Ekspansi Sidogiri dengan Program 20 Hari Bisa Baca Kitab Kuning
Senin, 17 Maret 2025 | 14:06 WIB
GAMBAR di atas adalah 450 santri al-Miftah Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Program 20 hari bisa baca kitab kuning. Diadakan selama Ramadhan 1446 H ini. Mereka berasal dari berbagai pesantren. Beragam usianya. Mulai dari anak usia SD, hingga bapak-bapak 3 anak. Mulai dari santri madrasah hingga dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semua ingin hal yang sama. Bisa membaca kitab kuning. Literatur Arab tanpa harakat.
Anda semua tentu sudah tahu. Kampung Inggris Pare. Ribuan pelajar, santri, mahasiswa, dosen, dan beragam profesi lainnya telah menginjakan kakinya. Niatnya sama. Belajar bahasa Inggris. Namun kisaran 10 tahun terakhir, selain menjadi Kampung Inggris, Pare juga menjadi Kampung Arab. Tiap tahun, Kampung Arab ini juga semakin meluas. Beriringan dengan Kampung Inggris. Salah satu penyebabnya, metode baca kitab kuning al-Miftah Sidogiri.
Baca Juga
Nyantri di Sidogiri seperti Kuliah di UI
Metode ini terbukti dirasakan manfaatnya. Cukup dengan 1-3 bulan, kita bisa membaca kitab kuning. Menguasai gramatikal Arab, nahwu-sharaf. Seraya langsung mempraktikannya. Al-Miftah ini lebih ringan dibanding Amtsilati Jepara. Al-Miftah disarikan dari al-Ajurumiyah. Amtsilati dari Alfiyyah Ibni Malik. Keduanya sama-sama dapat diselesaikan dalam hitungan bulan. Jika dengan metode klasik, maka butuh 3-4 tahun.
Awal 2024, saat kursus Bahasa Inggris di Pare, kami tercengang. Kaget. Di luar perhitungan. Sepuluh tahun lalu, kursusan Bahasa Arab lesu. Tak bergairah. Simpul saya, Pare adalah Kampung Inggris. Tidak yang lain. Kursusan bahasa Arab, Prancis, Jerman, Jepang, atau Mandarin hanyalah sambilan. Tak terbayang jika saat ini ada Kampung Arab di sana.
Beberapa kali kami berkunjung ke asrama (maskan), saya mendapati santri-santri dari berbagai pondok ada di situ. Sedang asyik pegang al-Miftah. Di mejanya ada kitab Fathul Qarib dan kamus Arab. Sejenak saya perhatikan, mereka sedang praktik. Membaca dan menerjemah isinya. Hampir di semua asrama tampak kesibukan yang sama. Praktik ini menjadi kewajiban selain mereka belajar terjadwal bersama mentor di kelas. Kelasnya sederhana. Ada yang hanya berupa saung. Lesehan. Namun nampak antusias.
Melihatnya, saya ikut senang sekali. Metode baca kitab kuning semakin beragam dan kreatif. Termasuk managemen dan marketingnya. Dan Sidogiri adalah salah satu pionirnya. Ekspansinya sudah jauh.
Lantas tertarikah anda? (Muhammad Hanifuddin)
Editor: M Izzul Mutho Masyhadi
Terkini
Lihat Semua