• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 29 April 2024

Pesantren

Pondok Pesantren Nur El Falah Kubang, Petir, Kabupaten Serang (2)

El, Pelafalan Eropa, Kini Serius Membangun Pesantren Berbasis Teknologi

El, Pelafalan Eropa, Kini Serius Membangun Pesantren Berbasis Teknologi
Pondok Pesantren Nur El Falah Kubang, Petir, Kabupaten Serang, dilengkapi dengan masjid. (Foto: NUOB/Ade Adiyansah)
Pondok Pesantren Nur El Falah Kubang, Petir, Kabupaten Serang, dilengkapi dengan masjid. (Foto: NUOB/Ade Adiyansah)

AKTIVITAS pesantren yang dirintis KH Abdul Kabier sempat berhenti. Ini menyusul dibakarnya pondok pesantren saat agresi militer Belanda II pada 1948. Setelah itu, Kiai Kabier tidak langsung mendirikan pesantren lagi. Apalagi ada beberapa kegiatan lainnya yang dijalani suami dari Syukraeni itu.

 


Seperti diketahui, Kiai Kabier pernah menjadi anggota Konstituante Republik Indonesia. Konstituante adalah sebuah dewan perwakilan yang bertugas untuk membentuk konstitusi baru bagi Republik Indonesia untuk menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950. Konstituante dipilih dalam sebuah pemilihan umum pada Desember 1955.’’Ya, saya pernah melihat berkas terkait itu, namanya Haji Kabier,’’ KH Ahmad Yury Alam Fathullah, pimpinan Nur El Falah saat ini kepada NUOB, Selasa (15/8/2023).

 


Setelah bertugas di Konstituante, seperti diceritakan oleh cucunya yang merupakan generasi ketiga penerus pesantren yang kemudian bernama Nur El Falah itu, Kiai Kabier punya cara pandang baru tentang pendidikan dengan mendirikan lembaga pendidikan formal pada 1959-1960.

 


Pendidikan formal pertama yang didirikan adalah diniyah dan madrasah ibtidaiyah. Diniyah dan ibtidaiyah ini disebut-sebut yang kali pertama didirikan, terutama di Kubang. Dan seiring dengan kebutuhan tenaga pengajar atau guru, didirikan juga Muallimin 6 tahun. ’’Supaya menghasilkan santri yang disiapkan menjadi pengajar atau guru agama, khususnya di Petir, umumnya di Kabupaten Serang dan Banten,’’ imbuh Gus Yury—sapaan akrab KH Ahmad Yury Alam Fathullah—didampingi adiknya, Gus Royhan Imamul Muttaqin, kepala SMK Nur El Falah.

 


Tak hanya itu. Pada eranya, barangkali karena sebelumnya Kiai Kabier bertugas di Kementerian Agama dan pergaulan yang luas dengan para koleganya, sempat dibuka Sekolah Tinggi Ushuluddin Cabang Jakarta bekerja sama dengan UIN Jakarta. ’’Bayangkan ketika itu, kalau ngajar dosennya dari Jakarta semua, untuk mencapai sini seperti apa itu. Hanya berumur dua tahun,’’ imbuh pembina Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kabupaten Serang, itu.

 


Setelah Kiai Kabier meninggal pada 22 Agustus 1975/15 Sya’ban 1359, tongkat estafet pesantren diteruskan oleh anak-anaknya, khususnya KH Ito Athoillah dan KH Idy Faridy Hakim. Nama yang terakhir itu adalah ayah dari Gus Yury dan Gus Royhan.
 


’’Pada tahun 70an sudah ada nama Nurul Falah. Bahkan dalam satu kecamatan, ada beberapa nama yang sama. Repot kalau dapat surat dan lainnya. Akhirnya, diubah pada 1970 menjadi Nuril Falah. Sebelumnya juga sudah ada nama yayasan. Yayasan Pendidikan Ahlussunnah wal Jama’ah pada 1968,’’ terang pria yang juga ketua Ikatan Alumni NU (Ikanu) Mesir Banten tersebut.

 


Sepulang KH Idy Faridy Hakim menimba ilmu dari Mesir, pada November 1989 berubah menjadi Nur El Falah hingga sekarang. ’’Pelafalan Eropa untuk membedakan dengan Pesantren Nurul Falah lainnya. Yayasannya pun sama nama Nur El Falah,’’ katanya.

 


Ditinggal Kiai Kabier, memang begitu terasa. Ketika tokoh wafat, eksistensi pesantren, apalagi generasi penerus masih berusia muda, menurun. ’’Santri yang mondok menurun dibandingkan sebelumnya saat dipimpin Kiai Kabier. Tapi tidak lama kelandaian yang dialami, pesantren bangkit kembali,’’ ucapnya.

 


Pada masa ini berdirilah SMP, SMK, serta perguruan tinggi. ’’Jadi MI, SMP, SMA, MTs, MA, SMK, dan perguruan tinggi yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam KH Abdul Kabier (STAIKHA). Ada juga koperasi pesantren dan lembaga komputer. Pesantren berdiri di luas tanah 7 hektare,’’ tambahnya.

 


Setelah KH Idy Faridy Hakim meninggal, estafet pesantren lebih banyak dipegang generasi ketiga, meski generasi kedua masih ada yang hidup. ’’Tetap menjaga eksistensi salaf, seperti ada nahwu, sharaf. Hanya dengan cara pengajaran memakai bahasa Indonesia dikarenakan banyak santri yang berasal luar daerah. Santri mondok sekitar 400 santri dan yang hanya sekolah saja ada 2000an,’’ imbuhnya.  

 


Pondok Pesantren Nur El Falah saat ini konsisten mencetak kader ulama yang intelek sesuai visi misi dari didirikannya pesantren ini. Yang menarik, kini pesantren serius membangun pesantren berbasis teknologi sehingga orang tua santri dapat melakukan pemantauan kegiatan santri dengan cara online baik kehadiran, kesehatan, kegiatan, nilai, prestasi, tabungan dan pelanggaran. (Ade Adiyansah/M Izzul M/Bersambung)


Editor:

Pesantren Terbaru