• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Sabtu, 4 Mei 2024

Pesantren

Pondok Pesantren Al-Nahdlah (1)

Memegang Tradisi di Tengah Perkembangan Zaman

Memegang Tradisi di Tengah Perkembangan Zaman
Wisuda santri Pondok Pesantren Al-Nahdlah. (Foto: Dok PP Al-Nahdlah)
Wisuda santri Pondok Pesantren Al-Nahdlah. (Foto: Dok PP Al-Nahdlah)

AL-NAHDLAH. Pondok pesantren ini terhitung masih muda. Berada di Jl Serua Bulak Raya, No 50, Pondok Petir, Bojongsari, Depok.  Mereka yang belajar di pesantren tersebut hamper seluruhnya adalah usia sekolah. Baik tingkat madrasah tsanawiyah (MTs) maupun madrasah aliyah (MA). Mereka tinggal di tempat tersebut alias boarding school.

Di antara pendiri dan pengasuh Al-Nahdlah Islamic Boarding School adalah Prof KH M Asrorun Niam Sholeh yang saat ini merupakan Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), dan KH Abdullah Mas’ud, ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan.

’’Memegang tradisi di tengah perkembangan zaman bukan berarti ndeso atau ketinggalan zaman. Globalisasi juga tidak serta-merta menghilangkan tradisi keislaman. Justru dengan mempertahankan tradisi, prestasi gemilang bisa di raih,’’ ujar Gus Mas’ud—sapaan akrab KH Abdullah Mas’ud--  di Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa (20/6/2023).

Menurut kepala Bidang Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga itu, prinsip itulah yang dipegang erat Al-Nahdlah dengan mempertahankan ciri keislaman.

Pada kesempatan itu, pria asal Gresik, Jawa Timur, itu juga menjelaskan, Al-Nahdlah Islamic Boarding School mengembangkan tiga bidang. Keagamaan, sains, dan sosial. Tentunya memakai kurikulum yang sudah ditetapkan pemerintah. Kemudian dimodifikasi dengan mengembangkan tiga bidang itu. Kami berharap minat dan potensi akademik siswa dapat dikembangkan sesuai pilihan masing-masing siswa,’’ terang suami ketua umum Pimpinan Pusat Fatayat NU Margaret Aliyatul Maimunah itu.

Rekreasi sambil belajar juga kerap dilakukan. Sebagai contoh, mengadakan kunjungan belajar ke instansi tertentu. ’’Seperti belajar soal nuklir dengan datang ke Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Dengan cara itu siswa tidak hanya membaca buku, tapi bisa melihat langsung dan memahami soal nuklir dan bahaya radiasi. Inilah Madrasah Aliyah Al-Nahdlah melestarikan tradisi dan unggul dalam prestasi,’’ ungkap pria yang rajin berpuasa itu.

Mereka juga digembleng dengan kajian kitab klasik atau kitab kuning yang sangat dikenal di dunia pesantren. ’’Ada siswa Madrasah Aliyah Al-Nahdlah yang mampu menyabet juara dalam Musabaqah Kutub At-Turost se-Jawa. Bukan hanya kitab kuning saja, bahasa arab dan bahasa inggris juga dititikberatkan,’’ terangnya.

Di pesantren, tradisi seperti Maulid Nabi, tahlil, peringatan hari besar Islam, rutin digelar. Ada juga muatan lokal yang masuk dalam kurikulum sekolah, yaitu materi Ahlusunnah wal Jama'ah (Aswaja). ’’Ini merupakan bagian dari penangkal pengaruh pemikiran dan gerakan radikal. Harapannya nanti kalau sudah lulus, mereka akan menyebar di perguruan tinggi dan tidak akan terpengaruh pemikiran maupun gerakan radikal,’’ jelasnya. (bersambung)

Pewarta: Ade Adiyansah


Editor:

Pesantren Terbaru