• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 17 Mei 2024

Ramadhan

Menghindari Penyakit Hati

Menghindari Penyakit Hati
Ilustrasi. (Foto: NU Online)
Ilustrasi. (Foto: NU Online)

Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa. Ibarat madrasah, maka Ramadhan adalah madrasah unggulan yang siap mencetak lulusan berintegritas, lulusan yang muttaqiin yang bertaqwa kepada Allah, dan lulusan yang faaiziin yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat. 


Tapi harus diingat, seberapa bagus sebuah madrasah jika muridnya tidak bersungguh-sungguh, harapan untuk menjadi lulusan yang berintegritas, yang muttaqiin dan faaizin adalah isapan jempol belaka. Oleh karena itu berikut kami uraikan tips untuk menjadi santri madrasah Ramadhan agar menjadi lulusan yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 184 Allah berfirman:


...وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ...


’’…dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui....’’


Dalam ayat di atas Allah memberikan keringanan pada beberapa orang dalam kondisi tertentu untuk boleh tidak berpuasa, namun Allah juga menegaskan bahwa jika kuat berpuasa dalam kondisi tersebut, itu tetap jauh lebih baik di sisi Allah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh At Tabrani, Rasulullah bersabda:


صوموا تصِحُّوا


“Berpuasalah kalian, maka kalian akan sehat”


Sehat dalam hadits tersebut tentunya tidak hanya sehat dalam arti fisik atau lahir saya, namun juga akan sehat secara psikis/kejiwaan atau bathin. Tentu untuk mendapatkan dampak positif puasa berupa sehat lahir dan batin ada beberapa tips yang harus kita lakukan.


Pertama, dalam menjalankan ibadah puasa dianjurkan untuk mengakhirkan waktu makan sahur dan menyegerakan berbuka jika telah tiba waktunya. Ini sebagaimana anjuran Nabi Muhammad dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad;


لاتزال أمتي بخير ما عجلوا الإفطار وأخروا السحور 


Artinya, “Umatku berada dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.” (HR Ahmad)


Dua hal di atas tentu menjadi alasan bahwa orang yang berpuasa harus tetap menjaga kesehatan secara fisik, tidak terlalu lama menahan lapar dan haus. Artinya Allah membebani hambaNya dalam menahan lapar dan haus juga tidak berlebihan, tidak seharian penuh. Mengakhirkan makan sahur bukan berarti terlalu mepet dengan waktu subuh sehingga tidak terburu-buru saat makan agar makanan yang dimakan saat sahur dapat dicerna dengan sempurna.


Kedua, selama puasa kita dianjurkan menghindari lima hal yang dapat menggugurkan pahala ibadah  berpuasa. Yaitu berkata dusta, membicarakan keburukan orang lain, mengadu domba, sumpah serapah tanpa fakta yang dapat dipertanggungjawabkan serta tidak menjaga pandangan dari hal-hal yang negatif.


Salah seorang mujaddid, Imam Ghazali, mengatakan bahwa ibadah puasa memiliki tiga tingkatan. Pertama puasa umum, puasa khusus dan puasa khushushul khushush (paling khusus di antara yang khusus).


Adapun puasa umum adalah puasa yang hanya menahan perut dan kemaluan dari melampiaskan syahwat. Puasa khusus adalah puasa selain tidak makan, minum dan melakukan hubungan suami istri, juga harus menjaga pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota tubuh yang lain dari berbagai perbuatan dosa.


Sedangkan puasa paling khusus atau yang istimewa adalah menahan selain melakukan dua tigkatan puasa di atas, juga menjaga hati dari hasrat dan pikiran duniawi serta total mencegah hati dari segala sesuatu selain Allah. 


Puasa menjadi batal ketika seseorang melakukan sesuatu yang terlarang dilakukan sewaktu puasa. Rasulullah bersabda:


"Dalam puasa khushushul khushush, semua anggota tubuh harus dipelihara dari berbuat maksiat," 


Selain tidak berlebihan dalam hal pembicaraan, pada saat puasa seyogianya tidak berlebihan menyantap makanan di saat berbuka. Karena, tidak ada wadah yang paling dimurkai Allah jika ia dipenuhi selain daripada perut. 


Dikatakan dalam sebuah riwayat, “Banyak sekali orang puasa namun bagian yang dia peroleh dari puasanya hanya lapar dan kepayahan.” Sebab tidak benar-benar menjaga ibadah puasanya dan semata hanya menahan tidak makan dan minum belaka.


Semoga kita mampu menjadikan Ramadhan sebagai madrasah yang mencetak kita menjadi pribadi yang berintegritas, dan sehat lahir dan batin.


Taufiqurrohman Hs, LP Ma’arif Tangsel, Auditor Itjen Kemenag RI


Editor: M. Izzul Mutho


Editor:

Ramadhan Terbaru