ذلك فى كتاب الأخلاق

 

Artinya : Orang berilmu itu hendaklah jangan membuat dirinya sendiri menjadi hina lantaran tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya, jangan sampai terjerumus ke dalam lembah kehinaan ilmu dan ahli ilmu. Ia supaya berbuat tawadu’ (sikap tengah-tengah antara sombong dan kecil hati), berbuat iffah, yang keterangan lebih jauhya bisa kita dapati dalam kitab akhlaq.

 

Mewarisi Ghiroh

 

Ghiroh adalah suluh kebangkitan dan perjuangan dengan dasarnya kerelaan dan keikhlasan. Generasi ulama adalah keniscayaan yang terus dhimpun dan digerakan untuk keberlangsungan faham dan amaliyah agama Islam yang lurus, hingga waktu dunia telah berakhir.

 

كان أستاذنا شيخ الإسلام برهان الدين رحمه الله يوقف بداية السبق على يوم الأربعاء، وكان يروى فى ذلك حديثا ويست
به ويقول: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما من شيئ بدئ يوم الأربعاء إلا وقد تم

 

Artinya : Guru kita Syaikhul Islam Burhanuddin memulai belajar tepat pada hari rabu. Dalam hal ini beliau telah meriwayatkan sebuah hadist sebagai dasarnya, dan ujarnya: Rasulullah saw bersabda: ” tiada lain segala sesuatu yang di mulai pada hari rabu, kecuali akan menjadi sempurna".

 

ولا بد لطالب العلم من المذاكرة، والمناظرة، والمطارحة، فينبغى أن يكون كل منها بالإنصاف والتأنى والتأمل، ويتحرز 
عن الشغب )والغضب(، فإن المناظرة والمذاكرة مشاورة، والمشاورة إنما تكون لاستخراج الصواب وذلك إنما يحصل 
بالتأمل والتأنى والإنصاف، ولا يحصل بالغضب والشغب.

 

Artinya : Seorang pelajar seharusnya melakukan Mudzakarah (forum saling mengingatkan), munadharah (forum saling mengadu pandangan) dan mutharahah (diskusi). Hal ini dilakukan atas dasar keinsyafan, kalem dan penghayatan serta menyingkiri hal-hal yang berakibat negatif. Munadharah dan mudzakarah adalah cara dalam melakukan musyawarah, sedang permusyawaratan itu sendiri dimaksudkan guna mencari kebenaran. Karena itu, harus dilakukan dengan penghayatan, kalem dan penuh keinsyafan. Dan tidak akan berhasil, bila dilaksanakan dengan cara kekerasan dan berlatar belakang yang tidak baik.

 

Istiqomah Menghidupkan Ilmu Agama

 

Masih konsisten tentunya, kita memegang diktum Hujjatul Islam Imam al-Ghozali yaitu " menghidupkan ilmu-ilmu agama ". 

 

ثم لا بد لطالب العلم من التوكل فى طالب العلم ولا يهتم لأمر الرزق ولا يشغل قلبه بذلك. روى أبو حنيفة رحمه الله عن 
عبد الله بن الحارث الزبيدى صاحب رسل الله صلى الله عليه و سلم: من تفقه فى دين الله كفى همه الله تعالى ورزقه من 
حيث لا يحتسب.

 

Artinya : Penuntut ilmu harus bertawakal dalam menuntut ilmu. Jangan goncang karena masalah rizki, dan hatinya pun jangan terbawa kesana. Abu Hanifah meriwayatkan dari Abdullah Ibnul Hasan Az-Zubaidiy sahabat Rasulullah Saw : “ Barangsiapa mempelajari agama Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya dan memberinya rizki dari jalan yang tidak di kira sebelumnya.”

 

 

وهكذا ينبغى للفقيه أن يشتغل به فى جميع أوقاته [فحينئذ] يجد لذة عظيمة فى ذلك. وقيل: رؤي محمد [بن الحسن] فى 
المنام بعد وفاته فقيل له: كيف كنت فى حال النزع؟ فقال: كنت متأملا فى مسألة من مسائل المكاتب، فلم أشعر بخروج 
روحى . وقيل إنه قال فى آخر عمره: شغلتنى مسائل المكاتب عن الإستعداد لهذا اليوم، وإنما قال ذلك تواضعا.

