• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 3 Mei 2024

Banten Raya

PCNU Bergerak ke MWCNU Serpong, Nahdlatul Ulama Itu Tidak Pernah Diam

PCNU Bergerak ke MWCNU Serpong, Nahdlatul Ulama Itu Tidak Pernah Diam
Dari kanan, Ketua PCNU Tangsel H Abdullah Mas’ud, Rais Syuriah PRNU Buaran KH Nurul Irfan, dan Ketua Kemenag Kota Serang H Abdul Rojak. (Foto: NUOB/Ade Adiyansah)
Dari kanan, Ketua PCNU Tangsel H Abdullah Mas’ud, Rais Syuriah PRNU Buaran KH Nurul Irfan, dan Ketua Kemenag Kota Serang H Abdul Rojak. (Foto: NUOB/Ade Adiyansah)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan (Tangsel) melanjutkan turun ke bawah (turba) dan kunjungan kerja ke Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Serpong. Ini merupakan MWCNU ke-6, Sebelumnya ke MWCNU Ciputat, Serpong Utara, Pamulang, Setu, dan Ciputat Timur.

 


Rombongan PCNU Tangsel dipimpin oleh H Abdullah Mas’ud. Dari PCNU ada Kiai Kholid Yahya dan H Abdul Rojak yang juga kepala Kementerian Agama Kota Serang. Hadir juga pada kegiatan yang dilaksanakan di Jl H Jamat Gg Rais, Buaran, Serpong, Tangerang Selatan, itu Ketua Umum PP Fatayat Margaret Aliyatul Maimunah, pengurus MWCNU Serpong, Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) se Serpong, serta sejumlah badan otonom dan lembaga NU.

 

Pada kesempatan itu, Abdul Rojak mengatakan, menjadi orang NU itu harus bangkit dan semangat terus.’’Kalau kita baca dalam literatur, kata nahdlah itu dalam kamus bahasa Arab itu diartikan dalam 2 makna. Pertama kekuatan, energi, kapasitas. Jadi orang yg aktif di Nahdlatul Ulama, harus punya energi kuat. Yang kedua, harakah atau pergerakan. Makanya organisasi Nahdlatul Ulama bergerak terus, aktif terus, bergerilya terus,’’ ujarnya, Sabtu (2/9/2023) malam.

 


Oleh karena itu, lanjut pria yang sebelumnya pernah sebagai kepala Kemenag Tangsel itu, ciri Nahdlatul Ulama tidak pernah diam.’’Makanya kita dukung Kiai Mas'ud (Ketua PCNU Tangsel) punya program dan target untuk gerakan wakaf pembangunan Graha Aswaja NU Tangsel sampai tuntas dan selesai,’’ tegas sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tangerang Selatan itu.

 

Sedangkan Ketua PCNU Tangsel H Abdullah Mas’ud menyampaikan, pengurus NU memiliki kewajiban untuk melakukan khidmat keumatan.’’Yang kita sebut nawasaka khidmat; di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan ekonomi keumatan, sosial, dan lain-lain yang sudah sering saya ulas dalam kunjungan kerja dan turba,’’ imbuh pengasuh Pondok Pesantren al-Nahdlah Depok, Jawa Barat, itu.

 


Suami dari Ketua Umum PP Fatayat NU Margaret Aliyatul Maimunah itu mengatakan, turba juga dilakukan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ke Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU), PWNU ke PCNU, lalu PCNU ke MWCNU, dan MWCNU ke PRNU. ’’Kemudian sampai ke Anak Ranting NU, masjid, mushala, serta komunitas-komunitas kegamaan di lingkungannya. Ini bagian dari konsolidasi keorganisasian. Istilah turba (turun ke bawah) ini ciri khas NU, tapi di Tangsel kurang familiar, maka coba diperkenalkan kembali,’’  tambah pria yang malam itu mengenakan baju batik bermotif lengan panjang dipadu celana gelap dan peji hitam.

 


Cak Ud—sapaan akrabnya—juga kembali menekankan pentingnya kekuatan filantropi. ’’Maka dari itu, NU Tangsel ingin menduplikasi sukses yang sudah dirasakan di beberapa cabang dari gerakan filantropi kaleng Koin NU. Ini diharapkan jalan di MWCNU Serpong,’’ imbuhnya.

 


Sedangkan Ketua MWCNU Serpong H Cecep mengaku, pihaknya sudah mengundang masing-masing PRNU yang ada di Serpong untuk membawa 7 pengurus. Hanya, dari 9 ranting yang ada, nyatanya masing-masing tidak sampai jumlah tersebut.  (Ade Adiyansah)


Banten Raya Terbaru