• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 30 Juni 2024

Tokoh

Syaikhona Kholil Bangkalan Turun saat Tahu Kudanya dari Sumbawa

Syaikhona Kholil Bangkalan Turun saat Tahu Kudanya dari Sumbawa
KH Faiz Syukron Makmun. (Foto: SS NUOB/Mutho)
KH Faiz Syukron Makmun. (Foto: SS NUOB/Mutho)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

KH Faiz Syukron Makmun menyampaikan, semua orang hidup mempunyai cita-cita. ’’Sebagai anak, cita-cita terbesar adalah bagaimana pahala orang tua kita terus mengalir,’’ ujar putra KH Syukron Makmun, pengasuh dan pimpinan Pondok Pesantren Daarul Rahman, Jakarta, itu saat mengisi Haul ke-21 Almaghfurlah KH Moch Amin Syarbini bin H Syarbini dam Haul ke-4 Umi Hj Musiah binti H Sanusi di Aula Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah Jl Pesantren Ceger, Jurangmangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan (Tangsel), Selasa (25/6/2024) malam.


Katib Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu lalu mengutip apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. ’’Di antara bakti anak kepada kedua orang tuanya yang sudah meninggal adalah membangun silaturahim kepada mereka yang dulu dicintai,’’ terang ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta tersebut di hadapan para jamaah, termasuk sejumlah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangsel dan Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan.


Kehadirannya ke Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah yang saat ini diasuh oleh KH Husnul Aqib Amin yang juga katib Syuriyah PCNU Tangsel, tak lepas dari itu. ’’Kiai Amin dengan bapak saya, kenal sejak dulu. Saya ke sini, karena orangnya tidak ada, sudah wafat, ya keturunannya yang saya cari. Jadi menemui orang yang yang berteman baik dengan bapak saya. Tanda bakti saya, saya mencintai keturunannya,’’ ungkapnya lalu menyajikan cerita Sahabat Abdullah Ibnu Umar yang menghormati putra teman bapaknya saat bertemu di jalan dengan mempersilakan naik kudanya dan menuntutnya sendiri hingga sampai ke rumah putra tersebut.


Gus Faiz--sapaan KH Faiz Syukron Makmun—yang juga bercerita tentang hormatnya Syaikhona Kholil Bangkalan, yang memutuskan turun dari delman yang ditumpangi, memilih jalan kaki, setelah mengetahui kuda penarik dari Sumbawa, karena khawatir merupakan peranakan yang dipunyai gurunya saat mengaji di Makkah yang sudah pulang ke Sumbawa, melanjutkan, orang dulu hebat belum tentu berasal dari tempat hebat.’’Belum tentu juga bertemu guru hebat. Yang menentukan adalah jalan hidupnya kemudian,’’ tegas kiai yang malam itu mengenakan peci hitam dipadu baju lengan panjang dan bersarung itu.



Dia pun mengajak para jamaah menyimak kisah wali Allah dari Irak bernama Ibrahim bin Adham saat muridnya minta doa.’’Murid bilang, minta didoakan yang standar sebagai murid. Ibrahim menjawab agar tidak demikian permintaannya. Ibrahim minta murid itu menyimak dua ciptaan Allah, anjing dan kambing. Kambing menang jalan hidup dengan berkah. Ibrahim lalu mendoakan supaya jadi orang barakah dalam hidup,’’ ungkapnya.


Alhasil, lanjutnya, kalau mau hidup berkah, sebagai anak, ingat orang tua. Sebagai santri, datang ke haul gurunya agar sanadnya nyambung terus.’’Seperti saat ini haul dilakukan oleh putra putri Kiai Amin Syarbini. Ini cerita jalan hidup berkah. Saya melihat keturunannya Kiai Amin. Ingat beliau waktu dulu sering ke rumah bapak di Senopati (Jakarta). Kematian Kiai Amin ini menjadi nasihat, apakah saya nanti bisa seperti ini? Banyak yang mendoakan dengan adanya haul seperti ini,’’ jelasnya.



Sebelumnya, Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan saat sambutan mengatakan, almarhum Kiai Amin meletakkan pondasi dan mempunyai peranan penting di Tangsel. Begitu pula keberadaan pesantren yang didirikan, Jam’iyyah Islamiyyah.’’Dari pesantren ini banyak inspirasi yang didapatkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan,’’ ujar pria berkacamata itu di hadapan jamaah yang juga disiarkan channel YouTube Jamil TV.


Pilar juga menyampaikan, Pemkot Tangsel berkomitmen memberi insentif kepada guru ngaji di Tangsel sebagai dorongan pemberantasan buta huruf Al-Qur’an. Selan itu, insentif kepada warga Tangsel yang hafal Al-Qur’an yang menempuh pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi.



’’Tahun depan, direncanakan pengajaran kitab kuning di sekolah-sekolah di Tangsel. Inspirasinya dari pesantren. Jadi program pembangunan dilandasi nilai-nilai moral. Ini yang perlu dijaga dan sinergi,’’ imbuhnya. (Mutho)
 


Tokoh Terbaru