 

 

Artinya : Demikian pula, hendaknya sebagai Ahli Fiqh kapan saja selalu fokus dengan fiqhnya. Dengan cara begitulah ia memperoleh kelezatan yang amat besar. Ada dikatakan, bahwa Muhammad setelah wafat pernah ditemukan dalam mimpi, lalu kepadanya diajukan pertanyaan : “bagaimana keadaan tuan waktu nyawa dicabut?” jawabnya: “ di kala itu saya tengah mengangan-angan masalah budak mukatab, sehingga tak kurasakan nyawaku telah terlepas. “ada dikatakan pula bahwa di akhir hayatnya Muhammad sempat berkata : “Masalah-masalah mukatab menyibukan diriku, hingga tidak sempat menyiapkan diri dalam menghadapi hari ini. “Beliau mengucap seperti ini, karena tawadlu'”.

 

Jalan Keselamatan

 

Cita-cita hidup manusia adalah keselamatan baik di dunia maupun di akherat, tanpa ragu sedikitpun. Keselamatan adalah harapan abadi umat manusia. Maka, kita ber-Islam dengan istiqomah menggunakan madzhab Ahli Sunnah Wal Jama'ah adalah pilihan awal sekaligus akhir yang tak bisa ditawar lagi. Inilah jalan lurus itu. 

 

فأهل الحق ـ وهم أهل السنة والجماعة ـ طلبوا الحق من الله تعالى، الحق المبين الهادى العاصم، فهداهم الله وعصمهم عن 
الضلالة. وأهل الضلالة أعجبوا برأيهم وعقلهم وطلبوا الحق من المخلوق العاجز وهو العقل، لأن العقل لا يدرك جميع 
الأشياء كالبصر، فإنه لا يبصر جميع الأشياء فحجبوا وعجزوا عن معرفته، وضلوا وأضلوا. قال رسول الله صلى الله عليه 
وسلم: الغافل من عمل بغفلته والعاقل من عمل بعقله. فالعمل بالعقل أولا: أن يعرف عجزنفسه, قال رسول الله صلى الله 
عليه وسلم: من عرف نفسه فقد عرف ربه, فإذا عرف عجز نفسه عرف قدرة الله عزوجل, ولا يعتمد على نفسه وعقله بل 
يتوكل على الله, ويطلب الحق منه. ومن يتوكل على الله فهو حسبه ويهد يه إلى صراط مستقيم.

 

Artinya : Ahlul haq yaitu Ahli Sunah Wal Jama’ah selalu mencari kebenaran dari Allah yang maha benar, petunjuk, penerang yang memelihara, Maka Allahpun menganugrahi mereka hidayah dan membimbing dari jalan yang sesat. Lain halnya dengan ahli sesat, dimana ia membanggakan pendapat dan akal sendiri, mereka mencari kebenaran berdasar akal semata, yaitu suatu makhluk yang lemah. Merekapun lemah dan terhalangi dari kebenaran, serta sesat yang menyesatkan, kerena akal itu tak ubahnya seperti pandangan mata yang tidak mampu mencari segala yang ada secara menyeluruh.

 

Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa mengetahui dirinya sendiri, maka dia mengetahui Tuhannya. “Artinya, siapa tahu kelemahan dirinya, maka akan tahulah kebesaran kekuasaan Allah. Karena orang itu jangan berpegang dengan diri dan akal sendiri, tapi haruslah bertawakal kepada Allah, dan kepadaNya pula ia mencari kebenaran. Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka akan dicukupinya dan di bimbing ke jalan yang lurus.

 

Kematian adalah kenikmatan hamba Allah yang sudah dekat, sebab ia bisa berjumpa dengan sang cinta sejatinya. 

 

 

Referensi :
- Ta'lim al-Muta'allim 
- Adabu al-Alim wa al-Muta'allim 

 

Hamdan Suhaemi, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Banten dan Ketua Pimpinan Wilayah Rijalul Ansor Banten
 


Opini Terbaru