• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 29 April 2024

Pesantren

Pondok Pesantren Nur El Falah Kubang, Petir, Kabupaten Serang (1)

Pesantren Dibakar saat Agresi Militer Belanda II, Wapres Pernah Nyantri di Kubang

Pesantren Dibakar saat Agresi Militer Belanda II, Wapres Pernah Nyantri di Kubang
Pondok Pesantren Nur El Falah Kubang, Petir, Kabupaten Serang, termasuk pesantren tertua di Banten. (FOTO: NUOB/Ade Adiyansah)
Pondok Pesantren Nur El Falah Kubang, Petir, Kabupaten Serang, termasuk pesantren tertua di Banten. (FOTO: NUOB/Ade Adiyansah)

SELASA (15/8/2023) pukul 09.00 WIB, NU Online Banten (NUOB) ada janji dengan Gus Royhan Imamul Muttaqin, generasi ketiga Pondok Pesantren Nur El Falah di Kubang, Kubang Jaya, Petir, Kabupaten Serang, Banten. Sampai di tempat parkir pesantren, jarum jam menunjukkan 09.15 WIB. Setelah tanya ke petugas, NUOB diantar ke rumah cucu dari KH Abdul Kabier, perintis pesantren yang namanya diabadikan sebagai jalan. Ya, pesantren berada di Jalan KH Abdul Kabier Km 2. Dari keluar pintu tol Tunjung Teja, hanya sekitar 9 menit.

 


Tuan rumah menyambut hangat. ’’Silakan masuk,’’ ujar adik dari KH Ahmad Yury Alam Fathullah itu. Keduanya saat ini menjadi nakhoda pesantren yang berdiri di lahan sekitar 7 hektare tersebut. Rumah Gus Royhan yang berada di seberang tempat parkir, dekat masjid yang juga area pesantren. Kediaman kepala SMK Nur El Falah itu sederetan dengan gedung dua lantai Sekolah Tinggi Agama Islam KH Abdul Kabier (STAIKHA).

 


Tak lama, KH Ahmad Yury Alam Fathullah datang. NUOB minta maaf karena 15 menit telat. Obrolan ringan di ruang tamu pun mengalir dipadu suguhan kopi dan hidangan. Bahkan disajikan makan pula. ’’Saat ini santri yang mondok sekitar 400 santri. Sedangkan yang sekolah, ada sekitar 2000 orang. Sebagian besar masyarakat sekitar pesantren,’’ ujar Gus Yury yang lahir di Kabupaten Serang pada 1986 tersebut.

 


Dijelaskan pria yang memakai baju lengan panjang warna putih, sarung gelap, dipadu peci hitam itu, selepas mondok di puluhan pesantren, termasuk Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Abdul Kabier, merintis pesantren. ’’Di Tebuireng 3 tahun lalu disuruh pulang. Awalnya tentu namanya belum Nur El Falah. Sekitar 1940-1943. Ini termasuk pesantren tertua di Banten. Ketika itu di sini banyak kriminal, sempat dapat batu sandungan. Jawara, banyak yang nentang,’’ imbuh Gus Yury yang saat ini sebagai wakil ketua PW GP Ansor Banten itu.

 


Pembina Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kabupaten Serang, itu melanjutkan, Kiai Kabier tak gentar. ’’Kalau mau ikut ngaji datang pagi atau siang hari. Jika mau debat dan lain-lain, datang malam hari,’’ kira-kira gitu lontaran Kiai Kabier merespons hadangan dakwahnya, ditirukan Gus Yury yang menyelesaikan S1 di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir itu. Nyatanya, tidak ada yang berani datang malam hari.

 


Nama Kiai Kabier memang tersohor. Menurut Gus Yury, banyak santri yang cerita, mereka yang dari Banten dan ngaji di Tebuireng, Jombang, setelah selesai atau boyongan, sowan dulu ke Kiai Kabier. ’’Begitu ceritanya. Jadi sebelum sampai rumah, ke Kiai Kabier dulu. Bahkan, KH Ma’ruf Amin, yang saat ini sebagai wakil presiden (wapres) Republik Indonesia, pernah menyampaikan, dirinya dulu pernah nyantri di Kubang, Petir, sini,’’ ungkap pria yang menyelesaikan S2 dan S3 di UIN Sunan Gunung Djati, Bandung itu.

 


Konon, saat di Tebuireng, keberadaan Kiai Kabier juga sangat berkesan. Suatu ketika, ada renovasi kamar. ’’Ceritanya, kamar yang dulunya ditempati Kiai Kabier tidak langsung dirobohkan, tapi didiskusikan dulu,’’ imbuh ketua Ikatan Keluarga Alumni Nahdlatul Ulama Indonesia-Mesir Banten itu.

 


Alhasil, lanjutnya, latar belakang berdirinya pesantren salah satunya adalah dorongan dari sang guru, Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari. ’’Ketika itu yang mengaji ada 200 orang. Banyak santri Kiai Kabier yang setelah boyong, punya pesantren di daerahnya masing-masing,’’ tambahnya.

 


Saat agresi militer Belanda II pada 1948, pesantren dibakar. Hingga rata. Kiai Kabier pun dikejar. Setelah kembali, pesantren tidak langsung didirikan untuk beberapa waktu. Dalam perjalanan kemudian, Kiai Kabier mengembangkan pesantren dengan menyuguhkan pendidikan formal.

 

’’Itu sekitar 1959-1960. Pendidikan formal pertama yang didirikan adalah Madrasah Diniyah dan Madrasah Ibtidaiyah.  Itu Madrasah Diniyah pertama di Kubang, bahkan mungkin di Kabupaten Serang. Sempat juga mendirikan Perguruan Muallimin masa pendidikan selama 6 tahun. Ini untuk mempersiapkan menjadi guru. Dulu kan ada  Namanya PGA (pendidikan guru agama), itu Muallimin,’’ ungkapnya. (Ade Adiyansah/M Izzul M/Bersambung)


Editor:

Pesantren Terbaru