• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 13 Mei 2024

Keislaman

Desa yang Penduduknya Berkewajiban Shalat Jumat, tetapi Kurang dari 40 Orang, Apakah Wajib Mendirikan Jumatan?

Desa yang Penduduknya Berkewajiban Shalat Jumat, tetapi Kurang dari 40 Orang, Apakah Wajib Mendirikan Jumatan?
Ilustrasi. (NUO)
Ilustrasi. (NUO)

JUMAT merupakan hari yang istimewa dalam Islam. Hari terbaik. Bahkan, Jumat menjadi salah satu hari raya bagi kaum muslimin. Orang-orang yang memasuki hari ini sudah selayaknya tidak menyia-nyiakan segala waktu yang ia miliki untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, dengan beragam bentuk ketaatan dan kebaikan yang bisa dilakukannya.

 


Di antara rangkaian ibadah yang diwajibkan bagi umat Islam pada hari ini adalah menunaikan Shalat Jumat, salah satu ibadah wajib dalam satu pekan satu kali. Setiap Muslim laki-laki yang sudah terkena khitab (tuntutan kewajiban), diharuskan untuk menunaikan ibadah yang satu ini. Oleh karena itu, sudah seharusnya tidak boleh abai dan lalai dalam mengerjakannya.

 


Dalil yang mewajibkan Shalat Jumat adalah firman Allah dalam Al-Qur’an, yaitu:


 

يا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسَعَوْا إِلى ذِكْرِ اللهِ



Artinya, ’’Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah.” (QS Al-Jumu’ah [62]: 28)

 


Syekh Dr. Wahbah Zuhaili dalam kitab tafsirnya mengatakan, ayat ini menjadi dalil yang sangat jelas bahwa Shalat Jumat hukumnya fardhu. Semua umat Islam laki-laki yang sudah baligh, berakal, merdeka, mukim di tempat tinggalnya (mustauthin) hukumnya wajib untuk mengerjakannya. (Syekh Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir fil Aqidah wasy Syari’ah wal Manhaj, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz 28, halaman 202).

 


Lalu ada pertanyaan, sebuah desa yang penduduknya berkewajiban Shalat Jumat, tetapi kurang dari 40 orang atau lebih dari 40 orang, tetapi yang dapat membaca Fatehah tidak lebih dari 10 orang. Apakah mereka juga wajib mendirikan Jumatan? Apabila mendirikan Jumatan, apakah boleh bertaklid kepada Imam Abu Hanifah yang membolehkan mendirikan Jumatan kurang dari 40 orang?

 


Muktamar Nahdlatul Ulama ke-4 di Semarang, Jawa Tengah, yang dilaksanakan 14 Rabius Tsani 1348/19 September 1929, seperti dikutip dari Juz Awal Ahkamul Fuqaha fi Muqarrarat Mu’tamirat Nahdlatil Ulama, Kumpulan Masalah Diniyah dalam Muktamar Nahdlatul Ulama PBNU, Penerbit CV Toha Putra Semarang, menjawab sebagai berikut:

 


Apabila tidak dapatnya membaca Fatehah itu tidak karena malas belajar (taqshir), maka mereka wajib mendirikan Shalat Jumat, dan jika jumlahnya kurang dari 40 orang, maka mereka diperbolehkan bertaklid kepada Imam Abu Hanifah dengan ketentuan harus menunaikan rukun dan syarat menurut ketentuan Abu Hanifah. Tetapi yang lebih utama, bertaklid kepada Imam Muzani, dari golongan Mazhab Syafii.

Rujukan: Kitab Fatawi Kubra Bab Shalat Jumat, Kitab I’anatut Thalibin dalam Hamisy.

 


اذا كان عدم احسانهم قراءة الفاتحة بدون تقصير يجب عليهم اقامة الجمعة وتصح لهم واذا كان عددهم اقل من اربعين فلهم تقليد ابي حنيفة مع مراعاةتوفية الاركان والشروط عندهم. والاولى ان يقلدوا الامام المزنى من اصحاب الشافعي قال فى فتاوى الكبرى فى باب صلاة الجمعة بقوله: وهو ان الاميين ان قصروا او قصر بعضهم فى التعلم لم تصح الجمعة والا صحت فيلزمهم اقامتها. وفى هامش اعانة الطالبين ما نصه: فلا ينافى ان قوله قولين قديمين فى العدد ايضا احدهما اقلهم اربعةالى ان قال ثانى القولين اثنا عشر وهل يجوز تقليد احد هذين القولين ؟ الجواب نعم فانه قول للامام نصره بعض اصحابه ورجحه اه.

 

 

Walllahu a’lam bis shawab


Keislaman Terbaru