• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Sabtu, 4 Mei 2024

Keislaman

Hukum Mendirikan Organisasi Nahdlatul Ulama dan Hukum Masuk NU

Hukum Mendirikan Organisasi Nahdlatul Ulama dan Hukum Masuk NU
Ilustrasi lambang NU. (NUO)
Ilustrasi lambang NU. (NUO)

DALAM bahtsul masail I Pengurus Nahdlatul Ulama (PWNU) Banten di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Cidahu, Tanagara, Cadasari, Pandeglang, Banten, Sabtu, 27 Jumadil Awal 1440 H / 9 Februari 2019 M, di antara yang dibahas adalah hukum mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dan hukum masuk dalam organisasi tersebut.


 

Seperti diketahui, Nahdlatul Ulama adalah organisasi besar di Indonesia yang berakidah Islam menurut paham Ahlusunnah wal Jama’ah. Dalam bidang akidah mengikuti Mazhab Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi. Dalam bidang fiqih mengikuti salah satu dari mazhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali). Dalam bidang tasawuf mengikuti Mazhab Imam al-Junaid al-Bagdadi dan Abu Hamid al-Ghazali. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, Nahdlatul Ulama berasas kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Ini sesuai AD/ART Nahdlatul Ulama.


 

Tujuan Nahdlatul Ulama adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut paham Ahlussunnah wal Jama’ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yg berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan ummat, dan demi terciptanya rahmat bagi semesta.


 

Lalu pertanyaannya adalah apa hukum mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU)? Bagaimana hukum masuk dalam organisasi NU? 

 

Jawaban dari bahtsul masail yang dimoderatori oleh M. Hubab Nafi’ Nu’man Rohmatullah dengan notulen Sonabekh Rahmat dan H A Sahal Mahfudz serta perumus dari jajaran katib syuriyah PWNU Banten dan penashih dari jajaran rais syuriyah PWNU Banten sebagai berikut:


 

Bila dilihat dari segi namanya organisasi dengan nama Nahdlatul Ulama adalah sebuah organisasi yang  tidak ada pada zaman Nabi Muhammad SAW, maka organisasi dengan nama Nahdlatul Ulama tergolong bidah. 


 

Menurut Imam an-Nawawi, dalam Kitab Tahdzibul Asma' wal Lughat, (Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut Libanon, cetakan pertama 2008 M) , 3/22, bidah ada dua macam:


 

البدعة فى الشرع هي إحداث ما لم يمكن فى عهد رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم وهي منقسمة الى حسنة وقبيحة


 

Artinya: ’’Bidah menurut syariah adalah perbuatan yang tidak ada pada zaman Rasulullah SAW. Ia terbagi   menjadi dua: bidah hasanah (baik) dan bidah qabihah (buruk).’’


 

Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Minhaj Fi Syarhi Sohihi Muslim Bin Al-Hajjaj, (Baitul Afkar Ad- Dauliyyah, Riyadl Saudi Arabia, cetakan pertama 2009 M ), Hadits ke 1.017 hlm. 646 berkata:


 

قوله: من سن فى الاسلام سنة حسنة فله اجرها الى اخره فيه الحث على الابتداع بالخيرات وسن السنن الحسنات والتحذير من اختراع الاباطيل والمستقبحات وفى هذا الحديث تخصيص قوله: كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة. وان المراد به المحدثات الباطلة والبدع المذمومة 


 

Artinya: ’’Sabda Nabi SAW “Barangsiapa menjadi pelopor kebaikan dalam Islam, maka dia akan mendapat  pahala... dst” Hadits ini adalah dorongan untuk menjadi pelopor dalam kebaikan dan peringatan bagi yang      memelopori kejahatan dan dosa. Adapun sabda Nabi SAW “Setiap sesuatu yang baru adalah bidah dan setiap bidah adalah sesat” maksudnya adalah bid’ah yang batil dan tercela.’’


