• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 28 April 2024

Tokoh

KH Ma’ruf Amin; Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara, Serang, Banten (9)

Kiai Ma’ruf Memang Berasal dari Kulon, Tepatnya Banten

Kiai Ma’ruf Memang Berasal dari Kulon, Tepatnya Banten
KH Ma’ruf Amin. (Foto: @kyai_marufamin)
KH Ma’ruf Amin. (Foto: @kyai_marufamin)

KIAI Ma’ruf menghabiskan usianya untuk berorganisasi di lingkungan NU. Dimulai sebagai pengurus Ansor, ketua Nahdlatul Ulama (NU) Tanjung Priok dan DKI Jakarta, politisi Partai Nahdlatul Ulama (PNU) dan PPP, katib Syuriyah, lalu rais ‘aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

 


Di lingkungan Majelis Ulama Indonesia (MUI), dia memulai dari anggota Komisi Fatwa, ketua komisi tersebut, lalu ketua umum MUI. Di luar itu, dia memimpin Yayasan Al-Jihad dan Yayasan Syekh Nawawi Al-Bantani, yang keduanya mengelola lembaga pendidikan dari tingkat TK hingga perguruan tinggi. Dari mana energi dalam dirinya itu berasal? Apa resepnya memiliki “napas” yang panjang sebagai muharrik (penggerak) itu?

 


Kiai Ma’ruf seorang yang taat aturan organisasi dan menghormati senior serta sesepuh. Dia tak pernah berambisi mengejar suatu jabatan, tetapi ketika sebuah kedudukan diamanahkan di pundaknya, dia tunduk dan patuh. Dia akan menjaga amanah itu dan membuktikan kemampuan terbaiknya sebagai tanda dia mampu menjabatnya. Dalam semua kedudukan yang pernah dipegangnya, dia membuktikan sebagai seorang yang mumpuni. Amanah organisasi itu menjadi sumber energinya.

 


“Kita berorganisasi itu untuk agama,” demikian ditegaskan Kiai Ma’ruf, sebagaimana dikutip oleh KH Arwani Faishal, ketua Komisi Fatwa MUI Pusat.

Sementara napas panjangnya bersumber dari kepribadiannya yang penyabar, pemaaf, dan bersahaja. “Kiai Ma’ruf itu sangat sabar, tidak cepat marah, dan mampu mengendalikan emosinya. Dalam menghadapi masalah, Beliau selalu mengedepankan kemaslahatan yang lebih luas dengan pendekatan musyawarah. Mencari solusi yang bisa diterima oleh semua pihak. Seringkali Beliau mengalah dan mengambil sikap kompro- mi demi tercapainya kesepakatan bersama itu,” papar KH Zainut Tauhid, wakil ketua MUI Pusat.

 


“Kiai Ma’ruf itu seorang pendengar yang baik. Beliau mau mendengar orang yang berpendapat keliru dan mengingatkannya tanpa menyakiti,” jelas KH Zulfa Mustofa, wakil katib Syuriyah PBNU. “Beliau juga tak pernah menolak tamu, orang yang pernah menyakiti hatinya pun diterimanya dengan baik,” sambungnya.

 


Kiai Ma’ruf pandai memilih “mitra kerja”, yang membantu penuh kinerjanya di PBNU dan MUI. Para mitra ini sekarang sudah tampil sebagai kadernya yang mumpuni, baik di PBNU maupun di MUI. “Untuk tugas-tugas di MUI, ada tim ahli yang menyiapkan berbagai kajian dalam pengambilan sebuah fatwa,” terang KH Masduki Baidlowi, ketua Bidang Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat. “Namun untuk draf akhir, pasti dibaca dan dikoreksi oleh Kiai Ma’ruf,” sambung Kiai Masduki.

 


Dalam pengambilan hukum, Kiai Ma’ruf memilih jalan moderat, yakni keputusan yang tidak memberatkan (ta’assur) tetapi juga menghindari keputusan yang menggampangkan (tasahhul).



Ketika terjadi kerusuhan akibat rencana penataan Makam Mbah Priok pada 2010, MUI DKI Jakarta membentuk Tim Kajian yang terdiri berbagai ahli, atas permintaan Gubernur DKI Fauzi Bowo. Sebagai pengarah tim, Kiai Ma’ruf dengan cermat memverifikasi setiap laporan. Dengan detail ia menelisik; Apa temuan Anda? Siapa narasumber yang ada tanya? Apa analisa Anda? Mengapa Anda sampai pada kesimpulan tersebut? Dengan kecermatan itu, tidak ada anggota tim yang membuat laporan yang asal jadi atau menjiplak. Tim ini kemudian menghasilkan sebuah buku putih dan kasus makam Mbah Priok pun dapat diselesaikan. “Para ahli yang terlibat dalam tim, sangat kagum dengan cara Kiai Ma’ruf mengarahkan tim kajian ini,” kata Kiai Zulfa Mustofa yang ikut di dalam tim tersebut selaku ketua MUI Jakarta Utara.

 


Menjelang pelaksanaan Muktamar NU ke-33 di Jombang pada 2015, ada utusan dari seorang tokoh yang dikenal sebagai ahli spiritual. Menurut utusan itu, rais aam yang akan terpilih adalah ulama yang berasal dari kulon (barat).

Kiai Ma’ruf hanya bisa mengiyakan informasi itu. Dia tak berpikir lebih jauh karena saat itu kandidat rais aam yang ramai dibicarakan adalah KH.

A. Mustofa Bisri (Jawa Tengah) dan KH. Hasyim Muzadi (Jawa Timur).

Ketika Muktamar NU Jombang mengalami jalan buntu dengan pengunduran diri KH A Mustofa Bisri, tim ahlul halli wal ‘aqdi kemudian meminta kesediaan KH Ma’ruf Amin untuk menjadi rais aam. Sebagai pribadi yang selalu tunduk pada keputusan organisasi, Kiai Ma’ruf menerima amanah tersebut. Dengan kesediannya itu, Muktamar NU Jombang pun dapat dilanjutkan kepada pemilihan ketua umum PBNU sehingga muktamar dapat diselesaikan dengan terpilihnya rais aam dan ketua umum. Kiai ma’ruf Amin memang berasal dari Kulon, tepatnya dari Banten. (M Izzul Mutho)

 


Sumber: Buku KH Ma’ruf Amin Santri Kelana Ulama Paripurna, penulis Iip Yahya


Tokoh Terbaru