Tokoh

Ketika Ketum PBNU Bercerita Mbah Ali Maksum Merintis Pengajian Kitab di Krapyak

Senin, 11 November 2024 | 09:53 WIB

Ketika Ketum PBNU Bercerita Mbah Ali Maksum Merintis Pengajian Kitab di Krapyak

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam suatu kesempatan. (Foto: NUO/Suwitno)

Jogjakarta, NU Online Banten

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, KH Ali Maksum yang akrab disapa Mbah Ali ketika kali pertama sampai ke daerah Krapyak, Jogjakarta, belum ada yang mau belajar dan mengaji kepadanya.  



"Dulu kali pertama Mbah Ali diboyong dari Lasem ke Krapyak itu tidak ada yang mengaji ke Mbah Ali karena Mbah Ali basic-nya kitab. Sampai di suatu waktu ketika Mbah Ali sedang duduk di rumahnya dan melihat anak-anak kecil bermain di depan rumahnya, kemudian dipanggil anak-anak kecil itu dan diberi jajanan," ujarnya saat Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum Jogjakarta mengadakan temu alumni bertema Mengenang Mbah Ali dalam Perjuangan NU dalam rangkaian Haul Ke-36 Almaghfurlah KH Ali Maksum di Halaman Asrama Putra Madrasah Aliyah Ali Maksum, Panggung Krapyak, Sewon, Bantul, Jogjakarta, Sabtu (9/11/2024).


Di hadapan para alumni Pondok Pesantren Krapyak dari lintas generasi itu, Gus Yahya--sapaan KH Yahya Cholil Staquf—melanjutkan, Mbah Ali menawarkan kepada anak-anak kecil tersebut yang kurang lebih berusia lima tahun untuk mengaji kepadanya.  


"Mbah Ali juga bilang ke anak-anak kecil itu sekitar umur lima tahunan, saya (Mbah Ali) ngajarin kalian ngaji ya, dan anak-anak itu juga mau. Di antara anak-anak kecil itu ada Mbah Warson (KH Ahmad Warson Munawwir) dan Mbah Zainal (KH Zainal Abidin Muawwir) yang kita tahu sekarang pemahaman kitab-kitabnya luar biasa," katanya.  


Gus Yahya menyampaikan, santri yang dididik langsung oleh Mbah Ali terbukti menghasilkan santri yang berkualitas. Terlihat banyaknya pemimpin NU pada 1970-an hingga 2000-an yang didominasi oleh santri Krapyak. "Itu mayoritas pemimpin NU di semua tingkatan itu santrinya Mbah Ali. Itu saya lihat sendiri. Ketemu di sana di sini generasinya Gus Mus (KH Ahmad Mustofa Bisri) hingga generasinya Mas Masdar (KH Masdar Farid Mas’udi), itu jika ada ketua NU, cabang, MWC (Majelis Wakil Cabang), ketua ranting itu santrinya Mbah Ali semua," terangnya, dilansir NU Online.  




"Kalau sekarang, ya berbeda. Kalau sekarang cukup ketua umumnya saja. Ketua umum itu sudah dua generasi, orang Kiai Said Aqil Siroj juga santrinya Mbah Ali," tambah putra dari KH Cholil Bisri, kakak dari KH Ahmad Mustofa Bisri, itu. (Rikhul Jannah)