• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 26 April 2024

Nasional

Tips Jurnalistik, Dalami Materi Berita dengan Wawancara Cerdas

Tips Jurnalistik, Dalami Materi Berita dengan Wawancara Cerdas
Pertemuan melalui virtual Tadarus Jurnalistik, Ahad (25/4).
Pertemuan melalui virtual Tadarus Jurnalistik, Ahad (25/4).

Jakarta, NU Online Banten
Menggali bahan dan menulis berita merupakan tugas terpenting wartawan sebelum menyebarluaskan melalui hasil tulisan ke media massa. Berita dengan nilai yang kompetitif menjadi tuntutan wartawan untuk memiliki kemampuan memilih, memilah, dan menyeleksi bahan-bahan untuk diolah dan dijadikan berita.

 

Hal itu diutarakan wartawan senior NU Online Syamsul Huda saat pertemuan ketiga Tadarus Jurnalistik NU Online pada Ahad (25/4).

 

Membawakan materi Teknik Wawancara, Syamsul mengatakan, secara teknis, wawancara digunakan untuk mendalami dan mengembangkan berita agar lebih lengkap pada saat disajikan kepada konsumen media. Validasi dan akurasi berita merupakan tolok ukur utama profesionalisme wartawan.

 

"Pertanyaan dalam wawancara bukan sembarang bertanya tetapi berdaya. Nah, agar muncul pertanyaan pertanyaan yang berdaya dan lugas kita harus menguasai permasalahannya terlebih dahulu," ujar Syamsul Huda.

 

Terdapat beberapa tips dalam membuat pertanyaan berdaya yang disampaikan Syamsul Huda. Di antaranya, mengajukan pertanyaan yang relevan (sesuai), berdasar pada acuan yang valid, ringkas, lugas, berorientasi masa depan, dan konseptual (sesuai dengan posisi narasumber).

 

"Ajukan pertanyaan yang meminta narasumber untuk berfikir dan cobalah diawali dengan pertanyaan 'Mengapa? (Why)," pesan Redaktur NU Online Jawa Tengah ini.

 

Perlu diperhatikan, dalam wawancara kepada orang yang lebih sepuh atau kiai, wartawan harus pandai dalam merangkai sebuah pertanyaan. Menguasai persoalan, menyiapkan poin-poin pertanyaan, mencatat hal penting serta konfirmasi hasil wawancara tanpa adanya adu argumentasi menjadi kekhususan mutlak wartawan dalam wawancara.

 

"Dan, buatlah pertanyaan-pertanyaan kejutan dengan dasar fakta. Pertanyaaan kejutan sesuai dengan background-nya agar narasumber mau untuk menjawab dan mengklarifikasi," bebernya.

 

Wawancara tatap muka, wawancara cegat (door stop interview), wawancara terjadwal (konferensi pers), merupakan macam ragam dalam wawancara.

 

Etika

Disampaikan juga, etika atau akhlak wawancara. Memperkenalkan identitas diri kepada narasumber, menjelaskan maksud wawancara, datang lebih awal ketika membuat janji, berpenampilan rapi, dan menghormati permintaan off the record merupakan etika yang harus dilakukan dalam wawancara.

 

"Akhlak wawancara perlu diperhatikan sejalan dengan penulisan yg dilakukan. Etika jurnalistik perlu diperhatikan terlebih kita dengan background NU, kalau tidak menggunakan etika itu malah jadi aneh," ujarnya.

 

Mengatasi permasalahan wawancara santri dengan kiai yang sami'na wa'athona, perlu ada pendekatan dengan sentuhan emosional. "Kiai-kiai NU menurut pengalaman saya sangat terbuka sekali, asalkan kitanya juga sopan dalam bertanya," pesannya.

 

Selain itu, narasumber terlebih kiai, sebaiknya jangan diintrupsi, namun didekati dengan sentuhan emosional. Jika ada jawaban yang meragukan atau berbeda dengan maksud pertanyaan, "Minta kembali dijelaskan dengan pertanyaan yang lebih mengarahkan (tertuju)," tambahnya.

 

Syamsul Huda pada sesi diskusi dengan peserta juga membagikan tips untuk menarik perhatian tokoh atau narasumber yang mungkin belum mengenal wartawan dan medianya. Wartawan bisa mencoba membuat tulisan seremonial, seperti sambutan tokoh yang bersangkutan. Sehingga, setelah dipublikasikan, itu menjadi bekal portofolio untuk wartawan.

 

"Kita bisa mengambil perhatian tokoh utama sehingga ketika tulisan dimuat dapat memantik dan menggugah semangat untuk menjadi narasumber kita di waktu selanjutnya," pesannya.

 

Kontributor: Abdullah Faqihudin Ulwan
Editor: Kendi Setiawan


Nasional Terbaru