 

Imam Ay-Syafi’i sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dalam Kitab Manaqib As-Syafi’i, (Darut Turats Mesir, cetakan pertama, 1970 M ), 1/469, menyatakan:


 

المحدثات من الامور ضربان احدهما ما احدث يخالف كتابا او سنة اواثرا او اجماعا فهذه البدعة الضلالة، والثانى مااحدث من الخير لاخلاف فيه لواحد من هذا، فهذه محدثة غير مذمومة


 

Artinya: ’’Perkara-perkara baru ada dua macam. Pertama, perkara baru yang berlawanan dengan Al-Qur’an, Sunnah Nabi, Atsar Sahabat atau ijma ulama, maka disebut bidah dolalah. Kedua, perkara baru yang baik yang tidak menyalahi unsur-unsur di atas maka tidaklah tercela.’’


 

Menurut Syaikh ‘Izzuddin ‘Abdul ‘Aziz Bin ‘Abdus Salam dalam Kitab Qowa’idul Ahkam Fi Ishlahil Anam, (Darul Qolam Damaskus Suriah, Cetakan pertama, 2000 M), 2/337, bidah dibagi menjadi lima sebagai berikut:


 

البدعة فعل ما لم يعهد في عصر رسول الله صلى الله عليه وسلم . وهي منقسمة الى بدعة واجبة وبدعة محرمة وبدعة مندوبة وبدعة مكروهة وبدعة مباحة


 

Artinya: ’’Bidah adalah melakukan sesuatu yg tidak di jumpai di masa Rasulullah SAW. Hukum bidah terbagi menjadi wajib, haram, sunnah, makruh, dan mubah.’’


 

Adapun cara mengetahui hukum mendirikan organisasi dengan nama Nahdlatul Ulama (NU) itu termasuk bidah yang wajib atau lainnya itu dengan mempertimbangkan organisasi Nahdlatul Ulama dengan kaidah-kaidah syariyah. Kalau organisasi NU masuk dalam kaidah-kaidah yg mewajibkan, maka mendirikan organisasi NU hukumnya wajib, begitu juga seterusnya, sebagaimana dijelaskan juga dalam Kitab Qowa’idul Ahkam tersebut:


 

والطريق فى معرفة ذلك ان تعرض البدعة على قواعد الشريعة : فان دخلت فى قواعد الايجاب فهي واجبة وان دخلت فى قواعد التحريم فهي محرمة وان دخلت فى قواعد المندوب فهي مندوبة وان دخلت في قواعد المكروه فهي مكروهة وان دخلت في قواعد المباح فهي مباحة


 

Maka mendirikan organisasi dengan nama Nahdlatul Ulama sesuai dengan definisinya di atas itu hukumnya bidah hasanah, karena suatu kebaikan yg tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, Sunah Rasulullah, Atsar Sahabat, dan Ijma Ulama.


 

Dan bila dilihat dari tujuan didirikannya organisasi Nahdlatul Ulama (NU), yaitu organisasi NU sebagai wasilah sarana untuk berlakunya ajaran Islam yg menganut paham Ahlussunnah wal Jama’ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta, mengingat hukum sarana itu sama dengan hukum tujuannya (للوسائل احكام المقاصد) seperti dijelaskan juga dalam Kitab Qowa’idul Ahkam, 1/53, maka hukum mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama adalah wajib  kifayah.


 

Keterangan dari Kitab Minhajuth Thalibin Lin-Nawawy, (Darul Minhaj Beirut Libanon, cetakan pertama, 2005 M), hlm. 518:


 

ومن فروض الكفاية القيام باقامة الحجج وحل مشكلات فى الدين والقيام بعلوم الشرع كتفسير وحديث والفروع بحيث يصلح للقضاء والامر بالمعروف والنهي عن المنكر واحياء الكعبة كل سنة بالزيارة ودفع ضررالمسلمين ككسوة عار واطعام جائع اذا لم يندفع بزكاة وبيت مال وتحمل الشهادة و ادائها والحرف والصنائع وما تتم به المعايش


 

