• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 5 Mei 2024

Nasional

Mengintip Kampung Moderasi Beragama Pamulang dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengintip Kampung Moderasi Beragama Pamulang dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selepas kerja bakti dan kegiatan bersama antarumat beragama, Kampung Moderasi Beragama Pondok Cabe Udik dan UIN Jakarta. (Foto-foto montase: NUOB/Singgih Aji Purnomo-ist)
Selepas kerja bakti dan kegiatan bersama antarumat beragama, Kampung Moderasi Beragama Pondok Cabe Udik dan UIN Jakarta. (Foto-foto montase: NUOB/Singgih Aji Purnomo-ist)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Siang jelang sore hari itu terik matahari masih menyengat. Terlihat gedung Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di Tangerang Selatan, Banten. Bertuliskan tiga bahasa; Indonesia, Arab, dan Inggris. Nuansa kampus yang menerapkan moderasi beragama ini tak seramai biasanya. Cenderung sepi. Sedangkan di depan gedung rektorat, puluhan karangan bunga berisi ucapan selamat, terpajang di sepanjang lobi utama hingga halaman parkir. Ya, saat itu bertepatan dengan pengukuhan guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang seluruhnya perempuan.

 

Pusat Moderasi Beragama dan Integrasi Ilmu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lahir 2023. Sebelumnya telah ada rumah moderasi. ’’Hanya, dulu rumah moderasi bukan satuan kerja (satker) tersendiri, sehingga tidak ada anggaran untuk rumah moderasi itu,’’ ujar Arif Zamhari, kepala Pusat Moderasi Beragama dan Integrasi Ilmu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kepada NU Online Banten melalui aplikasi perpesanan, Jumat (22/12/2023) siang.

 

Setelah menjadi Pusat Kajian Moderasi dan Integrasi Ilmu, lanjut pria yang sedang berkegiatan di luar negeri itu, baru berbentuk satker khusus, sehingga ada anggarannya.

 

Semangat lahirnya moderasi beragama beranjak dari keprihatinan secara umum oleh Kementerian Agama (Kemenag), khususnya terkait dengan maraknya ekstremisme dalam beragama. ’’Kemudian berkembangnya ideologi-ideologi yang mengklaim kebenaran sendiri dengan menafikan yang lain,’’ jelas dosen UIN Jakarta itu.

 

Di UIN Jakarta secara khusus membentuk pusat moderasi dengan harapan bisa melakukan insersi dalam kurikulum pembelajaran di kampus. ’’Sehingga mengetahui cara pandang beragama yang moderat itu seperti apa?,’’ tutur alumni S3 The Australian University itu.

 

Arif mengungkapkan, program moderasi beragama yang sudah berjalan berupa upaya insersi kurikulum moderasi atau tema-tema moderasi ini di dalam MBKM (Merdeka Belajar Kurikulum Merdeka). UIN melalui pusat kajian ini disusun secara khusus tema-tema moderasi beragama ke dalam Kurikulum Merdeka.

 

Selain itu, imbuhnya, melakukan kegiatan-kegiatan bertema moderasi beragama. Juga mengelar training of trainers untuk para instruktur moderasi beragama dengan bekerja sama dengan Kemenag dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

 

Dosen bidang sosiologi agama itu menambahkan, potret moderasi beragama di lingkungan UIN Jakarta cukup bisa diandalkan. Salah satu indikator yaitu toleransi beragama sudah dilakukan di perkuliahan. ’’Kami menerima mahasiswa-mahasiswa nonmuslim, khususnya yang ada di program pascasarjana,’’ tambahnya.

 

UIN Jakarta juga telah bekerja sama khusus dengan lembaga-lembaga keagamaan Kristen. Bentuknya berupa kerja sama beasiswa agar mereka bisa mempelajari Islam di Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 

’’Semoga moderasi beragama di Indonesia bukan hanya sekadar wacana, tapi juga menjadi praktik keberagamaan seluruh umat beragama di Indonesia. Bukan hanya umat Islam, tetapi juga umat agama lain,’’ harapnya.

 

Sebab, imbuhnya, dengan membangun sikap keberagamaan yang moderat, akan berbuah pada kehidupan beragama yang harmonis. Indonesia sebagai negara yang plural (majemuk), moderasi beragama merupakan proses yang tidak ada hentinya. ’’Dan perlu diingat urgensi moderasi bukan pada agamanya, tetapi perilaku beragama umat beragama di Indonesia khususnya,’’ tegasnya.

 

Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe Udik

Terpisah, masih di Tangerang Selatan, tepatnya di Jalan Cabe Raya No 63/64 Pondok Cabe Udik, Pamulang, ada Vihara Avalokitesvara Kwan In Thang, tempat ibadah umat Buddha. Bangunan bernuansa warna merah dan kuning keemasan yang khas. Bangunan ini pada 12 Juli 2023 lalu menjadi saksi bisu sosialisasi dan launching Kampung Moderasi Beragama 2023. ’’Kami bersama umat beragama lainnya termasuk Islam hidup rukun, berdampingan, dan saling menghormati,’’ ujar Safari, anak pertama penjaga vihara, Ci Amoy kepada NU Online Banten, Jumat (22/12/2023).

 

Semenjak Kampung Moderasi Beragama Pondok Cabe Udik diluncurkan, lanjutnya, warga tetap saling menghormati antarumat beragama. ’’Selama di vihara ini, setidaknya antarumat beragama kota Tangerang Selatan sudah tiga kali bersama menyelenggarakan kegiatan didampingi oleh FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama),’’ terangnya sembari mengingat-ingat.

 

Senada disampaikan pengurus lingkungan setempat. ’’Sebelum Kampung Moderasi Beragama diresmikan, kami di lingkungan 05 warga selalu rukun,’’ ujar Ade Cahyadi, ketua RW 05 Pondok Cabe Udik.

 

Warganya, lanjut Ade, sudah saling menyadari tinggal di lingkungan yang majemuk. ’’Semua agama ada di lingkungan RW 05. Plus rumah ibadah. Hanya tidak ada rumah ibadah umat Hindu, seandainya ada lengkaplah rumah ibadah di lingkungan kami,’’ ungkapnya.

 

Dijelaskan, pergaulan lintas agama di lingkungan, berjalan seperti biasa; aman dan tentram, saling menghargai antara umat beragama dan tidak pernah timbul permasalahan.

 

Praktik baik moderasi agama yang tampak di RW 05 di antaranya, arisan setiap pekan sekali. ’’Kami berkumpul acara arisan lingkungan. Juga saling support saat hajatan pernikahan maupun khitanan kami saling berkumpul,’’ tambahnya.

 

Selain itu, praktik interaksi sesama umat, sudah berjalan sejak dulu. Setiap warga yang merayakan hari besar seperti Lebaran atau Idul Fitri, Natal, Imlek, seluruh warga berkunjung dan saling memberi ucapan satu sama lain. ’’Saat ini, satu-satunya ketua RW di Pondok Cabe Udik yang nonmuslim yaitu RW 05,’’ ujarnya.

 

Sebagai pengurus lingkungan, dia berusaha merawat tradisi yang sejak dulu dilestarikan, meski ada aktivitas yang barangkali tergerus perkembangan zaman. ’’Semasa saya kecil dulu, sesama warga selalu memberikan antaran makanan atau kue jika ada warga yang merayakan. Tapi makin sekarang, agak kurang, mungkin karena pengaruh zaman. Yang pasti, perilaku toleransi dan saling menghargai, tetap berjalan dengan baik di lingkungan RW 05 hingga kini,’’ pungkas Ade. (Singgih Aji Purnomo)


Nasional Terbaru