Artinya: ’’Di antara beberapa fardlu kifayah yaitu melakukan membuat beberapa argumen, memecahkan beberapa masalah yang sulit dalam agama, melakukan belajar beberapa ilmu agama seperti tafsir, hadits, dan fiqih sehingga pantas jadi qadli, amar ma’ruf nahyi munkar, ziarah kakbah setiap tahun, menolak perkara-perkara yang merusak & membahayakan Muslimin seperti mencukupi sandang pangan untuk orang yang telanjang dan lapar kalau tidak tercukupi oleh zakat dan kas negara, menerima dan menjadi saksi, beberapa keterampilan tangan dan perindustrian, dan sesuatu yg menyempurnakan kehidupan di dunia.’’


 

Masuk dalam organisasi Nahdlatul Ulama bagi orang yang berkeyakinan tidak dapat menjaga agamanya ‘ala Ahlisunnah wal Jama’ah (Aswaja) secara kaffah (ushuliyah dan furuiyah) kecuali dengan masuk menjadi anggota organisasi Nahdlatul Ulama, hukumnya adalah wajib.


 

Pengertian Aswaja kaffah adalah harus Aswaja secara menyeluruh dalam sisi ushuliyah dan furuiyahnya. Karena jika furuiyahnya tidak Aswaja, maka dikhawatirkan bisa terjerumus ke ranah ushuliyah. Seperti historis perpecahan umat Islam dengan memisahkannya kaum khawarij dan syiah berawal dari masalah furuiyyah (khilafah), namun berkelanjutan dan masuk pada masalah ushuliyah.


 

Keterangan dari Kitab Sullamut Taufieq Li ‘Abdillah Bin Husain Bin Thohir Ba ‘Alawy Al-Hadlramy, (An- Nasyir Sibthul Jailany, Beirut Libanon, cetakan pertama 2013 M), hlm. 65:


 

يجب على كل مسلم حفظ اسلامه وصونه عما يفسده ويبطله ويقطعه



Artinya: ’’Setiap Muslim berkewajiban menjaga keislamannya, serta menjaganya dari segala sesuatu yang dapat merusaknya, membatalkannya, dan memutuskannya.’’ (Keputusan Muktamar NU XIII di Menes Banten th.1938 M).


 

عن انس ابن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان بنى اسرائيل افترقت غلى احدى وسبعين فرقة وان امتي ستفترق على ثنتين وسبعين فرقة كلها فى النار الا واحدة وهي الجماعة


 

’’Dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 71 golongan, dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi 72 golongan, yang semuanya berada di neraka, kecuali satu golongan, yakni al-jamaah.’’ (Kitab Sunan Abi Daud, Juz ke-4, Hal:197, Hadist No: 4596)


 

عن عبد الله النعمان بن بشير رضي الله عنهما قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ان الحلال بين وان الحرام بين وبينها امور مشتبهات لا يعلمهن كثير من الناس فمن اتقى الشبهات فقد استبرأ لدينه وعرضه ومن وقع فى الشبهات وقع فى   الحرام كالراعى يرعى حول الحمى يوشك ان يرتع فيه ألاوان لكل ملك حمى ألا وان حمى الله محارمه ألا وان الجسد مضغة اذا صلحت صلح الجسد كله واذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب (رواه البخاري ومسلم)


 

’’Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda, sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram  itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah  menyelamatkan agamanya dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya,  maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Allah haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati.’’ (HR Bukhari dan Muslim).


 

عن ابى محمد الحسن بن علي بن ابي طالب سبط رسول الله صلى الله غليه وسلم وريحانته رضي الله عنهما قال حفظت من رسول الله صلى الله عليه وسلم دع ما يريبك الى ما يريبك (رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح)


 

’’Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan kesayangannya dia berkata: saya menghafal dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam (sabdanya): tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.’’ (HR Sunan at-Tirmidzi, Juz: 4,Hal :778, Hadist :2518).


 

Wallahu a’lam bis shawab


Keislaman Terbaru